Pentingnya Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Kabar | 2024-09-03 09:35:38Jakarta, 2024 – Dalam rangkaian kegiatan Pelatihan Kader Pemimpin Muda Nasional yang diadakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia berkolaborasi dengan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Mayjen TNI (Purn) Endang Hairudin, S.T., M.M., menyampaikan materi penting tentang "Implementasi Wawasan Nusantara Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara." Materi ini menyoroti urgensi penerapan Wawasan Nusantara sebagai bingkai ideologi dan demokrasi dalam menghadapi berbagai tantangan kebangsaan di era globalisasi ini.
Wawasan Nusantara, menurut Mayjen TNI (Purn) Endang Hairudin, adalah sebuah konsep yang menekankan kesatuan serta kepentingan bersama dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai dasar ideologi, Wawasan Nusantara bertujuan untuk mewujudkan Pancasila sebagai panduan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, dalam praktiknya, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam menerapkan Pancasila secara konsisten.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah perbedaan ideologi antar negara yang sering kali menjadi tantangan bagi Indonesia. Dalam konteks global, paham radikal, baik yang berasal dari ekstremisme Islam maupun sekuler, masih menjadi bayangan menakutkan yang bisa mengancam keutuhan bangsa. Selain itu, neoliberalisme dengan fokus pada keuntungan pribadi juga telah merusak nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Dinamika Demokrasi Indonesia dan Dunia
Mayjen TNI (Purn) Endang Hairudin juga menguraikan perjalanan demokrasi di Indonesia, mulai dari era demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, hingga demokrasi Pancasila yang saat ini berada di era reformasi. Dinamika ini mencerminkan bagaimana Indonesia berusaha menemukan bentuk demokrasi yang paling sesuai dengan karakter bangsa.
Di tingkat global, fenomena demokrasi juga mengalami berbagai tantangan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sebanyak 64 negara menggelar pemilu serentak dalam satu abad ini. Namun, berbagai masalah muncul, seperti kericuhan pasca kekalahan Donald Trump di Amerika Serikat, dominasi kekuasaan Presiden Vladimir Putin di Rusia sejak tahun 2000, dan kontrol penuh Xi Jinping di Tiongkok. Hal ini menunjukkan bahwa demokrasi, meskipun diterapkan di banyak negara, belum tentu berjalan efektif atau sesuai dengan harapan
Dalam konteks Indonesia, berbagai masalah demokrasi juga masih menjadi perhatian utama. Mayjen TNI (Purn) Endang Hairudin menyoroti isu-isu seperti politik uang, korupsi dalam pemerintahan, politik identitas, praktik politik kongkalikong, serta upaya melanggengkan kekuasaan. Fenomena ini tidak hanya mengancam kualitas demokrasi tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap proses politik yang seharusnya bersih dan adil.
Sebagai penutup, Mayjen TNI (Purn) Endang Hairudin menekankan bahwa Wawasan Nusantara harus menjadi bingkai demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Konsep ini, bila diimplementasikan dengan benar, dapat menjadi landasan yang kuat untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam konteks isu terkini, implementasi Wawasan Nusantara juga harus merespon perkembangan global, seperti meningkatnya ancaman disintegrasi akibat konflik identitas, tantangan keamanan siber, serta geopolitik yang semakin kompleks. Kebangkitan nasionalisme sempit dan populisme di berbagai negara juga menuntut Indonesia untuk terus memperkuat jati diri dan ideologi melalui Wawasan Nusantara, agar tetap kokoh sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur
Mayjen TNI (Purn) Endang Hairudin mengakhiri sesi dengan harapan bahwa para kader pemimpin muda nasional dapat menjadi agen perubahan yang membawa semangat Wawasan Nusantara ke dalam setiap aspek kehidupan bernegara, demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan berkelanjutan
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.