Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Hal-hal yang Setiap Orang Tua Wajib Ketahui (Bagian Kedua)

Parenting | Thursday, 19 Sep 2024, 17:40 WIB

Menjadi orang tua, ibarat memasuki ruang petualangan baru. Seperti umumnya petualangan, ada banyak potensi hal tidak terduga atau tidak terencana, yang mau tidak mau harus dihadapi. Ada kalanya sang anak tumbuh sesuai dengan keinginan dan harapan, namun bukan tidak mungkin apa yang terjadi pada anak kita benar-benar diluar nalar dan prediksi. Maknanya, orang tua wajib terus belajar, karena kredonya adalah tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi, jika paham ilmunya. Semakin orang tua berilmu, maka seyogianya orang tua tersebut akan memiliki sejumlah perbendaharaan dan alternatif solusi pemecahan masalah. Selanjutnya, semakin orang tua berilmu, maka semakin mampu mengarahkan anak ke visi keluarga yang dicitakan, semakin bisa untuk mengembangkan anak sesuai dengan misi yang diemban, serta sesuai dengan nilai yang ditargetkan untuk dihayati sepanjang hidupnya.

Semakin anak memiliki gambaran yang semakin jelas terkait kemana seharusnya mereka melangkah, maka kecil kemungkinan mereka akan galau dan tersesat. Hari ini, ribuan godaan dan jutaan gelombang ideologi siap datang dan menyesatkan arah dan langkah anak. Mereka masuk melalui ruang-ruang digital yang tidak pernah terbayangkan oleh orang tuanya sepuluh dua puluh tahun yang lalu. Ajakan untuk berbelok dari tujuan sejati pendidikan anak, yaitu untuk menjadi hamba Allah dan beribadah hanya kepada Allah sangat banyak.

Maka, Dr. M. Nur Abdul Hafizh Suwaid (2010) menegaskan bahwa keluarga adalah benteng akidah Islam. Maka, yang namanya benteng tentu harus kokoh dan kuat, diluar dan didalamnya. Setiap anggota keluarga harus siap siaga di pos jaganya masing-masing. Seorang ayah akan kesulitan menjaga benteng pertahanan ini jika tidak bekerja sama dengan sang ibu. Pasangan orang tua wajib bahu membahu membangun benteng pertahanan adab dan akhlak anak, dari seluruh gangguan. Program tarbiyah (pengembangan potensi fitrah), ta-dib (penghayatan dan pembangunan adab) serta ta'lim (penguasaan ilmu pengetahuan agama dan ilmu dunia sesuai zaman) wajib menjadi arus utama.

Seiring pertumbuhan dan perkembangan anak, mereka perlu semakin paham mana yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh, mana yang hak dan mana yang batil, mana yang baik dan mana yang buruk. Semakin anak paham batasan, semakin filter mereka bekerja dengan baik untuk menyaring stimulus yang hadir.

Nah, masalahnya, mereka tidak bisa pintar dan beradab dengan sendirinya (auto pintar dan auto beradab). Diperlukan proses pendidikan, yang meliputi tarbiyah, ta'dib dan ta'lim secara berkelanjutan. Ada upaya terus menerus untuk meluruskan jalan, dan memperbaiki kesalahan.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu (dalam Suwaid, 2010) menafsirkan firman Allah Subahanahu wa ta'ala (at-Tahrim ayat 6) "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" sebagai berikut: "Ajarilah diri kalian dan keluarga kalian kebaikan".

Maka, logikanya, bagaimana orang tua bisa mengajari kebaikan jika mereka sendiri tidak paham. Bagaimana teko yang kosong bisa mengisi air di dalam gelas? Jadi, ketika seseorang telah memasuki usia pemuda, maka mereka dalam kondisi terbaik untuk belajar demi masa depannya, khususnya ketika mereka akan segera membangun keluarga. Mengingat begitu beratnya tugas sebagai orang tua, yaitu menyelematkan dirinya dan keluarganya dari api neraka, maka sudah seyogianya setiap orang bersemangat dalam belajar agama. Belajar demi keselamatan dirinya dan keluarga. Belajar demi kesuksesan dunia dan akhiratnya. Belajar demi menghasilkan generasi yang dengan ikhlas mendoakan mereka, seperti amanah yang Allah Subhanahu wa ta'ala sampaikan dalam al-Ankabut ayat 8; "Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya"

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image