Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Rizqia

LAKUKAN INI AGAR BAYIMU TIDAK GTM

Parenting | 2024-09-27 11:13:42

Prevalensi kasus stunting di Indonesia pada tahun 2022 adalah 21,6%, dengan empat juta anak yang terdampak masalah ini. Ilustrasi. Foto : republika

Latar belakang

Salah satu sumber keresahan terbesar para orang tua yang memiliki bayi adalah kondisi anak GTM. Kondisi dimana anak menolak untuk membuka mulut atau menolak makanan yang masuk. Kondisi ini tentunya membuat para ibu menjadi khawatir, terutama anak dengan berat badan kurang. Kondisi GTM bisa berpengaruh pada tumbuh kembang anak, terutama di masa periode awal pertumbuhan. Bila dibiarkan dalam waktu yang lama di khawatirkan anak akan mengalami stunting, kondisi kurang nutrisi pada anak.

Penyebab GTM

Berbagai macam cara dilakukan oleh para orang tua agar anak mau membuka mulutnya dan mau makan. Kini banyak sekali varian makana instan yang bisa dipilih orang tua guna menumbuhkan selera makan si kecil. Namun sampai saat ini makanan instan masih menjadi perdebatan, apakah makan itu baik untuk anak?. Apak ada efek simpang dari pemberian makan instan pada anak?. Terlepas dari semua perdebatan berikut ini adalah beberapa hal yang membuat anak GTM.

1. Kondisi alami, biasanya anak akan sulit makan karena kondisi pertumbuhan yang terjadi dalam dirinya. Seperti kita ketahui gigi anak akan mulai tumbuh pada usia balita, proses ini menyebabkan ketidak nyamanan pada anak terutama saat menguyah makanan.

2. Kondisi sakit, anak yang masih memiliki daya tahan tubuh lemah akan membuat mereka gampang terserang penyakit. Kondisi yang paling umum terjadi pada anak adalah terserang penyakit pada saluran pernafasan dan pencernaan. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh pada nafsu makan anak.

3. Kondisi psikologis, beberapa anak dengan trauma saat makan meningkatkan kemungkinan anak untuk GTM. Biasanya anak yang mengalami pengalaman buruk saat makan akan menolak untuk makan. Pemaksaan dan bentakan pada anak bisa membuat mereka trauma terhadap makanan.

4. Kondisi indra yang sensitive. Pada beberapa anak memungkinkan mereka terkena GTM karena sensitivitas pada salah satu indranya. Biasanya indra pengecap mereka cukup sensistiv terutama terkait suhu, ada anak yang suka dingin, ada anak suka panas.

5. Kenyang, bisa jadi anak sulit makan karena sebelumnya sudah mencicil makan dengan camilan. Camilan manis dan berpengawet juga turut membuat anak menjadi memilih makanan. Anak cenderung mudah bosan dan memilih makanan yang masuk.

6. Terlalu banyak distraksi, anak biasanya menolak untuk makan karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Terlalu banyak stimulus di sekitarnya membuat anak menjadi rewel, seperti terlalu ramai. Anak dengan gadget akan lebih mudah GTM karena fokusnya hanya pada gadgetnya.

Cara Mengatasi GTM

1. Buat jadwal makan dan aktivitas pada anak, pemberian makan sebelum waktunya akan membaut anak bingung. Anak juga cenderung merasa sudah kenyang saat makan besar berlangsung.

2. Hindari pemberian gula tambahan pada anak, selain bisa membuat anak merasa kenyang gula juga memicu tantrum pada anak teruma gula putih.

3. Biarkan anak mengeksplore indra pengecap dan peraba, jangan selalu di suapin, biarkan dia makan sendiri meskipun belepotan.

4. Perhatikan menu makanan, anak juga bisa bosan dengan makanannya. Terutama anak yang sudah terpapar dengan MSG DAN GULA. Biasanya mereka jauh lebih sulit dipenuhi seleranya. Kreasikan makan dengan berbagai bentuk yang menarik anak.

5. Buat suasana makan menjadi menyenangkan, jangan terpaku hanya menggunakan alat makan saja. Sesekali coba makan di atas daun pisang atau alas lainya, biarkan jika dia mau makan pakai centong nasi, atau sayur. Selama masih hygenis dan tidak membahayakan.

6. Beri contoh, usahakan makan di meja makan, jika tidak memungkinkan usahakan makan bersama. Anak biasanya akan meniru orang di sekitarnya, peran ayah juga sangat diperlukan. Buat gesture bahagia saat makan, dan libatkan anak untuk menyuapi kita, saling menyuapi. Sehingga ada pengalaman berbeda saat makan dan bonding dengan orang tua.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image