Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Pemuda Peduli

Kesejahteraan Indonesia: Sudah Nyata atau Masih Cita-Cita?

Eduaksi | Monday, 24 Jan 2022, 09:13 WIB
Volunteer Pemuda Peduli tengah membagikan sembako Idul Fitri dalam Program "Berdiri Untuk NTT" pada (09/05/2021). Sebagai bantuan aktivasi pasca bencana "Badai Seroja" yang melanda wilayah NTT pada bulan april lalu.

Apa yang terbersit dalam benak kita ketika mendengar kata Kesejahteraan Sosial?. Apakah tentang semua orang memiliki penghidupan yang layak? Atau Apakah Kesejahteraan Sosial itu tentang semua orang mendapatkan hak yang sama?. Lantas, apakah masyarakat Indonesia sudah mendapatkan sebuah Kesejahteraan dalam segi sosialnya secara realita? Atau ini masih menjadi sebuah cita-cita?.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Di Indonesia, Kesejahteraan Sosial masuk kedalam sila kelima pancasila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Namun pada kenyataan nya, ini masih jauh dari cita-cita yang di gagas oleh bangsa sejak lama.

Relawan Sosial, menjadi faktor harapan selanjutnya disamping usaha yang dilakukan pemerintah demi tercapainya keadilan sosial yang dimaksud. Relawan Sosial, menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 adalah seseorang dan/atau kelompok masyarakat, baik yang berlatar belakang pekerjaan sosial maupun bukan berlatar belakang pekerjaan sosial, tetapi melaksanakan kegiatan penyelenggaraan di bidang sosial bukan di instansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau tanpa imbalan.

Mengangkat sudut pandang Pemuda Peduli, NGO yang berfokus di bidang pendidikan dan secara legal berdiri sebagai sebuah Yayasan sejak tahun 2016 itu, rutin aktif di bidang kerelawanan.

Beberapa bulan lalu, tim Yayasan Pemuda Peduli ikut turun dalam pemulihan pasca bencana alam Badai Seroja yang melanda kawasan NTT dan sekitarnya.

Kesaksian yang ditemui oleh relawan tim Yayasan Pemuda Peduli ketika terjun ke lapangan cukup mencengangkan. Mengingat daerah timur yang masih banyak sekali pekerjaan rumah tentang pemerataan pembangunannya, justru itu ditambah lagi dengan tersendatnya bala bantuan yang diharapkan warga demi memulihkan aktivitas sehari-harinya.

Bencana yang terjadi, menyebabkan banyak rumah di berbagai wilayah sekitar NTT hancur lebur. Tak sedikit korban jiwa berjatuhan akibat adanya bencana ini. Di Adonara sendiri, Tim Relawan Yayasan Pemuda Peduli menemui banyaknya warga yang mengungsi bukan ke posko-posko, melainkan ke kebun miliknya sendiri.

“Senyaman-nyaman nya tempat pengungsian, di sana kami hanya menumpang. Lebih baik, kami berdiam di sini” Ungkap salah satu warga ketika di temui di tempat. Minimnya fasilitas seperti pencahayaan yang berada di sekitar lokasi, menyebabkan warga harus betah melakukan aktivitas dengan minim cahaya atau bahkan gelap. Adanya kekhawatiran tentang keselamatan warga, menjadi masalah lain yang muncul karena bencana yang terjadi. Berbagai program dan pembagian kebermanfaatan berupa bahan pangan sembako lebih dari 300 paket disebarkan di 2 daerah yang dikunjungi yaitu Lembata dan Adonara.

Raut haru warga penyitas bencana Badai Seroja saat ditemui oleh Tim Yayasan Pemuda Peduli. Bencana yang melanda, Menyebabkan kerusakan Infrastruktur bangunan dan psikis masyarakat setempat. (09/05/2021).

Salah satunya, Program Psikososial dari Pemuda Peduli diluncurkan guna membantu pemulihan dari segi mental, dengan banyaknya anak kecil yang terdampak dari Badai Seroja yang terjadi.

Eva menjadi satu contoh dari sekian banyaknya anak yang terkena dampak. Di usianya yang menginjak 7 tahun, jiwa kecil itu terkena dampak langsung dari bencana alam yang terjadi. Patah tulang di sekujur tubuhnya menjadi saksi bahwa raga kecil itu selamat dari petaka yang ada. Tak hanya dirinya, orang tuanya pun harus puas menikmati dinginnya udara dan pahitnya pengobatan rumah sakit selama kurang lebih 2 minggu lamanya. Dimana kebanyakan anak-anak seusianya tengah bersekolah dan tertawa bersama teman-temannya, Ia harus tersenyum puas dengan kenyataan bahwa rumahnya hancur lebur akibat bencana.

“Ingin menjadi suster di gereja” Ungkap anak bernama lengkap Eva Purnama itu. Kenyataan pahit selanjutnya datang dari mulut sang ibu ketika ditanya perihal bantuan apa saja yang sudah diterima oleh warga.

“Baru kali ini abang, ada bantuan datang ke kami yang jauh di sini” Getir pahit terkecap begitu saja dari tuturnya. Adapun bukti lapangan lain yang mengejutkan datang dari pengalaman masing-masing relawan dari Tim Yayasan Pemuda Peduli.

“Fakta lapangan bahwa bantuan yang disalurkan dari berbagai Yayasan, KOP, atau Instansi terkait disunat, itu menjadi tanda tanya besar lagi bagi kami ketika di sana” Ungkap salah satu relawan Tim.

Kesejahteraan Sosial, sudah sepatutnya menjadi hak seluruh bangsa Indonesia sesuai dengan sila kelima Pancasila. Lagi, pertanyaan pamungkas muncul sebagai penutup. Kesejahteraan Indonesia : sudah mencapai realita, atau masih menjadi cita-cita?.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image