Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jamilah Kurniati

Maulid Nabi: Meneladani Kepemimpinan Rasulullah

Agama | Saturday, 14 Sep 2024, 21:06 WIB

Saat ini memasuki bulan Rabiul Awal yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad saw dan sering disebut bulan Maulid. Tak ayal dimomen ini ada kebiasaan masyarakat khususnya di wilayah pedesaan dan perkampungan mengadakan berbagai acara atau kegiatan untuk memperingatinya. Mulai dari majelis sholawat, tausiyah, hiburan-hiburan bernuansa islami, hingga acara sesuai dengan adat istiadat setempat di klaim sebagai bentuk kecintaan terhadap Rasulullah saw. Lalu, bagaimana sejatinya menunjukkan kecintaan pada Rasulullah saw.? Karena kecintaan butuh bukti, bukan hanya klaim saja.

Imam Ibnu Rajab Rahimahullah berkata, “Diantara tanda cinta kepada Allah Swt. adalah mencintai Al-Qur’an. Diantara tanda cinta pada Al-Qur’an adalah mencintai manusia yang kepada beliau Al-Qur’an diturunkan, yakni Nabi Muhammad Saw.” (ibnu Rajab, Tafsir Ibn Rajab halaman 348). Dari sini dapat disimpilkan bahwa mencintai Allah Swt, Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw adalah dengan ketakwaan yaitu berupaya untuk mengikuti perintahNya dan menjauhi laranganNya, berupaya mengamalkan semua isi Al-Qur’an, serta meneladani Rasulullah saw dalam seluruh aspek kehidupan.

Meneladani Kepemimpinan Rasulullah Saw.

Peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw bukan hanya sekedar seremonial, melainkan menuntut kaum muslimin mampu meneladani beliau dalam menjalani hidup dan menata kehidupan. Segala aspek telah beliau contohkan, aqidah, ibadah, akhlak, bahkan pemerintahan yang Beliau jalani merupakan teladan kebaikan yang wajib diikuti oleh seluruh kaum muslimin apalagi menteladani Rasulullah saw merupakan perintah Allah yang termaktub dalam Q.S Al-Ahzab ayat 21, AllAh Swt berfirman, “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi siapa saja yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir dan ia banyak mengingat Allah”. Dalam tafsirnya, Imam Ibnu Katsir menjabarkan pokok yang besar dalam meneladani Rasulullah disetiap perkataan, perbuatan dan keadaan diam beliau.

Meneladani Rasulullah harus riil sebagaimana yang Beliau sampaikan dalam Al-Qur’an dan sunnah, termasuk meneladani Rasulullah dalam kepemimpinan, bernegara dan membangun peradaban. Rasulullah membangun negara Islam yang menjadi cikal bakal terbentuknya negara Khilafah. Khilafah merupakan suatu kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim yang yang merapkan syari’at secara utuh dan mendakwahkan ke suluruh penjuru dunia. Rasulullah juga berhasil membangun peradaban manusia yang mulia, mengangkat harkat dan martabat bangsa Arab dan umat manusia. Peradaban yang sama sekali baru diantara kompetisi kekaisaran Romawi dan Kerajaan Persia.

Mirip dengan kondisi umat sekarang, kala itu Bangsa Arab dan umat manusia pada umumnya berada pada masa jahiliyah yang akidahnya berkutat dengan takhayul, khurafat, dan syirik. Dalam sosialnya dipenuhi syahwat yang menindas dan merendahkan perempuan. Dan dalam ekonominya praktik tipu menipu dan riba merajalela. Sedang dalam politiknya, pemerintahan didominasi oleh kelas elite borjuis dan tunduk pada Imperium Romawi. Saat itu dengan kepemimpinan yang Beliau miliki, Rasulullah berhasil mengubah masyarakat menjadi bertauhid, berhukum hanya pada hukum Allah, berakhlak mulia, bermuamalah secara jujur dan amanah, serta memiliki sistem pemerintahan yang kokoh dan sukses menciptakan keadilan dan kesejahteraan.

Sebagai kepala negara dan pemerintahan tentu saja Rasulullah memiliki sejumlah kunci sukses yang bisa dijadikan teladan. Pertama, kemuliaan akhlak Rasulullah yang menunjukkan kepemimpinan beliau yang mengayomi dan mendahulukan kepentingan rakyatnya, melayani masyarakat tanpa pencitraan, bekerja keras dalam mengurusi urusan rakyat dan memenuhi segala keperluan mereka. Kedua, akidah Islam dijadikan landasan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara. Mendakwahkan Islam untuk membongkar kebatilan yang ada di masyarakat dan menggantikan keyakinan mereka dengan akidah Islam untuk menauhidkan Allah Swt dan tunduk pada syariatnya. Ketiga, penerapan Islam secara kaffah oleh Rasulullah yang dijalankan tanpa kompromi dalam menerapkan hukum Allah Ta’ala, karena Allah Swt yang perintahkan. Keempat, hukum diberlakukan secara adil dan konsisten. Tak ada keistimewaan hukum walaupun terhadap keluarganya sehingga menjamin tegaknya pemerintahan dan hukum ditengah masyarakat. Tak ada kompromi saat menjalankan hukum-hukum Allah. Pernah ada sebagian orang yang membujuk beliau agar tidak memberikan sanksi pidana potong tangan kepada perempuan dari keluarga bangsawan Bani Makhzum dan beliau menegur mereka dengan khotbahnya, “sungguh orang-orang sebelum kalian hancur lantaran jika ada bangsawan mencuri, dibiarkan; sementara itu jika ada kaum lemah mencuri, dihukum. Demi Allah, andai Fathimah putri Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya.” (HR. Bukhari)

Bukti cinta kepada Rasul

Mentaati Rasulullah sekaligus berupaya meneladani jalan hidup beliau dapat menjadi bukti nyata kecintaan kepada Rasululah. Kepemimpinan Rasulullah sebagai kepala negara Islam adalah perkara paling menonjol yang wajib diteladani. Dan hal ini telah dibuktikan selama lebih dari 13 abad ketika Khulafaurasyidin yang dilanjutkan oleh Khalifah setelahnya mengikuti dan meneladani beliau dalam penerapan dan penegakan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan, dan menjadi kunci mendapatkan penjagaan Allah Swt. Beliau bersabda, “Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau mendapati Allah di hadapanmu.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).

Sehingga untuk mendapatkan penjagaan Allah Swt secara sempurna maka umat Islam harus senantiasa meneladani Rasulullah dalam berjuang untuk mewujudkan penerapan syariat secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan. Jika hal ini senantiasa dijaga maka keberkahan Allah akan dilimpahkan dan keridaan-Nya akan dicurahkan dan umat akan merasakan ketenangan, ketentraman, kemakmuran serta kemuliaan akan tercapai.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image