Moderasi Beragama Mengancam Pelajar
Agama | 2024-09-21 17:00:46Menjelang purnatugas, Ibu Negara Iriana Joko Widodo (Jokowi) bersama Ibu Wury Ma'ruf Amin menggaungkan Moderasi Beragama kepada kalangan pelajar di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (11/9/2024). Kegiatan ini juga dihadiri para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia Maju (KIM). Kegiatan 'Sosialisasi Moderat Sejak Dini' ini mengangkat tema "Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia". Kegiatan ini diikuti sebanyak 500 pelajar lintas agama dari sekolah madrasah aliyah dan SMA se-Kota Balikpapan yang bernaung di bawah Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). (khazanah.republika.co.id, 11/9/2024).
Lagi-lagi pemerintah meluncurkan program yang sia-sia, bukannya menyelamatkan generasi, menggaungkan kembali moderasi beragama malah akan semakin menjerumuskan generasi pada lubang kehancuran. Moderasi beragama di madrasah misalnya, semakin menghasilkan pelajar yang semakin tidak paham dengan ajaran Islam, pelajar yang semakin mengalami krisis identitas sebagai muslim beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, semakin menjauh dari profil Rasulullah saw sebagai satu-satunya teladan terbaik. Jargon tawasuth membuat pelajar seenaknya sendiri mencampakkan ajaran Islam dengan dalih tidak mau berlebihan. Tidak pacaran dianggap tidak gaul, istikamah menutup aurat dianggap fanatik. Jargon tasamuh membuat pelajar bersikap toleran kebablasan mencampuradukkan akidah, ikut merayakan hari besar agama lain sudah biasa. Jargon I’tiraf al ‘urf membuat pelajar kembali ke jaman jahiliyah, adat yang bertentangan syariat dengan ringannya dijalankan, adat yang tidak diteladankan Nabi menjadi acuan. Dan masih banyak lagi jargon pelajar moderat yang membuat pelajar semakin kehilangan identitas sebagai muslim sejati, taat sepenuhnya dengan perintah Allah dan RasulNya, menjauhi semua laranganNya. Yang ada adalah pelajar sekular dan liberal.
Moderasi beragama jelas tidak diperlukan, malah membahayakan. Moderasi beragama tidak memberikan solusi mendasar pada permasalahan generasi terutama pelajar. Fakta problem remaja termasuk pelajar adalah berupa dekadensi moral remaja yang makin parah. Perundungan menjadi makanan sehari-hari di sekolah, seks bebas dan aborsi semakin menjadi, kriminalitas dengan pelaku pelajar dan remaja juga tidak hilang sebaliknya semakin meningkat. Maka langkah pemerintah menyolusi dengan pengarusan moderasi beragama yang tidak berhubungan dengan akar persoalan generasi jelas langkah sia-sia.
Tidak hanya sia-sia, moderasi beragama juga harus diwaspadai. Moderasi beragama di institusi pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar yang dipandang sebagai musuh ideologi kapitalisme, agar generasi memiliki profil moderat dalam beragama, yang justru menjauhkan profil kepribadian Islam. Nampak bahwa yang menjadi kekhawatiran negara itu bukan kerusakan moral remaja, tapi ancaman kebangkitan Islam. Penguasa sedang menjalankan peran sebagai penjaga sistem sesuai arahan Barat. Moderasi beragama adalah proyek Barat yang dimaknai menerima pemikiran liberal seperti HAM, pluralisme. Dengan demikian, langkah Barat mencegah kebangkitan generasi Islam dan kebangkitan umat Islam akan semakin mulus.
Pelajar seharusnya menjadi duta Islam yang mengambil Islam yang murni, tidak bercampur dengan pemikiran Barat. Menjadi muslim kaffah dengan terikat sepenuhnya pada syariat dalam semua hal, menjadi pejuang kebangkitan Islam, bukan menyenangkan musuh Islam. Menjadi muslim pejuang tegaknya sistem Islam. Menjadikan dirinya model muslim sejati, tangguh dalam kehidupan, mewujudkan peradaban gemilang , menjadikan dakwah sebagai aktivitas utama dan mempunyai visi misi jauh ke depan hingga ke akhirat. Namun, profil generasi muslim yang produktif, tangguh, pembangun peradaban mulia hanya mampu dicetak oleh negara Islam, Khilafah. Negara akan menjaga dan mengupgrade kualitas remaja dengan ideologi Islam melalui sistem pendidikan, menghidupkan tradisi dakwah, dll sehingga terwujud generasi harisan aminan lil Islam dan daulah. Oleh karena itu, perjuangan untuk mewujudkan sistem Islam merupakan sebuah kewajiban sekaligus kebutuhan seluruh umat Islam yang akan menyelamatkan dan menyejahterakan seluruh umat manusia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.