Ibu Menjual Hingga Membunuh Buah Hatinya, Sekularisme Kapitalisme Mematikan Fitrah Ibu
Agama | 2024-09-03 19:44:02Seorang ibu di Sumenep tega menjual anak, seorang ibu di Kediri yang diduga depresi tega membunuh dua anaknya. Itu secuil berita terbaru tentang kekejaman seorang ibu kepada anaknya, buah hatinya, darah daging yang dilahirkan dari rahimnya. Ironi, memprihatinkan dan sungguh di luar nalar. Ibu yang seharusnya menjadi orang pertama yang melindungi anaknya, menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan matinya naluri keibuan nyata adanya, dan menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat.
Fenomena ini menunjukkan adanya persoalan sistemis dan bukti kegagalan sistem yang diterapkan. Penerapan sistem sekular kapitalis, sistem yang mengabaikan peran agama dalam kehidupan, sistem yang menjadikan kapital sebagai penentu kebijakan, sistem yang menjadikan orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin terpuruk. Di bidang ekonomi masyarakat kecil semakin terhimpit. Ayah sebagai pencari nafkah utama tidak mampu menjadi tulang punggung keluarga karena berapapun pendapatan yang diperoleh tetap tidak mampu menutupi kebutuhan hidup yang semakin melangit. Di bulan Januari harus berjuang melawan kenaikan harga, menjelang Ramadhan dan lebaran harus pusing dengan kenaikan berbagai barang dan meningkatnya pengeluaran, Juli berjibaku dengan biaya tahun ajaran baru.
Agustus harus mengeluarkan iuran pesta kemerdekaan, setiap saat harus siap dengan naik turunnya harga BBM, harus antri di pom bensin, harus pusing dengan gas murah yang terus saja menghilang. Dan akibatnya, ibu pun menjadi ikut pontang-panting. Ini masih satu masalah saja, masalah ekonomi. Belum masalah sosial kemasyarakan, Kesehatan, pendidikan,dinamika politik dan sebagainya. Semuanya membuat hidup semakin rumit bagi rakyat kecil. Parahnya, di saat suasana keimanan semakin tergerus karena sistem sekular liberal, rakyat terus digempur dengan permasalahan, masyarakat semakin materialistis, negara semakin abai, lagi-lagi rakyat kecil harus berpikir seribu kali untuk bisa sekadar bertahan hidup. Konsep rezeki dijamin Allah, iman kepada qadla dan qadar, yang baik dan buruk semua atas kehendak Allah, kewajiban memaksimalkan usaha dengan diiringi tawakal kepada Allah ta’ala sama sekali tak tergambar dalam benak rakyat dan tidak dijaga oleh penguasa negara. Negara sama sekali tak peduli nasib rakyatnya di akhiran kelak, menjadi urusan pribadi adalah dalihnya. Yang ada hanyalah rakyat sekuat tenaga bertahan hidup, tak heran bagi orang yang tidak punya kekuatan iman dan kejernihan akal, bunuh diri atau membunuh orang yang dalam tanggungan seolah menjadi peringan beban.
Sistem yang saat ini diterapkan adalah sistem rusak buatan manusia. Sistem yang tak ada kebaikan di dalamnya, hanya menimbulkan kerusakan menjadikan para pemilik modal semakin rakus, membuat penguasa semakin gila kekuasaan, dan rakyat terus dimanfaatkan demi melanggengkan legalitas kebijakan yang katanya dibuat oleh orang pilihan rakyat, padahal nyatanya rakyat hanya dipedulikan saat pesta pemilihan.
Sangat jauh beda dengan sistem Islam. Islam menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama. Maka fasilitas terbaik pun diberikan kepada para ibu. Di rumah tenang menjalankan kewajiban dan diratukan, di masyarakat menjadi warga yang senantiasa melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran, dalam kehidupan berbangsa dijaga hak dan kehormatannya.
Islam juga mewajibkan negara agar mampu menjaga fitrah ibu, dan anak juga manusia semuanya. Syariat Islam diturunkan dalam rangka menjaga fitrah manusia, nyawa hingga harta. Di saat islam diterapkan, jaminan akan menjadi Rahmat bagi seluruh alam pasti terwujud karena itu janji Dzat Yang Maha Menepati Janji, kesejahteraan, keselamatan di dunia dan akhirat pun terpenuhi. Maka sebaiknya yang terjadi jika syariat Islam diabaikan dengan dalih agama jangan mengatur kehidupan, kehidupan akan menjadi sempit dan di akhirat semakin sengsara.
Terakhir, firman Allah dalam surah Thaha ayat 124 seharusnya menjadi renungan kita bersama, agar mengingat bahwa semakin sekular kehidupan ini, semakin sengsara kehidupan dunia, dan kesengsaraan itu berlanjut di akhirat. “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Naudzubillah min dzalik. Maka hanya satu solusinya, tinggalkan sistem batil, terapkan sistem Islam, sistem terbaik dari Allah SWT.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.