Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ester Fania

Bayang-Bayang Nuklir di Semenanjung Korea: dari Kim Jong-un untuk Teman Tercinta

Politik | Friday, 30 Aug 2024, 14:13 WIB
Kim Jong Un saat mengawasi uji coba rudal jelajah strategis Korut (STR/KCNA VIA KNS/AFP)

“NATO Versi Asia”, Dari perang dingin hingga perang saudara, begitulah keadaan Korea sekarang, saat ini Korea Utara sedang memanas, bagaimana tidak,melihat tetangganya melakukan latihan bersama dengan teman tercintanya, Amerika Serikat, yaitu Freedeom Shield 24 selama 10 hari pada Maret ini. Latihan ini dilakukan untuk memperkuat kerjasama dan keamanan, khususnya melihat bagaimana hubungan antara Korea Utara dengan Korea Selatan yang semakin memanas, Latihan ini pun turut melibatkan personel negara anggota Komando PBB. Melihat semakin berkembangnya senjata nuklir dari Korea Utara yang digadang-gadang dapat mencapai daratan Amerika Serikat, sepertinya cukup membuat ketakutan sekaligus ketegangan. Tidak sampai disitu saja, pada 28 Juni lalu, Korea Selatan, Jepang dan AS melakukan latihan militer gabungan "Freedom Edge”, pelatihan dalam bidang rudal balistik dan pertahanan udara, perang anti-kapal selam dan pelatihan siber defensif yang dilakukan selama tiga hari. Korea Utara pun mengecam latihan ini, mereka menyebut latihan gabungan ini sebagai latihan invasi. “NATO Versi Asia” ujar Kementerian Luar Negeri Pyongyang.

Luka Lama

Perang Korea sendiri sebenarnya sudah selesai dengan perundingan di Panmunyom pada 25 Oktober 1951 hingga 27 Juni 1953 yang membahas mengenai garis demarkasi yang diusulkan oleh Korea Utara selebar 2 mil dan selanjtunya menjadi daerah bebas militer yang kemudian disetujui oleh pihak Korea Selatan, kemudian Genjatan senjata yang diberlakukan mulai tanggal 27 Juli 1953 dengan garis demarkasi militer yang memanjang dari muara Sungai Han, beberapa mil ke sebelah barat daya Panmunyom, melintasi garis batas pararel ke-38 yang kemudian membelok ke arah barat sebelah selatan Kumsong dan berakhir di utara Kaesong. Dengan adanya genjatan senjata ini menyatakan berakhirnya perang dengan tidak ada yang kalah maupun menang.

Hal ini terlihat baik di awal, perang selesai. tidak ada lagi korban. Tetapi ini hanyalah sebuah penundaan bukan penyelesaian, terlihat setelah genjatan senjata, hubungan ini beralih pada perang dingin, negara ini terlihat saling ingin menyaingi satu sama lain terutama militer, terlihat seperti masih ada yang belum selesai di antara mereka, bagaimana tidak, mereka adalah saudara yang terpecah dengan pengaruh ideologi yang berbeda, harapan mereka bahwa Korea memiliki satu pikiran yang sama, tetapi ini tidak berjalan sesuai keinginan karena pemain catur memiliki aturannya sendiri.

Pemain Catur

Perang Korea yang berlangsung selama kurang lebih tiga tahun ini tidak hanya perang saudara melainkan intervensi dari negara Amerika Serikat dan Uni Soviet, persaingan ideologi antar Blok Barat dan Blok Timur. Korea Selatan di bawah pengaruh AS dengan liberal-kapitalis di sisi lain Koea Utara di bawah pengaruh Uni Soviet dengan sosial-komunis, hal ini disebabkan oleh AS dan Uni Soviet yang menerima tawanan perang Jepang di Korea pada 10 Agustus 1945, beberapa hari sebelum Jepang menyerah, mereka menerima tawanan perang ini di garis batas paralel ke-38. Ideologi yang berbeda dengan tujuan yang sama, yaitu memeperebutkan Korea, akhirnya garis batas ini menjadi garis demarkasi yang menciptakan dua kubu ideologi di Korea.

Permainan catur memang penuh dengan strategi, tujuannya hanya satu, hanya memberikan ruang untuk satu raja, kemenangan ketika raja lawan mati/skak mat. Dalam catur dua raja tidak bisa berdampingan, mereka akan terus mencari strategi untuk kemenangan dan sebuah tempat yang hanya untuk satu raja, tidak ada yang lain. AS dan Uni Soviet adalah pemain yang handal, siapa yang akan menang nanti?, kita lihat seberapa kuat strategi dan pasukan raja nanti.

Si Ambis Yang Tak Pernah Selesai

Kita balik pada sejarah perang dingin yang terjadi pada 1947-1990 an. Antara Amerika Serikat dan sekutunya NATO kemudian dunia komunis Uni Soviet, sepertinya hal ini tidak pernah selesai, terlihat bagaimana sekarang hubungan yang semakin memanas antara AS dan Rusia.

Strategi berubah, jika tidak bisa memiliki daerahnya, maka kerjasama dengan pemerintahnya, dengan adanya Kerjasama Korea Selatan dan AS, begitu juga Korea Utara dengan Rusia, yang terlihat dari bantuan senjata oleh Korea Utara ke Rusia yang digunakan dalam konflik di Ukraina, kedua negara ini juga sudah menandatangani perjanjian yang menyatakan bahwa Rusia dan Korea Utara akan saling membantu jika terjadi agresi terhadap salah satu negara. Terlihat ketegangan ini antara Korea Utara dan Korea Selatan, tetapi ini adalah campur tangan dari si ambis yang tak pernah selesai.

Sejarah Akan Terulang?

Zoon Politicon, manusia adalah makhluk sosial, begitu juga negara yang akan selalu membutuhkan negara lain, dengan adanya ancaman nuklir di semenanjung Korea akan berdampak bagi perdamaian dunia, Asia Tenggara juga tidak lepas dari isu ini, khususnya Indonesia, banyak warga kita yang bekerja disana, hal in harus kita pertimbangkan mengingat keadaan semakin memanas, tidak untuk memilih antara Korea Selatan dan Korea Utara, tetapi langkah yang kita lakukan akan terlihat bahwa kita di sisi siapa, menjadi netral bukanlah hal yang mudah, seperti ABC, B yang netral akan selalu salah jika terlihat jalan dengan A maupun C, begitu juga dengan AC yang akan selalu waspada terhadap gerakan B.

Dan pada akhirnya,apakah sejarah akan terulang?

“Sejarah berulang dengan sendirinya, tetapi dalam penyamaran yang begitu licik sehingga kita tidak pernah mendeteksi kemiripan sampai kerusakan itu terjadi” – Sydney J.Harris.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image