Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

'Gorengan' Radikalisme, Bikin Umat Sakit Hati

Agama | Monday, 07 Feb 2022, 23:52 WIB

Umat gaduh, kembali terdengar isu yang tendensius pada Islam dan muslim. Direktur Keamanan Negara Badan Intelejen dan Keamanan Polri Brigjen Umar Effendi mengatakan, Polri berencana melakukan pemetaaan masjid sebagai upaya pencegahan penyebaran paham radikal. Rencana ini, kata dia, merujuk pada masih banyaknya masjid yang berindikasi sebagai pusat penyebaran paham radikal. (Republika.co.id, 31/1/2022)

Ngadi-ngadi

Menanggapi wacana ini para tokoh mengingatkan untuk berhati-hati agar tidak kontra produktif dan bundler. Salah satunya Harist Abu Ulya, Direktur the Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), menyatakan bahwa wacana ini perlu dikaji ulang. Belum lagi mengingat SDM juga dana yang akan dikeluarkan pasti besar karena jumlah masjid di Indonesia sangat banyak. (Republika.co.id, 2/2/2022)

Tentu akan menjadi beban APBN, apalagi APBN Indonesia hampir setengahnya akan dialokasikan pada proyek IKN.

Dilansir dari republika.co.id (31/1/2022), Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Bidang Hubungan antar Lembaga, M Natsir Zubaidi menganggap rencana pemetaan masjid sebagai upaya pencegahan penyebaran paham radikal, adalah hal yang naif dan mengada-ada. Beliau mengatakan, selama tiga tahun terakhir masjid justru menjadi fasilitator kegiatan sosial dan penyaluran bantuan kepada masyarakat.

Beliau bahkan dengan tegas mengatakan tak mungkin menjadi sarang teroris. Penceramah atau dai pun tak serta merta bisa melakukan brain washing pada para jamaah. Karena tiap masjid memiliki pengurus yang mumpuni pengetahuan agamanya. Ditambah jamaah kini yang kritis pada konten ceramah.

Masjid bukan Sarang Teroris

Diakui atau tidak, umat sakit hati akan tuduhan masjid sebagai sarang teroris. Walau tidak secara gamblang dinyatakan, tapi kesan ini sudah sangat jelas ditangkap oleh umat muslim. Mengapa selalu muslim yang jadi pihak tertuduh?

Dulu rohis yang dituduh sebagai sarang teroris, kini masjid pun kena tuduhan. Padahal, beberapa hari sebelum wacana pemetaan atas Polri ini, ada berita teror nyata yang terjadi. Prajurit TNI ditembaki saat bangun jembatan di Papua Barat, kontak tembak ini membuat satu anggota TNI gugur dan empat lainnya cedera serius. (Republika.co.id, 20/1/2022)

Umat tahu bagaimana perlakuan pemerintah terhadap kelompok separatis bersenjata ini. Mereka bahkan pernah dijamu di istana kepresidenan. Tak ada label teror pada mereka meski mereka sudah menimbulkan banyak korban jiwa. Lantas, kenapa malah islam dan masjid yang dikambing hitamkan jadi sarang teroris?

Jika wacana ini jadi dilaksanakan maka kemungkinan besar akan timbul perpecahan di tengah umat. Karena umat yang sudah tak percaya pada pemerintah. Inikah yang diinginkan oleh pemerintah?

Masjid Jantung Kebaikan

Mari kita lihat bagaimana dulu Rasulullah saw memperlakukan masjid. Saat peristiwa hijrah Rasul dan Abu Bakar tiba di tengah kaum muslim, apakah yang sedang dilakukan kaum muslim? Ya, membangun masjid sambil melantunkan shalawat badar.

Masjidlah yang dibangun dan difungsikan pertama kali saat Rasul datang. Masjidlah yang jadi pusat kegiatan Rasul dan para sahabat yang mulia. Tak cuma untuk shalat, diskusi, pendidikan, pembagian harta untuk hak rakyat bahkan pinggiran masjid dijadikan tempat tinggal bagi mereka yang tuna wisma.

Di masjidlah lahir keimanan dan tawakal pada Allah, Tuhan Semesta Alam. Hingga Rasul, para sahabat dan lainnya bisa kuat menghadapi ujian demi ujian yang datang. Di masjidlah terjadi pertukaran pendapat yang meningkatkan taraf berpikir umat. Ialah pusat pendidikan bagi umat. Tempat utama kajian yang dilakukan oleh Rasul dan umat baik laki-laki atau perempuan.

Tak ada keburukan yang dilakukan di masjid karena ia adalah rumah Allah, tempat untuk beribadah pada-Nya. Ibadah bukan hanya shalat, tapi seluruh kebaikan menjadi ibadah di mata Allah jika kita melakukannya karena Allah semata. Masjid adalah jantung kebaikan.

Sebagai muslim, sudah seharusnya kita memuliakan masjid, tempat ibadah kita. Sudah seharusnya kita memposisikan masjid sebagaimana Rasul dan para sahabat dulu memposisikannya. Sayangnya, isu gorengan radikalisme ini akan terus terjadi, islam dan muslim akan terus dijadikan kambing hitam dan korban dalam sistem sekuler ini. Kambing hitam atas ketidakbecusan sistem dalam mengayomi rakyat sendiri. Lantas, masihkah kita betah dengan sistem ini?

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image