Gadis Penjual Gorengan dan Peradaban di Luar Batas (Bagian Dua)
Eduaksi | 2024-09-15 16:17:29Terkait kasus yang sangat mengerikan ini, tentu setiap orang sulit membangun komentar, karena tidak benar-benar merasakan kepedihannya. Seorang gadis yang dengan segala keterbatasannya, berjuang menjadi tulang punggung keluarga, sekaligus berjuang menggapai cita-cita dirinya sendiri yaitu menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan menjadi guru.
Namun demikian, satu hal penting adalah bagaimana setiap individu, keluarga, kelompok-kelompok komunitas dan masyarakat luas, menjadikan ini sebagai pelajaran dan peringatan. Pelajaran untuk terus mendidik putra-putrinya agar terus tumbuh berkembang, terdidik dengan adab yang baik. Serta peringatan untuk selalu membangun linkungan kondusif, agar tidak ada seorangpun anggota keluarga dan anggota masyarakat menjadi korban kekerasan ataupun pelaku kekerasan.
Kondusifitas dan keamanan lingkungan perlu terus dibangun. Hal ini penting untuk menjaga jangan sampai supporting factor (faktor pendukung) seperti tetangga, orang dekat, keluarga besar, justru berubah menjadi risk factor (faktor pemroduksi resiko/pelaku kejahatan)
Pendidikan Masyarakat
Pendidikan berbasis masyarakat, ataupun pendidikan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat perlu terus dilakukan. Agar apa? Agar semakin banyak anggota masyarakat terpapar nilai dan norma pendidikan. Agar semakin masif individu-individu dalam masyarakat yang mengerti ajaran agama, mana perilaku baik/buruk, maka tingkah laku benar/salah, dll. Artinya, penyebaran pemahaman tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik perlu terus disosialisasikan. Hal ini dilakukan untuk memperkecil resiko kejadian miris seperti pembunuhan gadis penjual gorengan ini. Yaitu dengan cara memperluas dampak pendidikan etika, adab dan karakter moral, kepada sebanyak mungkin anggota masyarakat.
Hari ini mungkin korbannya adalah orang lain yang tidak dikenal. Namun, tidak ada yang mengetahui jika hari esok, pekan depan atau bulan depan, kasus serupa dapat menimpa orang-orang terdekat. Artinya, jika masyarakat cenderung pasif dan acuh tak acuh, maka bukan tidak mungkin efek jeranya tidak terasa. Bukan tidak mungkin sebagaian pihak semakin bebas melakukan aksi zalimnya. Maka, rentetan kasus demi kasus memilukan ini bukan lagi untuk direnungkan namun harus dilawan dengan aksi nyata.
Setiap individu wajib terus belajar agama dan saling mengingatkan untuk terus mendalami syariat agama. Penyebaran kesadaran beragama, diharapkan dapat meningkatkan atmosfir ketakwaan di masyarakat dan kondisi keshalehan. Semakin kondisi keshalehan terbangun, maka seyogianya akan semakin kecil virus keburukan. Peradaban yang baik perlu terus diupayakan untuk dibangun. Membangun peradaban yang mulia, perlu menjadi cita-cita dari setiap individu dan masyarakat bangsa. Sehingga, masing-masing akan menempuh jalan berbasis kemampuan, posisi, jabatan dan keahliannya, untuk terus mengupayakan peradaban yang beradab.
Pada tingkat keluarga, orang tua harus lebih berhati-hati lagi mengizinkan putrinya untuk berada diluar tanpa pengawasan, khususnya dari mahramnya. Lingkungan sosial hari ini telah menjadi semakin tidak aman. Jika tidak ada perlu mendesak, lebih baik di dalam rumah saja. Jikapun ada keperluan mendesak, diupayakan agar dapat ditemani oleh mahramnya. Kejahatan dapat hadir karena kesempatan,
Pada level kompleks, dibangun kesadaran kolektif untuk saling mengenal satu sama lain, saling menjaga dan saling membangun kewaspadaan. Jika di lingkungan komplek terdapat satu-dua sosok mencurigakan, perlu segera disosialisasikan sosoknya untuk dihindari. Bangun gerbang berpengawal jika perlu
Pada level Sekolah, setiap guru wajib terus mendorong kewaspadaan dan kehati-hatian, selain tentunya terus memberikan pendidikan adab dan akhlak kepada para muridnya. Urgensi dan kewajiban berbuat baik pada sesama perlu terus ditekankan. Murid dididik untuk selalu mengamalkan kebaikan yang diajarkan agama.
Pada level Negara, perlu terus ditingkatkan perangkat ketertiban dan keamanan bagi masyarakat. Masyarakat perlu terus diedukasi untuk menjaga diri, keluarga dan lingkungan sosialnya.
Terakhir tentu adalah lebih banyak memanjatkan doa kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala, memohon perlindungan dari-Nya
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.