Traffic Accident Analysis (TAA) Renungan atas Jejak-Jejak kehidupan kita
Agama | 2022-02-10 01:19:26Tulisan ini merupakan renungan atas olah tempat kejadian perkara terhadap berbagai peristiwa kecelakaan lalu lintas yang menelan banyak korban. Ada beberapa renungan yang dapat kita jadikan pelajaran dari peristiwa tersebut.
Pertama, terlepas dari kewajibannya sebagai pihak yang berwenang, kita patut berterima kasih kepada Kepolisian Republik Indonesia dalam hal ini Satuan Polisi Lalu Lintas, TNI, Tim SAR, Palang Merah Indonesia (PMI), Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan para tenaga medis, sopir ambulans, dan masyarakat sekitar tempat kejadian yang selalu bekerjasama dalam menangani setiap peristiwa kecelakaan lalu lintas.
Mereka tanpa banyak bicara, menghindari perbedaan pendapat, mengendalikan sikap egois, dan bahu membahu berusaha menyelamatkan korban yang masih hidup dan menangani korban yang meninggal. Masing-masing dari mereka bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Kerjasama seperti ini akan sangat elok jika diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Sayangnya dalam menangani aspek nonkecelakaan lalu lintas, kebanyakan dari kita masih banyak mengedepankan banyak bicara, banyak perdebatan, mengedepankan sikap egois, merasa benar sendiri seraya sedikit karya nyata. Para pejabat, pihak yang berwenang, dan diikuti masyarakat selalu mengedepankan perbedaan, egoisme, bahkan perselisihan ketika menangani suatu permasalahan.
Kedua, selain kerjasama yang elok, dalam setiap peristiwa kecelakaan lalu lintas yang menelan banyak korban, Satuan Polisi Lalu Lintas dan pihak-pihak terkait selalu melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Salah satu teknik olah tempat kejadian perkara yang digunakan adalah Traffic Accident Analysis (TAA).
Penggunaan TAA dapat mengungkap peristiwa yang telah terjadi, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan dari penggunaan TAA ini sebagai upaya memperoleh kebenaran informasi berupa kronologi, pola kejadian, informasi teknis, kondisi infrastruktur, dan kondisi pelaku kecelakaan baik secara fisik maupun mental.
Selain TAA, untuk mengungkap suatu kecelakaan transportasi dapat pula diketahui melalui black box (kotak hitam). Hanya saja sampai saat ini “kotak hitam” yang berwarna oranye ini lebih dikhususkan untuk pesawat terbang.
Kotak ajaib yang tahan air dan api ini menyimpan rekaman dan jejak-jejak percakapan pilot dan co-pilot serta peristiwa yang terjadi selama penerbangan. Ketika terjadi kecelakaan, kotak ajaib ini selalu menjadi kunci utama untuk mengetahui penyebab utama terjadinya peristiwa kecelakaan sebuah pesawat.
Pelajaran yang bisa diperoleh dari olah TKP ini selayaknya kita senantiasa mengolah atau menganalisa atas setiap perbuatan yang telah kita lakukan. Analisis terhadap setiap perbuatan sering kita istilahkan dengan muhasabah.
Selayaknya setiap saat kita dapat melakukan muhasabah, merenungi segala kekurangan dari perbuatan yang telah kita lakukan. Jika kita memperoleh banyak perbuatan baik, kita berharap Allah menerimanya. Sebaliknya, jika diperoleh perbuatan jelek, dosa, dan maksiat, sudah seharusnya kita segera bertobat, memohon ampun kepada-Nya.
Ketiga, jika kita merenungi perjalanan kehidupan, perjalanan yang sedang kita tempuh ini laksana perjalanan sarana transportasi. Segala aktivitas dan peristiwa yang terjadi selama perjalanan kehidupan kita terekam dengan cermat, dan suatu saat akan diperlihatkan kepada kita.
Setiap perbuatan kita akan menyimpan jejak di alam raya ini. Apapun yang ada di muka bumi ini akan menjadi saksi atas segala perbuatan kita selama hidup di dunia. Meskipun di dunia hanya mulut yang bisa berbicara, namun kelak, semua anggota tubuh kita akan diizinkan Allah untuk berbicara dan menjadi saksi atas semua perbuatan kita.
Sebaliknya mulut kita yang begitu piawai berbicara selama hidup di dunia, kelak akan Allah kunci. Mulut kita akan menjadi gagap bahkan tak bisa berbicara sama sekali. “Pada hari itu Kami kunci rapat mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka, sedangkan kaki-kaki mereka memberikan kesaksian atas apa yang telah mereka kerjakan di dunia” (Q. S. Yasin : 65).
Di padang Mahsyar pada hari kiamat kelak merupakan moment diperlihatkannya jejak-jejak perilaku kita selama di dunia lengkap beserta tempat melakukan perbuatannya seraya tak akan ada satu pun yang terlewat. Pada hari itu banyak orang yang ingin kembali ke dunia karena melihat akibat jelek dari jejak-jejak kehidupannya.
“Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya (mereka berkata): ‘Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.’ “ (Q. S. as-Sajdah : 12).
Kita jarang membayangkan, kelak “TAA” perilaku kehidupan kita akan Allah perlihatkan di padang Mahsyar. Demikian pula kita jarang membayangkan perasaan malu kita tatkala “TAA” kemaksiatan kita selama hidup di dunia dipertontonkan Allah di hadapan diri kita dan para hamba Allah lainnya seraya kita tak bisa membantahnya.
Kelak, panas dan tidaknya sinar matahari yang hanya berjarak satu mil dari kepala kita sangat tergantung kepada kadar kualititas amal kita selama hidup di dunia. Semakin banyak dosa dan kemaksiatan kita, semakin panas terasa sinar matahari tersebut. Demikian pula, semakin banyak amal baik yang kita miliki, semakin terasa adem sinarnya.
“Pada hari kiamat nanti, matahari akan didekatkan jaraknya kepada makhluk hingga tinggal sejauh satu mil. Nabi saw bersabda: ‘Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya.’ Rasulullah saw memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulutnya.” (H. R. Muslim, Shahih Muslim, hadits nomor 2864).
Selama ini, kita sering tak sadar, perkataan dan perilaku kita selamanya berada dalam pengawasan Allah. Dua malaikat di kiri dan kanan kita tak akan lengah merekam dan mencatat semua kata dan perilaku. Tak ada satu tempat pun di muka bumi ini yang akan terlepas dari pengawasan-Nya. Demikian pula tak akan ada satu amal perbuatan pun yang terlewat dicatat dua malaikat yang ada di kiri kanan kita tersebut.
Langkah terbaik, kita harus waspada dan hati-hati dalam menjalani kehidupan. Selayaknya kita tidak terlena dengan nikmatnya kehidupan seraya melupakan bahwa kelak apapun yang kita perbuat harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.