Selingkuh Itu Karena Niat atau Kesempatan sih?
Gaya Hidup | 2022-01-23 08:22:14Benarkah hal ihwal cicilan menentukan selingkuh tidaknya seorang suami? Hehehe, tentu saja ini hanya pameo yang mendadak viral gara-gara booming-nya serial "Layangan Putus". Oleh sebab suami tak ada cicilan, maka penghasilannya yang “turah-turah” itu bisa saja dialokasikan untuk selingkuh. Begitu kurang lebih penjelasan cocokologinya. Mau percaya atau tidak, itu urusan dapur masing-masing.
Nah, karena tema selingkuh sedang naik daun gegara ciamiknya akting Reza Rahardian, maka ada baiknya kita utak atik sedikit penyebab perselingkuhan ini dalam dua aspek yang sering dipersaingkan bak timur dan barat: niat dan kesempatan. Perdebatannya sering tak menghasilkan titik temu, meski tak sekusir misteri telur dan ayam.
Bagi yang meyakini perkara cicilan pasti relate dengan peluang selingkuh, artinya kalian menganggap kesempatan sebagai faktor utama pemicu kejahatan, eh perselingkuhan. Kesempatan adalah koentji, begitu istilah kerennya. Mau sekuat apapun keinginan berselingkuh, kalau kesempatannya nihil ya nggak jadi selingkuh.
“Biarpun kamu nafsu banget pengin nyelingkuhi Tukiyem, dipikir nemen sampai ubun-ubunmu ngebul, tapi kalau bojomu mentelengi terus yo jadinya nggak bisa selingkuh. Apalagi kalau kamu termasuk gerombolan ISWB, ikatan suami wedi bojo,” begitu seloroh Mang Karyo.
Karena alasan kesempatan pula, isu cinta lokasi menjadi relevan. Awalnya mungkin biasa saja, tetapi karena intens ketemu dan berinteraksi, lama-lama saling menyapa, saling bercanda dan meledek satu sama lain, lama-lama interaksi via ponsel, berlanjut di media sosial, sampai akhirnya merasa intim satu sama lainnya. Begitu salah satu ada masalah di rumah, satu lainnya mungkin menjadi pilihan paling atas untuk curhat. Kalau sudah saling curhat, maka frekuensi batinnya sudah berbeda, karena signal dekat dan peka. Di tahap ini, kalaupun tidak selingkuh, satu sama lain sudah bisa merasakan cemburu. Agh, masa sih? Yaelah, ke teman saja bisa cemburu, apalagi ke teman tapi mesra kan?
Jangan membayangkan cinlok hanya dikenal di dunia selebriti karena sering ketemu di lokasi syuting. Karena cinta juga bisa bersemi karena keterlibatan yang sama dan lama, bisa di kantor, project team, atau di dunia mahasiswa bisa saja pada KKN, organisasi intra dan ekstra kampus, sampai kepanitian Ospek misalnya. Bagi penganut madzah “kesempatan”, cinlok tidak mengenal konsep cinta pada pandangan pertama, melainkan cinta yang terbangun karena keterlibatan yang sama. Saling merasakan nasib dan perjuangan yang sama untuk mensukseskan acara Ospek misalnya. Panitia kan suka begadang sampai nginep segala tuch, nah dalam situasi senasib seperjuagan ini, perasaan menjadi lebih peka satu sama lainnya. Mungkin Anda pernah mendengar, insiden cewe minta putus setelah pulang KKN, atau serampung Ospek.
Dalam kasus cinta bersemi di ajang reuni, atau cinta lama bersemi kembali (CLBK), faktor kesempatan juga menjadi penentu kan. Berangkat dari rumah sama sekali tak kepikiran mau CLBK, tetapi suasana di reuni bisa merubah segalanya.
Sementara sebaliknya, mereka yang menolak faktor kesempatan ini menganggap selingkuh tidaknya suami/pasangan kembali pada komitmen, ada tidaknya niat. "Biarpun ceweknya secantik dan seanggun Kate Winslet di film Titanic (Wah, jadul amat yak) atau seseksi Anya Geraldine dan nyai Nikita Mirzani, tapi kalau utekmu bersih, gak ada niat neko-neko, ya nggak ada itu perselingkuhan”.
Tapi kalau dasarmu sudah niat dan ngebet, ya sesempit apapun kesempatannya, tetap saja bisa mencari celah untuk selingkuh. Segalak apapun istrimu, sekeras apapun aumannya saat marah, kalau suaminya memang niat selingkuh ya ada saja jalan hingga triknya. Niat yang kuat selalu membukakan jalannya sendiri. Mungkin peganut pandangan ini meyakini peribahasa If there is a will, there is a way. Di mana ada keinginan, pasti di situ ada jalan.
Contoh paling klasik, adalah mengganti nama contact Santi menjadi Santo atau Darto. Meski dianggap kuno, perkara mengganti nama pada contact ponsel pun konon ada seninya, ini tergantung dengan profesi hingga teman kongkow. Kalau kerja kantoran, mungkin suami akan menyembunyikan nama perempuan selingkuhannya dengan nama jabatan atasannya, misal Pak Direktur, Pak Manager, Bu HRD, dan sejenisnya. Kalau dia jurnalis, ya mungkin nama-nama pejabat akan cukup aman untuk menyembunyikan identitas perempuannya. Misal Pak Camat, Pak Kadin 1, Pak Kadin II, Pak Sekda, dan sejenisnya.
“Pak, tadi Pak Camat nelpon sampai tiga kali. Takutnya penting, jadi Ibu angkat. Tapi kok suaranya cewek sih Pak? Ibu tanya, mau nitip pesan atau gimana, katanya Bapak suruh nelpon balik secepatnya. Gih, telpon sana Pak! ,” kata istrinya sedikit heran.
“Oooh, mungkin urgent Bu. Berarti Bapak sebaiknya langsung menghadap Pak Camat, Bu,” kilah suami meyakinkan.
Fyi, cerita di atas bukan ngarang bebas loh ya, tapi based on true story. Ya, dimodif dikit lah.
Finally, bisa jadi niat dan kesempatan sama-sama berkontribusi bagi munculnya perselingkuhan. Pada praktiknya, baik niat maupun kesempatan tidak mutlak menjadi variabel independen, karena masing-masing juga bisa juga saling mempengaruhi. Seperti disinggung di atas, niat yang kuat cenderung memberikan sugesti untuk menemukan cara atau jalannya. Mirip konsep the power of mind-nya self fulfilling propechy, prediksi yang mewujudkan kenyataannya, Sebaliknya, kesempatan yang berulang juga bisa menggoda pikiran, seperti halnya intensitas ala iklan. Anda mungkin terganggu saat tayangan iklan obat sakit kepala merek PX misalnya, muncul saat adegan film sedang seru-serunya. Berulang pula. Tapi kelak saat Anda sakit kepala, yang muncul pertama di pikiran mungkin PX ini.
Soal mana yang lebih menentukan, mungkin tergantung kasusnya. Atau bisa juga tergantung sudut pandangnmu, gaes. Terakhir, ini hipotesis lucu-lucuan saja. Dua variabel di atas, niat dan kesempatan, jika dilihat peluangnya berdasarkan gender, maka kemungkinannya begini. Laki-laki karena watak ekspansifnya lebih rentan tergoda selingkuh karena tak mampu mengendalikan pikiran (niat). Sementara perempuan yang digambarkan sabar dan perawat ulung, dia mudah luluh karena keterlibatan (kesempatan). Ini cuma analisa receh sih, jadi sebaiknya jangan dipikir serius. []
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.