Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Antonius Satria Hadi

Inovasi Pangan Fungsional: Peluang Besar Bagi Kesehatan dan Ekonomi

Pendidikan dan Literasi | 2024-09-29 12:56:39

Pangan fungsional dan nutrasetikal kini menjadi sorotan utama dalam industri kesehatan dan pangan, karena menawarkan manfaat kesehatan yang melampaui sekadar kebutuhan gizi dasar. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian global terhadap produk ini semakin meningkat. Hal ini disampaikan Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. saat menyampaikan pandangannya pada The 2nd International Seminar on Functional Food and Nutraceutical bertema “Cultural Heritage and Health Sustainability: The Role of Traditional and Functional Food”. Acara yang berlangsung di Cavinton Hotel, Yogyakarta pada Sabtu (28/9/2024) siang ini meruapakan seminar yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia (P3FNI) yang berkolaborasi dengan Universitas Widya Mataram (UWM).

Selain Prof. Edy, seminar ini juga menghadirkan banyak narasumber, yaitu Prof. Dr. Pavinee Chinachoti dari Thailand dan Prof. Dr. Chin-Kun Wang dari Taiwan yang membahas dari aspek kesehatan, Prof. Dr. Robert Brinkmann dari Amerika Serikat yang menjelaskan kondisi perkembangan pangan fugsional di Amerika Serikat, dan Prof. Dr. Dony Dahana Wirawan dari Jepang yang mengamati pemakaian label kesehatan di Jepang antara Food for Specified Health Uses (FOSHU) dan Foods and Function Claim (FFC). Dalam seminar ini dihadiri para peneliti, dosen, pelaku industri, dan stakeholder yang tertarik dengan pangan fungsional dan nutrasetikal dari Indonesia dan mancanegara.

Rektor UWM, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., menegaskan bahwa perkembangan pangan fungsional dan nutrasetikal bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga tentang peluang ekonomi yang sangat besar. “Pasar global nutrasetikal saat ini sudah mencapai 326,56 miliar USD pada 2023, dan diperkirakan akan terus tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 7,5% hingga mencapai 671,99 miliar USD pada 2034. Ini mencerminkan potensi ekonomi yang luar biasa, termasuk bagi Indonesia," ujar Prof. Edy.

Lebih lanjut, Prof. Edy menjelaskan bagaimana perilaku konsumen, baik global maupun Indonesia, telah mengalami perubahan signifikan, terutama pasca pandemi. “Di kawasan Asia-Pasifik, lebih dari 54% konsumen menunjukkan minat kuat untuk menjaga kesehatan dan kebugaran mereka, dan ini tentunya membuka peluang besar bagi pelaku industri untuk terus berinovasi,”ungkap Ketua Dewan Pakar Masyarakat Pertanian Organik Indonesia ini.

Perubahan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. “Konsumen kini lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka. Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan akan produk-produk yang mendukung imunitas dan kesehatan secara umum. Di Indonesia sendiri, hampir 55% responden milenial sudah menyadari atau pernah mendengar tentang pangan fungsional,”lanjutnya.

Regulasi juga menjadi perhatian, dimana Prof. Edy juga mengingatkan bahwa regulasi menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan. “Untuk bisa bersaing di pasar internasional, produsen Indonesia perlu memastikan bahwa produk Indonesia memenuhi standar yang ketat, seperti yang diterapkan oleh BPOM di Indonesia, EFSA di Eropa, atau FDA di Amerika Serikat. Ini membutuhkan riset yang mendalam serta kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi,” jelas mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini.

Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pangan fungsional dan nutrasetikal, berkat kekayaan alam serta kearifan lokal seperti jamu yang telah lama dikenal memiliki manfaat kesehatan. “Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk-produk pangan fungsional dan nutrasetikal berbasis bahan lokal, “ ucapProf. Edy yang juga menjabat Ketua Dewan Pakar ISEI Cabang Yogyakarta ini.

Seminar internasional ini menjadi forum penting untuk mempromosikan inovasi pangan fungsional yang berkelanjutan, serta meningkatkan kontribusi ilmuwan dalam bidang pangan fungsional dan nutrasetikal. Kolaborasi antara UWM dan P3FNI menjadi contoh konkret bagaimana dunia akademik dan praktisi dapat bersinergi dalam menghadapi tantangan pangan masa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image