Stunting pada Anak
Parenting | 2024-12-23 17:04:51Mengenal Stunting pada Anak
Stunting adalah penghambatan pertumbuhan pada anak saat masa tumbuh kembang. stunting merupakan masalah Kesehatan yang tidak dapat diperbaiki, terutama setelah usia anak sudah mencapai 2 tahun. Stunting di Indonesia belum dapat teratasi dengan baik. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen daritahun sebelumnya yang sebesar 21,6 persen. Sedangkan pada tahun 2024 pemerintah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen. Untuk mencapai target tersebut membutuhkan kerja sama antar pemerintah daerah.
Stunting pada anak adalah salah satu isu kesehatan masyarakat yang paling signifikan di Indonesia. Masalah ini sangat serius karena berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit dan kematian, obesitas, serta munculnya penyakit tidak menular di kemudian hari, serta masalah pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif yang buruk, dan produktivitas serta pendapatan yang rendah pada orang dewasa. Dengan kata lain, stunting akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia di masa depan (Paramashanti et al., 2016).
Stunting menjadi salah satu fokus dalam Sustainable Development Goals (SDGs), yang berhubungan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2, yaitu menghapuskan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Sasaran yang ditetapkan adalah mengurangi prevalensi stunting hingga 40% pada tahun 2025 (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018).
Anak-anak mengalami stunting akibat kekurangan gizi, terutama selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting ketika usia balita pada umumnya sering tidak disadari oleh keluarga dan setelah 2 tahun baru terlihat dan berdampak pada kemampuan kognitif dan produktivitas jangka panjang, bahkan bisa berdampak pada kematian (Oktarina & Sudiarti, 2014). Negara Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain masuk dalam grup yang mempunyai prevalensi cukup tinggi yaitu 30%-39%. Negara Indonesia menempati peringkat ke 5 dunia dengan jumlah anak pendek terbanyak. Posisi Indonesia hanya lebih baik dari India, Tiongkok, Nigeria, dan Pakistan (Trihono et al,2015).
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018).
Faktor yang dapat menyebabkan stunting yaitu dapat berupa
1. Pola asuh yang tidak efektif
Pola asuh yang tidak efektif dapat menyebabkan stunting dikarenakan perlakuan orang tua yang kurang memperhatikan asupan gizi pada anaknya. Hal ini dapat terjadi mulai dari masa kehamilan. Kurangnya nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan otak anak.
2. Pola Makan
Akses yang terbatas pada makanan bergizi dan variasi menu yang tidak seimbang dapat berdampak negatif pada perkembangan anak dan meningkatkan kemungkinan stunting. Hal ini terjadi karena banyak ibu yang tidak memahami pentingnya gizi sebelum, selama, dan setelah melahirkan.
3. Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu
Pendekatan pengasuhan yang kurang tepat juga berkontribusi pada stunting pada anak-anak. Pengasuhan ini berhubungan dengan cara pemberian makanan dan perilaku orang tua terhadap anak. Jika orang tua tidak menyediakan makanan bergizi yang cukup, anak berisiko mengalami stunting. Di samping itu, kondisi ibu yang mengalami kurangnya nutrisi selama masa remaja, kehamilan, dan menyusui juga dapat berdampak pada perkembangan fisik dan otak anak.
4. Sakit Infeksi yang Berulang
Munculnya infeksi yang sering pada anak disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Ketika kekebalan tubuh anak tidak optimal, kemungkinan untuk mengalami berbagai masalah kesehatan, termasuk stunting, meningkat. Mengingat stunting adalah kondisi yang mudah menimpa anak-anak, sangat penting untuk memastikan bahwa sistem kekebalan anak selalu terjaga agar terhindar dari infeksi.
Tanda-tanda stunting biasanya mulai terlihat ketika anak mencapai usia dua tahun. Namun, sering kali hal ini tidak disadari atau salah diartikan sebagai pertumbuhan yang normal untuk ukuran tubuh yang kecil.
Ciri-ciri dan gejala yang dapat menandakan bahwa seorang anak mengalami stunting meliputi:
1. Tinggi tubuh anak lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusianya
2. Berat badannya tidak meningkat secara teratur
3. Perkembangannya lebih lambat dibandingkan anak lain yang seusia
4. Kurang aktif dalam bermain
5. Sering merasa lemah
6. Mudah mengalami sakit, terutama infeksi
1. Menyadari bahwa stunting merupakan isu kesehatan yang sangat serius dan dapat memengaruhi pertumbuhan anak hingga ia dewasa, penting bagi Anda untuk mengetahui berbagai upaya pencegahannya. Berikut beberapa langkah preventif yang dapat diambil untuk menghindari stunting. Langkah-langkah pencegahan ini sebaiknya dilakukan sebelum, selama, dan setelah kehamilan.
2. Pahami Aspek Nutrisi
Pastikan Anda mengonsumsi nutrisi yang cukup setiap hari, terutama selama kehamilan. Mengerti mengenai aspek nutrisi dengan baik dan menerapkannya dalam pola asuh anak sangatlah penting.
3. Variasi Menu Makanan
Usahakan untuk selalu memberikan anak makanan yang beragam. Jangan lupa untuk memperhatikan kebutuhan gizi dan nutrisi harian mereka. Selama kehamilan dan setelahnya, ibu juga harus memperoleh gizi yang baik dan seimbang untuk mencegah terjadinya stunting.
4. Rutin Memeriksa Kesehatan
Selama kehamilan, penting bagi ibu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin agar berat badannya sesuai dengan usia kehamilan. Ibu hamil juga harus terhindar dari anemia atau kekurangan darah karena hal ini dapat berdampak pada janin. Pemantauan tekanan darah dapat dilakukan saat pemeriksaan rutin.
5. Manfaat ASI
Air susu ibu (ASI) mengandung beragam nutrisi yang mendukung pertumbuhan anak. Di dalam ASI terdapat zat-zat yang membantu memperkuat sistem imun anak, sehingga mereka dapat terhindar dari berbagai masalah kesehatan, termasuk stunting.
6. Pentingnya Asam Folat
Asam folat memiliki peran vital dalam pengembangan otak dan saraf tulang belakang bayi. Zat ini juga bisa menurunkan risiko gangguan selama kehamilan hingga 72%. Dengan mengonsumsi asam folat yang cukup, risiko masalah perkembangan organ bayi selama kehamilan dapat diminimalkan.
7. Tingkatkan Standar Kebersihan
Infeksi yang sering terjadi pada anak dapat disebabkan oleh sistem imun yang lemah. Ketika sistem imun anak tidak berfungsi dengan baik, mereka lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, termasuk stunting. Karena stunting adalah masalah yang kerap menyerang anak, penting untuk selalu memastikan bahwa daya tahan tubuh mereka terjaga agar terhindar dari infeksi.
8. Pentingnya Sanitasi
Sanitasi dan akses terhadap air bersih merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam upaya mencegah stunting pada anak. Peliharalah kebersihan diri dan lingkungan agar bebas dari bakteri, jamur, kuman, dan virus yang dapat menginfeksi diri Anda serta anak. Anda juga disarankan untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dan tangan. Jika tangan tidak bersih, kuman dapat mencemari makanan yang dikonsumsi, yang dapat menyebabkan masalah gizi. Dalam jangka panjang, kekurangan gizi yang berkepanjangan dapat berkontribusi pada terjadinya stunting.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.