Hujan dan Perpustakaan
Sastra | 2024-08-23 18:45:58Seorang lelaki berjalan menuju perpustakaan kota sambil membawa tas ranselnya. Ia beranjak masuk ke dalam perpustakaan dan segera mencari buku yang ingin dibaca. Namanya Rangga, seorang lelaki dengan hobi yakni membaca buku. Terutama buku-buku sastra seperti puisi, kumpulan cerpen, Novel dan buku-buku sastra lainnya.
Rangga menyukai beberapa buku karangan dari Tere Liye dan Fiersa Besari yang dimana dua penulis ini memiliki keunikan tersendiri dalam penulisannya. Membuat Rangga semakin bersemangat membaca buku karangan mereka. Tak hanya itu, novel-novel terdahulu seperti karangan Pramoedya Ananta Toer tidak luput dari Rangga.
Karena hobinya membaca buku itu membuatnya pernah dinobatkan sebagai pengunjung perpustakaan teraktif dengan peminjaman buku terbanyak yaitu 326 buku terhitung sejak awal peminjamannya. Sempat Rangga ditawari oleh pihak perpustakaan untuk menjadi Pustakawan agar ia bisa totalitas di dalam perpustakaan. Namun Rangga menolaknya dikarenakan ia masih punya banyak tanggungan terhadap keluarganya seperti kuliah, bantu bisnis orang tua, dan beberapa hal lainnya.
Tapi, ditengah kesibukannya itu pasti Rangga selalu meluangkan waktunya ke perpustakaan untuk membaca buku di setiap jam 4 sore hingga menjelang malam. Selain membaca, Rangga juga mulai melatih kemampuan menulisnya sedikit demi sedikit. Mulai dari diari, cerpen, puisi Rangga mulai melatihnya perlahan-lahan. Ia membeli buku hardcover 200 lembar yang biasanya dijual di tempat fotokopi untuk sebagai wadahnya dalam menulis. Rangga tidak tertarik untuk menulisnya di Ponsel ataupun Laptop karena Rangga merasa dengan menulis dengan tangan ia bisa lebih merasakan sensasi menulis serta menghayatinya lebih dalam.
Suatu hari, Ketika Rangga mengunjungi perpustakaan. Kala itu hujan turun begitu deras dan entah mengapa hujan kali ini terasa berbeda dari yang biasanya. Rangga beranjak masuk perpustakaan dan segera mengambil buku kemudian mencari tempat duduk yang nyaman. Lalu, disaat Rangga sedang membaca ia melihat seorang pustakawan sedang membantu pengunjung mencari buku yang di inginkan. Rangga merasa asing dengan pustakawan itu. Sebab, hampir semua pengelola perpustakaan Rangga mengenalnya tetapi kenapa tidak dengan pustakawan itu.
Namanya Laila, seorang wanita berumur 21 tahun dan ia merupakan pustakawan baru di Perpustakaan Kota. Sebelumnya Laila merupakan mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota. Hanya saja karena ia merasa tidak betah dan tidak terlalu menaruh perhatian dengan dunia perkuliahan akhirnya Laila memutuskan jalannya sendiri dengan mengundurkan diri dari universitasnya dan langsung bekerja di Perpustakaan Kota. Sengaja Laila ingin menjadi pustakawan tak lain karena ia sedari kecil menyukai hal-hal dengan perpustakaan seperti baca buku, menulis DLL.
Selain itu, Laila suka berinteraksi dengan anak-anak seperti bermain, membaca, berdongeng dan kegiatan lainnya yang melibatkan dirinya dengan anak-anak. Pihak perpustakaan pun menaruh amanah kepadanya untuk mengelola perpustakaan khusus anak-anak yang terletak agak berjauhan dari tempat orang dewasa. Awalnya Rangga hanya menunjukkan ekspresi biasa saja walau dalam hatinya ia menganggap bahwa pustakawan baru itu cantik.
Hingga di satu waktu, ketika Laila sedang merapikan buku di ruang perpustakaan khusus dewasa, Tak sengaja ketika Laila merapikan buku ia mendorong buku tersebut dan jatuh mengenai wajah Rangga yang kebetulan berada di seberang rak buku tempat Laila merapikan buku. Spontan, Laila langsung menghampiri Rangga dan meminta maaf kepadanya atas keteledorannya.
“Aduh mas, maaf yah mas saya nggak sengaja, tadi bukunya gak sengaja saya dorong kedepan” Ucap Laila sambil memohon maaf kepada Rangga.
“Oh iya mbak gapapa, saya tahu kok kalau mbaknya gak sengaja tadi rapihin bukunya. Yang penting kedepannya kudu hati-hati yah mbak takutnya kalau misalnya tadi yang kena bukunya tukang marah-marah bisa berabe mbak”
“Hehehe iya mas maaf, kedepannya saya gak ulangi lahi. Mohon maaf yah mas” pada detik itu, Laila sedikit tertegun melihat wajah Rangga karena ketampanannya.
“Oh iya mbak, ngomong-ngomong mbaknya pustakawan baru yah disini?”
“Iya mas, saya pustakawan baru disini. Saya lamar kerja disini tiga hari yang lalu. Memangnya ada apa yah mas? Kok bisa tahu kalau saya pustakawan baru?”
“Hmm..soalnya saya disini pengunjung setia di perpustakaan ini mbak, kalau mbaknya tahu hampir semua pengelola perpustakaan disini kenal dengan saya. Bahkan saya pernah pas itu ditawari kerja disini tapi saya menolaknya.”
Akhirnya, percakapan antara mereka pun dimulai sejak saat itu. ketika Laila hendak beranjak menuju ruang perpustakaan anak-anak Rangga menghampirinya karena Rangga sejak dari awal ingin membantu tapi ia itu belum ada pengelola khususnya untuk ruang perpustakaan anak-anak. Laila pun dengan senang hati mengajak Rangga untuk membantunya mengurus perpustakaan anak-anak.
Dan..pada akhirnya..
Di hari-hari selanjutnya, Laila dan Rangga kini mulai disibukkan dengan kegiatan bersama anak-anak di perpustakaan. Namun, Rangga hanya bisa di sore hari karena ada tuntutan skripsi yang harus diselesaikan sementara Laila fulltime dari pagi sampai waktu tutup perpustakaan. Semenjak Laila dan Rangga mengelola ruang perpustakaan anak-anak, jumlah pengunjung perpustakaan makin hari makin banyak, khususnya anak-anak. Tak jarang setiap hari Laila harus siap berdongeng, mengajak anak-anak untuk membaca buku dan berbagai aktifitas lainnya yang membuat Laila harus tetap stay di dalam perpustakaan.
Begitupula dengan Rangga, dengan keterlibatan dirinya dalam mengelola perpustakaan anak-anak ia sadar bahwa inilah yang di inginkan olehnya selama ini. mengajak orang lain untuk membaca buku, karena buku adalah sumber pengetahuan bagi kita demi meningkatkan budaya membaca kepada seluruh masyarakat. Bagaimana pun juga, Buku tidak bisa tergantikan dengan kecanggihan teknologi di era digital saat ini. Maka dari itu mulai saat ini Rangga akan terus mengajak kepada banyak orang betapa pentingnya membaca dimulai dari generasi muda yang akan menjadi cikal-bakal penerus bangsa.
“Kamu semangat banget yah tadi, sampai beliin anak-anak jajan buat mereka. Memang apa sih yang membuat kamu sampai se effort ini?” tanya Laila.
“Yah sederhana saja, aku sedari dulu ingin mengajak kepada banyak orang betapa pentingnya membaca buku. Bagaimana pun juga, buku tidak akan bisa digantikan oleh teknologi bagiku.”
“Ohh gitu, yah. Tapi kenapa kamu gak langsung aja tuh ke perpustakaan untuk orang dewasa?”
“Semua itu butuh proses Laila, aku ingin memulainya dari yang paling dasar. Siapa? yah anak-anak ini, yang akan menjadi cikal-bakal penerus bangsa kita. Aku terkadang miris melihat orang tua di zaman sekarang ini lebih memilih untuk membelikan anak mereka hp ketimbang buku. Karena itu, aku ingin belajar bagaimana cara kita menarik perhatian anak-anak agar mereka mau membaca buku. Dan aku memulainya dari sekarang”
Mendengar perkataan Rangga, seketika Laila takjub dan kagum dengan jawabannya Rangga. Untuk pertama kalinya ia bertemu lelaki dengan pemikiran yang seperti itu. disaat Rangga menatapnya setelah ia berkata, Laila lagi-lagi dibuat tertegun karena ketampanan Rangga. Dalam hati Laila berkata,
“Ya tuhan, Semoga saja aku bisa memiliki pasangan seperti Rangga”
********
Hari demi hari silih berganti, Rangga dan Laila semakin dekat satu sama lain. Rasa cinta diantara mereka berdua kian tumbuh bagaikan bunga bermekaran di musim semi. Sembari bahu-membahu mengelola perpustakaan bagi anak-anak, mereka berdua tak jarang menyempatkan waktu untuk saling mengobrol tentang apa saja. Mulai dari hobi, keluhan anak-anak, tentang perpustakaan dan apa saja yang ingin mereka obrolkan. Sesekali mereka berdua menyempatkan diri untuk jalan-jalan, nongkrong di kafe, makan bareng di rumah makan dan aktifitas lainnya. Dan lucunya pernah suatu ketika disaat Rangga dan Laila sedang makan berdua di rumah makan, tak sengaja mereka berdua tertangkap basah oleh salah satu staf perpustakaan.
Karena kejadian itu, untuk hari-hari selanjutnya Rangga dan Laila menjadi bahan lawakan di perpustakaan. Tak jarang mereka berdua sering digoda-goda ketika sedang mengurus anak-anak di perpustakaan khususnya Laila karena ia bekerja seharian penuh sementara Rangga hanya bekerja paruh waktu saja. Rangga yang melihat Laila malu dengan pipi merah merona karena ulah pustakawan lainnya hanya bisa tersenyum tipis dan sesekali menepuk bahu Laila.
Di hari selanjutnya, Rangga memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada Laila. Ekspresi Laila ketika itu tak menutupi keadaan jikalau ia menerimanya dan pada akhirnya Rangga disini telah memperjelas status mereka. Laila tersenyum tipis disaat Rangga melihatnya begitu dekat. Pada detik itu, Hujan yang sedari tadi mengguyur kini semakin deras.
Tetapi, Keesokan harinya semuanya berubah.
Ketika Rangga kembali ke perpustakaan di sore hari seperti jadwalnya, Rangga terheran-heran. Rangga melihat ruang perpustakaan anak-anak sepi tidak ada anak satupun yang mengunjungi. Kemudian Rangga bertanya kepada pustakawan yang lainnya mereka pun tidak tahu dimana keberadaan Laila. Justru mereka bertanya balik kepada Rangga dimana Laila. Karena Laila pasti selalu bersama Rangga sepengetahuan mereka. Lantas Rangga pun menghubungi Laila lewat ponselnya tetapi tidak diangkat. Mungkin pikirnya Laila sedang ada urusan dengan keluarganya atau kepentingan lainnya.
Keesokan harinya, di waktu yang sama. Rangga kembali heran dengan semua hal yang terjadi. Kenapa Laila tidak ada diperpustakaan? Sudah 2 hari Laila tidak kunjung menampakkan dirinya. Hingga hari seterusnya sampai genap satu bulan Laila tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Pihak perpustakaan pun telah mengeluarkan surat pemecatannya beberapa hari yang lalu. Rangga sudah menghubungi Laila berkali-kali tetap tidak ada jawaban.
Kemudian, Rangga pun beranjak keluar dari perpustakaan menuju pulang ke rumah. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa di perpustakaan. Ingin membaca buku saja sudah kehilangan fokus karena terus memikirkan nasib Laila. Sesampainya dirumah, Rangga langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang miliknya. Menatap langit-langit atap sembari terus berfikir kemana Laila pergi, Lambat laun, Rangga pun tertidur
********
Hujan turun semakin deras. Keadaan seluruh kota kini hening tak ada suara yang terdengar. Tidak ada siapapun yang kulihat di sekitarku. Kendaraan yang berlalu lalang berhenti seakan-akan waktu memberhentikan mereka semua. Entah kenapa aku bisa berada disini, Payung kugenggam erat-erat sementara nafasku kini menghembuskan uap dingin. Suhunya terasa dingin sekali, menusuk tulang perlahan-lahan membuatku merinding.
Ketika aku terus berjalan, tanpa tahu kemana arahku melangkah. Aku melihat dari kejauhan. Seorang lelaki berbadan tegap menghampiriku sambil berlari. Aku pun terkejut dan berusaha untuk melarikan diri.
“Hei!! Hei! Kau!! Tunggu, ada informasi penting!! Jangan Pergi!!”
Mendengar hal itu, aku mengurung niat untuk kembali berlari. Membiarkan lelaki itu berjalan menghampiriku. Pria itu menjelaskan tentang suatu hal, dengan nafas yang terengah-engah ia menyampaikannya.
“Ini tentang Laila”
Seketika aku kaget bukan main. Tetapi yang menjadi pertanyaan ku ketika itu adalah siapa pria ini? kenapa ia bisa tahu tentang Laila?
“Kau tak perlu tahu siapa aku, ingat baik-baik!! Kau sekarang berada di masa depan. Tepatnya 10 hari setelah kematian Laila”
Sontak aku kaget bukan main-main. Kematian Laila?
“Ini, aku berikan kau Jam tanganku. Ini adalah alat untukmu agar bisa berpindah waktu. Kau punya kesempatan untuk menyelamatkan Laila sebelum terlambat. Kau pasti heran mengapa Laila sudah satu bulan tidak datang ke perpustakaan? Sebab, Laila dibunuh oleh suaminya hari ketiga setelah hilangnya laila dari pandanganmu. Kau bisa menyelamatkannya di hari sebelum itu dengan menggunakan jam tangan ini . mereka berada di bukit perpisahan, jika kau tak tahu bukit perpisahan itu dimana tanyakan saja kepada orang-orang perpustakaan, mereka pasti tahu tempat itu.
Pada detik ini, aku mati kebingungan. Bagaimana bisa Laila diumurnya ke 21 ternyata sudah menikah? Kenapa ia tidak pernah memberitahuku? Lantas, kenapa suaminya menyekap istrinya sendiri? Suami macam apa itu? Ah Sudahlah, Aku bingung!!!
“Tidak ada waktu lagi, gunakan jam tangan ini sebaik-baiknya. Kau bisa berpindah waktu ketika hujan turun deras dan kau harus berpindah waktu di perpustakaan karena tempat itu adalah pemicunya”
Aku pun mengangguk, sementara waktu aku tidak memedulikan pertanyaan dan kekhawatiranku atas semua yang terjadi.
“Oh iya, sebelum aku pergi aku ingin bertanya satu hal?”
“Apa itu?”
“Sebenarnya, Siapa kau?”
“Kelak kau akan tahu siapa aku, setelah menyelamatkan Laila” Lelaki itu tersenyum tipis.
*********
Rangga terbangun dari mimpinya. Ia langsung berdiri dari ranjangnya dengan nafas terengah-engah. Diluar sana hujan turun begitu deras, tak ada bintang yang terlihat terlebih lagi rembulan. Hanya menyisakan rintik hujan, angin dan petir yang meneror. Kini, Rangga mengenggam sebuah jam tangan pemberian lelaki misterius tadi. Ini adalah mimpi yang nyata dan mungkin adalah takdir baginya untuk mengambil semua tindakan ini. Hujan, perpustakaan, Laila dan semua hal yang berkaitan itu.
Rangga mengambil jaket kulit miliknya, segera beranjak keluar dari rumah menuju perpustakaan. ia tak tau siapa lelaki itu yang jelas, Rangga akan berbalas budi kepadanya. Ketika ia telah sampai ke perpustakaan, jam tangan itu menyala terang bagaikan emas berkilau.
“Laila, Aku datang!!”
Kemudian, jam tangan itu semakin menyala terang menyinari apa yang disekitarnya. Sepersekian detik, Rangga pun hilang tanpa jejak.
BERSAMBUNG
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.