Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Iqbal Taufani

Monkeypox: Meneropong Sumber dan Pola Penyebaran di Era Mobilitas Global

Kabar WHO | 2024-10-04 13:41:21
https://www.kavacare.id/apa-itu-monkeypox-gejala-dan-penularannya/

Dunia telah memasuki era baru mobilitas global yang tinggi selama beberapa dekade terakhir. Pertumbuhan pesat perjalanan internasional untuk bisnis, pariwisata atau migrasi, telah sangat bermanfaat bagi perkembangan ekonomi manusia dan pertukaran budaya. Namun, kemajuan ini juga menyembunyikan ancaman yang semakin nyata terhadap keamanan kesehatan global, penyebaran penyakit menular. Penyakit zoonosis seperti Monkeypox, yang sebelumnya endemik di zona Afrika Tengah dan Barat, kini berpindah benua sebagai perubahan penting dalam pola penularannya. Dengan jaringan transportasi yang semakin saling terkait dan dengan batas-batas manusia yang semakin menipis, penyakit ini menyebar melintasi perbatasan negara dengan kecepatan luar biasa. Maka, artikel ini akan membahas bagaimana globalisasi, khususnya mobilitas manusia yang berkontribusi terhadap penyebaran Monkeypox dan pelajaran yang dapat diambil dari tren Monkeypox saat ini.

Penyakit Monkeypox merupakan salah satu penyakit zoonosis, disebabkan oleh virus yang termasuk dalam keluarga virus cacar yang dikenal dengan nama Orthopoxvirus. Meskipun secara kebetulan tidak separah cacar air, Monkeypox juga dapat membunuh orang dengan gejala-gejala serius seperti ruam kulit demam dan demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan pada kasus-kasus yang lebih parah, infeksi sekunder, radang paru-paru, dan komplikasi pernafasan. Penyakit ini ditularkan melalui paparan langsung terhadap cairan hewan yang terinfeksi, luka pada tubuh, dan bahan penyebab infeksi lainnya, serta dalam beberapa kasus melalui hewan yang sehat.

Perlu dicatat bahwa globalisasi mendukung distribusi dari penyakit-penyakit cacar monyet. Dalam masyarakat modern di mana globalisasi telah memungkinkan orang untuk dengan mudah dan cepat melakukan perjalanan ke dan dari berbagai negara. Selain itu, manusia menjadi lebih sering terpapar dan berinteraksi dengan satwa liar karena deforestasi menyebabkan perubahan habitat satwa dan iklim. Lebih dari separuh kasus infeksi Monkeypox terjadi akibat kontak dengan hewan peliharaan saat berburu dan berinteraksi dengan hewan-hewan eksotis, termasuk di penangkaran hewan. Ditambah, dalam kasus ini, urbanisasi yang cepat memperparah keadaan dengan menambah populasi di perkotaan secara besar-besaran, memperbesar resiko kontak antar individu sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya beberapa kondisi zoonosis seperti Monkeypox ini.

Populasi yang membengkak, jaringan transportasi yang berkembang pesat, dan banyak terjadinya perjalanan bisnis telah mengembangkan lingkungan yang cocok untuk penyebaran penyakit ini dengan cepat. Di beberapa negara Eropa dan juga Amerika Serikat pada tahun 2022 mengalami peningkatan kasus Monkeypox secara tiba-tiba tanpa adanya riwayat perjalanan ke daerah endemis. Ini berarti penularan lokal akibat kontak antar manusia di tingkat komunitas telah terjadi dan memainkan peran penting dalam penularan wabah ini.

Pada tahun 2022, membludaknya kasus Monkeypox di seluruh dunia membuat World Health Organization (WHO) mendeklarasikan Monkeypox sebagai ancaman evolusi baru yang harus dikhawatirkan, wabah virus Monkeypox yang cukup besar terjadi di Inggris, Spanyol, dan Amerika Serikat sebagai negara yang memang mengedepankan aspek industrialnya sehingga banyak terjadi maupun terbentuknya forum-forum yang mempertemukan berbagai individu dari banyak negara. Kasus Monkeypox pertama yang muncul di Amerika Serikat adalah seseorang yang baru saja kembali dari perjalanan ke luar negeri menunjukkan penyakit ini menyebar ke beberapa negara bagian dalam waktu yang sangat singkat.

Wabah Monkeypox tidak lagi terbatas pada negara-negara Eropa atau Amerika saja, di Asia khususnya Indonesia pun mengalaminya. Seperti yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hingga saat ini Monkeypox telah menjangkit 88 orang di berbagai daerah. Kasus pertama teridentifikasi pada Agustus 2022 di mana pasien tertular setelah melakukan perjalanan ke luar negeri. Sejauh ini, mayoritas kasus yang dilaporkan di Indonesia masih bersifat tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi, namun karena mobilitas penduduk yang tinggi dan interaksi lintas negara, ada risiko terjadinya wabah yang relatif besar.

Karena hingga saat ini Monkeypox belum mencapai tingkat wabah seperti wabah COVID-19, penyebaran Monkeypox di dalam negeri menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat itu sendiri untuk meningkatkan tindakan pencegahan terhadap infeksi cacar monyet. Meskipun Monkeypox didefinisikan sebagai penyakit yang dapat dicegah dan dikelola secara efektif, komplikasi akan muncul ketika penyakit ini berpindah ke daerah padat penduduk dengan mobilitas tinggi. Langkah-langkah manajemen negara untuk tindakan preventif dapat berupa karantina, pelacakan kontak, dan edukasi.

Masalah wabah Monkeypox yang saat ini menjadi endemis menimbulkan masalah baru terkait kemampuan sistem kesehatan dunia untuk mawas terhadap kejadian wabah penyakit menular. Sejumlah negara yang belum pernah terpapar Monkeypox kini tidak memiliki pilihan lain selain mengatasinya. Masalah-masalah penting yang meliputi ketersediaan vaksin cacar monyet, fasilitas yang memadai, dan tenaga terlatih untuk menangani penyakit ini masih belum terselesaikan.

Penyebaran monkeypox di luar wilayah endemik menimbulkan kekhawatiran baru tentang kesiapan sistem kesehatan global dalam menghadapi wabah penyakit menular. Namun, di tengah fokus besar setelah pandemi COVID-19, perhatian terhadap monkeypox sering kali terabaikan. Banyak negara masih berfokus dengan dampak COVID-19, sehingga monkeypox cenderung dianggap kurang mendesak, meskipun sama-sama berpotensi mengancam kesehatan masyarakat. Perhatian global yang tertuju pada COVID-19 telah menciptakan “bayangan” yang membuat risiko penyakit zoonosis lain, seperti monkeypox, tidak sepenuhnya mendapatkan respons yang tepat

Selain itu, fokus pada perluasan sistem kesehatan global juga cukup penting. Suatu negara harus memastikan bahwa mereka memiliki pusat perawatan yang memadai dan sumber daya manusia yang terampil yang diperlukan untuk mengendalikan wabah semacam itu. Mempertahankan dan membiayai faktor-faktor seperti sistem kesehatan masyarakat, yang tidak hanya mencakup biosurveilans yang lebih baik tetapi juga menciptakan vaksin baru degan kolaborasi penelitian, yang mana harus segera diberikan terutama pada kelompok berisiko tinggi, seperti orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi dari pekerjaannya ataupun hal lain dan orang-orang yang sering melakukan kontak dengan hewan, hal ini akan menjadi cara yang paling efektif untuk mencegah atau membunuh wabah baru di mana pun itu terjadi.

Munculnya Monkeypox, terlepas dari jarak yang sangat jauh antara daerah-daerah di mana pasien telah diidentifikasi, mengingatkan kita betapa saling terkaitnya dunia kita, dan betapa cepatnya penyakit menular dapat menyebar. Globalisasi, urbanisasi yang cepat, dan kontak yang lebih dekat antara manusia dan hewan telah membawa tantangan kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, dengan adanya bahaya-bahaya ini, kemampuan kita untuk bertindak secara efisien pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepatlah yang akan menentukan bagaimana epidemi ini akan diatasi di tahun-tahun mendatang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image