Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rayhan Ahmad

Malam Jumat di Desa Kegelapan

Dunia sastra | Thursday, 22 Aug 2024, 22:23 WIB

Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi oleh hutan lebat dan kabut tebal, terdapat sebuah legenda yang dihindari oleh semua penduduk. Setiap malam Jumat, desa itu menjadi saksi dari kejadian-kejadian aneh dan menakutkan. Penduduk setempat memperingatkan siapa pun yang tidak tahu untuk tidak berada di luar rumah setelah matahari terbenam, terutama pada malam Jumat. Mereka percaya bahwa malam itu adalah waktu ketika roh-roh jahat dari masa lalu bangkit dan mengembara mencari korban baru.

Pada suatu malam Jumat yang dingin dan berangin, seorang pemuda bernama Arka tiba di desa tersebut. Ia baru saja pindah dari kota besar dan memutuskan untuk menghabiskan malam di desa itu, tak percaya pada mitos dan legenda yang diceritakan oleh penduduk setempat. Arka ingin membuktikan bahwa semua cerita itu hanyalah omong kosong.

Saat malam tiba, suasana desa semakin mencekam. Angin berhembus kencang, dan kabut mulai turun dari hutan, menyelimuti desa dalam kegelapan pekat. Arka berada di sebuah penginapan tua di pinggir desa, tempat yang sudah lama tidak dihuni dan dianggap angker oleh penduduk.

Malam itu, Arka tidak merasa tenang. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia mencoba mengabaikannya dan berbaring di tempat tidurnya. Tengah malam, ketika hujan mulai turun dengan deras, Arka terbangun karena suara ketukan yang lemah di pintu kamarnya. Ia merasa curiga, tetapi memutuskan untuk tidak membukanya.

Beberapa menit kemudian, suara ketukan itu semakin keras, diikuti oleh suara gemeretak dan desisan yang aneh. Arka akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu, hanya untuk menemukan koridor yang gelap dan kosong. Saat ia kembali ke tempat tidur, perasaannya semakin tidak nyaman. Kegelapan di sekitar penginapan terasa lebih tebal dan lebih menekan.

Tiba-tiba, lampu kamar padam, dan Arka berada dalam kegelapan total. Suara berbisik lembut mulai terdengar di telinganya, seolah ada seseorang yang berusaha berbicara dengan nada menakutkan dan penuh amarah. Arka mencoba menyalakan lampu senter di telepon genggamnya, tetapi cahaya itu hanya memperlihatkan bayangan-bayangan menari di dinding.

Ketika cahaya dari telepon genggamnya menerangi ruangan, Arka melihat bahwa di dinding, ada pesan yang ditulis dengan darah. Pesan itu bertuliskan: "Kau akan jadi milik kami." Ketika Arka berusaha untuk bangkit dan pergi dari penginapan, ia mendengar suara langkah kaki berat di koridor, semakin mendekat dengan setiap detik.

Panik, Arka membuka pintu kamarnya dan berlari keluar ke jalan desa yang basah. Namun, alih-alih menemukan jalan keluar, ia tersesat dalam kabut tebal. Setiap langkahnya terasa semakin berat dan melelahkan. Suara berbisik itu semakin jelas, kini terdengar seperti banyak suara yang bercampur menjadi satu, menyeramkan.

Akhirnya, Arka melihat sebuah cahaya samar dari kejauhan. Ia berlari menuju cahaya tersebut, berharap itu adalah sebuah rumah atau tempat yang aman. Namun, saat ia mendekat, ia menyadari bahwa cahaya itu datang dari sebuah pemakaman kuno yang dilapisi lumut dan dedaunan.

Di pemakaman itu, Arka melihat deretan nisan-nisan tua dengan nama-nama yang familiar, seolah ada seseorang yang mengenalnya. Di antara nisan-nisan itu, terdapat sebuah batu nisan yang paling mencolok, dengan nama "Arka" diukir di atasnya.

Ketika Arka mencoba melarikan diri, ia merasakan tangan dingin dan transparan menariknya dari belakang. Ia berbalik dan melihat sosok-sosok bayangan yang mengerikan, dengan mata yang merah menyala dan wajah-wajah yang hancur. Mereka adalah roh-roh yang terikat pada desa tersebut, dan mereka tidak akan membiarkan Arka pergi begitu saja.

Dalam kegelapan malam Jumat itu, Arka akhirnya menyadari bahwa ia telah menjadi bagian dari legenda yang menakutkan. Setiap malam Jumat selanjutnya, namanya akan ditambahkan ke deretan nisan yang menyeramkan, dan kisahnya akan menjadi peringatan bagi mereka yang masih meremehkan mitos desa tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image