Indonesia Darurat Keamanan Anak, Orang Terdekatpun tidak Menjamin Bisa Dipercaya
Agama | 2024-09-22 03:06:15Dunia anak harusnya dipenuhi dengan keceriaan dan kebahagiaan. Justru beberapa waktu terakhir, dunia media dipenuhi dengan kabar berita kasus pembunuhan dan penganiayaan terhadap anak, tidak tanggung-tanggung pelakunya adalah orang terdekat si anak.Di Cilincing, Jakarta Utara, seorang ibu bernama DM(26), tega menganiaya dua anak tirinya sampai salah satunya mengalami kejang-kejang, dan sempat menjalani operasi bagian kepalanya.
Dengan dalih kesal karena kedua anak tirinya sering mengganggu anak kandungnya. Hal ini tidak hanya sekali dilakukan, tapi sering sampai pada akhirnya tetangga memergokinya. (Kompas.com, 18/9/2024)Seorang ibu tiri IF(24) di Pontianak, Kalimantan Barat, tega membunuh anak tirinya dengan menyiksanya tidak memberinya makan, menendang bagian perutnya dan membenturkan kepalanya ke tembok.
Lebih jahatnya lagi mayat anak tirinya dimasukkan ke dalam karung dan disembunyikan di bagian belakang rumahnya dan berdalih pada suaminya bahwa si anak tiri diambil oleh suruhan ibu kandungnya. Terungkap alasannya karena cemburu, merasa suami lebih sayang kepada anak tirinya daripada anak kandungnya. (Detik.com, 29/8/2024)Seorang ibu kandung di Bekasi Utara bernama SNF(24), tega menghabisi anaknya dengan menusuk anaknya dengan 20 tusukan menggunakan pisau saat anaknya tidur.
Dikatakan si anak sempat bangun, tapi itu tidak mengurangi kebengisannya untuk tetap melanjutkan aktivitasnya. (Detik.com, 10/3/2024)Miris sekali, di kala anak seharusnya aman dan nyaman hidup di tengah orang-orang terdekatnya, justru kenyamanan dan keamanan juga tidak terjamin untuk didapatkan di tengah mereka.Sebenarnya apapun alasannya, semua itu tidak bisa dibenarkan. Katakanlah karena jengkel atas ulah si anak. Seharusnya orang yang lebih tualah, yang notabenenya akalnya sudah sempurna, mencoba waras untuk menghadapinya. Bukan justru menanggapinya dengan berlebihan, bahkan main tangan.
"Kenakalan" yang sering kita sebut pada usia anak yang belum sempurna akalnya, itu normal dan wajar, kenapa? Karena mereka belum bisa mengkomunikasikan dan menterjemahkan dengan baik kemauannya. Justru orang yang lebih tualah yang bertanggungjawab untuk menyempurnakannya.Hanya saja terkadang orangtua menanggapi "kenakalan" anak tidak dengan bijak, bahkan sampai kehilangan akal sehatnya dalam menanggapinya, hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
Bisa karena sudah lelah menghadapi peliknya kondisi ekonomi/beban hidup, tingkat stress yang berlebihan, frustasi karena kurangnya perhatian dari pasangan/orang terdekat hanya untuk sekedar melepaskan sedikit kadar beban, lupa kalo anak hanya sekedar titipan, atau kosongnya jiwa karena minimnya iman. Sehingga pelampiasan satu-satunya adalah anak di rumah yang tidak punya daya.Pengamat masalah perempuan, anak, dan generasi dr. Arum Harjanti menilai, bahwa rumah tidak lagi aman bagi anak, karena paham sekulerisme sudah merasuk dalam individu Masyarakat.
Beliau mengatakan, ketika muncul persoalan dan masyarakat tidak lagi memiliki pegangan karena agama dan Tuhan telah disingkirkan dalam kehidupan, maka jiwa pun kosong karena jauh dari Tuhan. Sehingga tekanan ini, apabila terakumulasi memungkinkan terjadinya letupan emosi yang dapat menghantarkan tindakan diluar nalar, termasuk kekerasan, bahkan menghilangkan nyawa. Tidak ada lagi rasa takut akan hari pertanggungjawaban, yang penting emosi tersalurkan, meskipun harus memakan korban.
Dengan munculnya banyak kasus penganiayaan dan pembunuhan pada anak yang dilakukan orang terdekat di Indonesia, menunjukkan bahwa Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Merupakan alarm yang kuat sebenarnya bahwa Indonesia lagi darurat keamanan untuk anak. Butuh solusi segera, agar tidak ada lagi korban-korban berkelanjutan. Yang bukan hanya sanksi saja, tapi tindak pencegahan sebelum terjadinya. Kemana lagi anak-anak akan berlindung dengan aman, kalau tidak di dalam rumahnya dan bersama orang-orang terdekatnya.
Islam Menjawab, Bisa menjadi Solusi Paripurna
Allah menjadikan hidup sebagai ujian, sebagaimana firman Allah dalam QS Al Mulk ayat 2, yang artinya:"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa Lagi Maha Pengampun."Ketika seorang beriman, menjadikan Allah sebagai sandaran hidupnya, maka ia akan senantiasa sabar dalam menghadapi ujian kehidupan. Apa yang menimpa dalam dirinya, akan dia yakini bahwa itu adalah yang terbaik untuk dirinya, dan ridho menerimanya sebagai sebuah ketetapan Allah.
Bahkan terus menerus mendekatkan dirinya kepada Allah, dan tidak berputus asa mencari solusi atas persoalan kehidupannya, karena yakin akan janji Allah, bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan.Ketika masing-masing individu memiliki pemahaman yang sama seperti di atas, pastilah akan terbentuk individu yang bermental kuat, tidak cemen, dan kesabarannya luar biasa sehingga ia akan terhindar dari perilaku jahat dan keji.Tidak cukup bagi individunya, kepekaan dan kepedulian masyarakat sekitarnya amat sangat dibutuhkan.
Rasa empati, dukungan dan kontrol masyarakat juga memiliki peran dalam meluruskan dan memperbaiki tatanan kehidupan, serta saling mengingatkan agar tetap dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah.Disebutkan dalam QS An Nisa ayat 36 yang artinya: "Sembahlah Allah dan janganlah mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun, berbuatlah kebaikan kepada kedua orangtua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan jauh, teman sejawat, orang yang sedang dalam perjalanan dan hamba sahaya yang kamu miliki.
"Rasulullah saw juga bersabda yang artinya, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia muliakan tetangganya.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dan yang yang terpenting, Islam juga telah mewajibkan negara untuk mengurus rakyatnya dengan baik, termasuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok yang menjadi beban utama saat ini, melalui berbagai mekanisme yang telah ditetapkan syariat Islam.
Negara juga secara praktis menjamin keterjagaan rakyatnya atas nasabnya, akalnya, kemuliaannya, nyawanya, hartanya, agamanya, ketentraman/keamanan dan negaranya. Dengan terwujud dan terlaksananya tiga komponen di atas, cukup untuk menjadi solusi paripurna dalam mewujudkan orang terdekat, rumah dan lingkungan adalah tempat teraman dan bisa dipercaya bagi keberadaan anak. Wallahu A'lam bishshowwab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.