Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riski Eka Purnairawan

Integrasi Interkoneksi: Pilar Keunggulan Akademik UIN Sunan Kalijaga

Edukasi | 2024-09-25 15:19:04

Integrasi Interkoneksi adalah konsep yang diperkenalkan oleh Prof. Dr. M. Amin Abdullah sebagai respons atas permasalahan dikotomi ilmu pengetahuan yang telah lama memisahkan ilmu agama dari ilmu umum. Paradigma ini diadopsi oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai landasan utama dalam mengembangkan pendidikan yang lebih menyeluruh. Gagasan integrasi-interkoneksi berusaha menghubungkan kembali dua disiplin ilmu yang selama ini berjalan terpisah. Pemisahan tersebut, yang muncul sejak masa abad pertengahan, dipengaruhi oleh dominasi ulama fiqih dan tarekat yang cenderung memfokuskan perhatian pada bidang agama seperti tafsir, fiqih, dan tauhid. Sikap para ulama tersebut yang lebih menekankan pada doktrin taklid dan kurang memberi perhatian pada perkembangan ilmu pengetahuan membuat dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum semakin lebar.

Prof. Dr. M. Amin Abdullah merasakan kegelisahan mendalam atas kondisi dikotomi ilmu ini, yang menurutnya tidak hanya membatasi ruang gerak keilmuan, tetapi juga menghambat kontribusi umat Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern. Pada abad ke-19, mulai muncul kritik dari para cendekiawan yang menganggap bahwa pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum tidak sesuai dengan prinsip Islam yang menekankan pada keterpaduan ilmu. Salah satu tokoh yang banyak memberikan pengaruh terhadap pandangan ini adalah Muhammad Abid al-Jabiri, seorang pemikir Muslim kontemporer yang membagi epistemologi keilmuan Islam menjadi tiga bagian: bayani, irfani, dan burhani. Ketiga pendekatan ini saling melengkapi, dengan bayani berfokus pada teks, irfani pada intuisi, dan burhani pada rasionalitas. Konsep al-Jabiri menjadi fondasi penting dalam pemikiran Amin Abdullah mengenai integrasi-interkoneksi.

Dalam konsep integrasi-interkoneksi, ilmu agama tidak lagi dipandang sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu umum. Sebaliknya, kedua disiplin ilmu ini dipadukan sehingga dapat saling melengkapi dalam memahami berbagai fenomena. Di UIN Sunan Kalijaga, paradigma ini diterapkan secara menyeluruh dalam berbagai bidang studi, baik di Fakultas Ushuluddin, Fakultas Tarbiyah, maupun fakultas lainnya. Setiap fakultas diwajibkan untuk menyusun kurikulum yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum. Misalnya, dalam pengajaran filsafat Islam, mahasiswa tidak hanya diajarkan mengenai pemikiran para ulama klasik, tetapi juga diperkenalkan pada pemikiran filsuf Barat seperti Immanuel Kant, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. Hal ini bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa sehingga mereka dapat memahami filsafat dari perspektif yang lebih beragam dan kritis.

Selain itu, integrasi-interkoneksi juga diterapkan dalam bidang penelitian di UIN Sunan Kalijaga. Pendekatan interdisipliner dalam penelitian menjadi salah satu karakteristik utama dari penerapan paradigma ini. Penelitian tentang hukum Islam, misalnya, tidak hanya dilakukan melalui pendekatan fiqih semata, tetapi juga melibatkan perspektif sosiologi, antropologi, dan ilmu-ilmu lain yang relevan. Dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam satu penelitian, para peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai suatu fenomena. Hal ini juga memungkinkan adanya dialog antara berbagai pendekatan keilmuan yang selama ini mungkin tidak pernah bertemu dalam satu kerangka penelitian. Dialog interdisipliner ini menjadi esensial dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih holistik dan aplikatif.

Dalam pengembangan kurikulum, UIN Sunan Kalijaga menekankan pentingnya memasukkan prinsip integrasi-interkoneksi dalam setiap mata kuliah. Kurikulum dirancang agar tidak ada lagi pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu umum. Setiap mata kuliah yang diajarkan harus mengandung unsur keterpaduan antara kedua disiplin ilmu tersebut. Sebagai contoh, dalam pengajaran tafsir, mahasiswa tidak hanya diajarkan bagaimana menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan metode klasik, tetapi juga diajak untuk memahami bagaimana sains modern dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena alam yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Sebaliknya, dalam pengajaran ilmu sains, mahasiswa diajak untuk melihat bagaimana nilai-nilai agama dapat menjadi landasan etika dalam penerapan ilmu pengetahuan. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan mahasiswa yang memiliki pemahaman yang komprehensif dan mampu mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu.

Paradigma integrasi-interkoneksi juga berdampak pada kegiatan akademik sehari-hari di UIN Sunan Kalijaga. Seminar-seminar yang diselenggarakan oleh universitas sering kali melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa dan dosen untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan para ahli yang memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda. Suasana akademik yang terbuka ini mendorong terciptanya lingkungan belajar yang dinamis dan interaktif. Dengan adanya dialog antar disiplin ilmu ini, mahasiswa dan dosen dapat memperluas cakrawala mereka dan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang. Hal ini sangat penting dalam menghadapi tantangan-tantangan intelektual di era globalisasi yang semakin kompleks.

Keberhasilan penerapan paradigma integrasi-interkoneksi di UIN Sunan Kalijaga dapat dilihat dari berbagai prestasi yang telah dicapai, baik di tingkat nasional maupun internasional. Banyak lulusan UIN Sunan Kalijaga yang kini berkarir di berbagai sektor, termasuk di pemerintahan, lembaga penelitian, dan sektor swasta. Mereka dikenal sebagai individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan komprehensif, serta mampu menerapkan pengetahuan mereka dalam berbagai konteks. Hal ini menunjukkan bahwa paradigma integrasi-interkoneksi tidak hanya memberikan manfaat di tingkat akademis, tetapi juga di dunia profesional. Lulusan UIN Sunan Kalijaga mampu bersaing dengan lulusan dari universitas-universitas lain, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Di tingkat internasional, UIN Sunan Kalijaga telah mendapat pengakuan atas pendekatan integrasi-interkoneksi yang diterapkan dalam kurikulum dan penelitiannya. Para akademisi dari UIN sering kali diundang untuk berbicara dalam forum-forum internasional yang membahas isu-isu global seperti hak asasi manusia, lingkungan hidup, dan pluralisme agama. Pendekatan integratif yang mereka tawarkan memungkinkan mereka untuk berkontribusi dalam wacana global tanpa harus meninggalkan nilai-nilai keislaman yang menjadi dasar pandangan hidup mereka. Dalam forum-forum tersebut, para akademisi UIN Sunan Kalijaga dapat berdialog dengan para ilmuwan dari berbagai latar belakang, sehingga tercipta pertukaran pengetahuan yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Di UIN Sunan Kalijaga, paradigma integrasi-interkoneksi tidak hanya menjadi landasan dalam pengajaran dan penelitian, tetapi juga dalam pengembangan budaya akademik secara keseluruhan. Dalam setiap kegiatan akademik, baik di kelas maupun di luar kelas, mahasiswa dan dosen didorong untuk selalu mengaitkan kajian ilmu agama dengan ilmu umum. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan civitas akademika yang mampu melihat keterkaitan antara berbagai disiplin ilmu dan tidak terjebak dalam pemikiran yang sektoral atau terpisah-pisah. Dengan pendekatan ini, diharapkan mahasiswa tidak hanya menjadi ahli dalam satu bidang ilmu, tetapi juga memiliki kemampuan untuk memahami bagaimana ilmu tersebut berkaitan dengan disiplin ilmu lain.

Paradigma integrasi-interkoneksi juga memiliki dampak yang signifikan dalam pengembangan penelitian di UIN Sunan Kalijaga. Dalam rangka meningkatkan kualitas penelitian, UIN mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian interdisipliner yang melibatkan berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya hasil penelitian, tetapi juga memberikan dimensi baru dalam memahami masalah yang kompleks. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan interdisipliner memungkinkan para peneliti untuk menemukan solusi yang lebih inovatif dan aplikatif. Selain itu, penelitian interdisipliner juga mendorong terciptanya kolaborasi antara peneliti dari berbagai disiplin ilmu, baik di dalam maupun di luar negeri.

Keberhasilan UIN Sunan Kalijaga dalam menerapkan paradigma integrasi-interkoneksi tidak hanya memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan di Indonesia, tetapi juga menjadi model bagi universitas-universitas lain di dunia Islam. Konsep integrasi-interkoneksi telah menunjukkan bahwa ilmu agama dan ilmu umum tidak harus dipisahkan, tetapi dapat diintegrasikan secara harmonis. Dengan pendekatan ini, UIN Sunan Kalijaga telah berhasil menciptakan lingkungan akademik yang inklusif dan dinamis, di mana dialog antara berbagai disiplin ilmu menjadi kunci dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih holistik dan relevan dengan perkembangan zaman.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image