Mencari Tuhan yang Hilang
Agama | 2024-08-16 23:21:53Artikel
Mencari Tuhan yang hilang
Oleh : Edho Surya Dinata
Nabi Ibrahim AlaihiwaSalam pernah mencari Tuhan nya di tempat pengasingan nya. Nabi Ibrahim AlaihiwaSalam diasingkan oleh orang tua nya di suatu goa pengasingan tempat terpencil yang terisolasi. Nabi Ibrahim AlaihiwaSalam lahir disaat Raja Jamrud laknatullah berkuasa. Raja Namrud sendiri adalah raja kafir yang zalim, otoriter, keji dan sombong. Pada awalnya Raja Namrud adalah pagan yang menyembah berhala dan patung patung lalu karena merasa berkuasa dan pada puncak kesombongannya, ia mengaku bahwa ia sendiri adalah tuhan yang harus disembah dan dipuja oleh rakyat nya.
Ayah nabi Ibrahim AlaihiwaSalam bernama Azar, ayah nabi Ibrahim adalah pembuat patung patung berhala untuk dipuja dan disembah oleh Raja Namrud serta seluruh rakyat nya dengan ritual-ritual irasional, ritual-ritual sacrifice yang sama sekali tidak masuk akal sehat. Suatu ketika, raja Namrud bermimpi, di dalam mimpi nya itu ia melihat ada anak laki-laki yang akan menumbangkan kekuasaan nya. Mimpinya ini membuat nya gusar dan teramat sangat khawatir, jangan-jangan hal ini bukan hanya sekedar mimpi, jangan-jangan kelak akan ada lelaki yang benar-benar menumbangkan kekuasaan nya.
Raja Namrud menanyakan perihal mimpinya itu ke petakwil-pentakwil mimpi yang ada di kerajaannya, ia juga mendiskusikan perihal mimpinya itu dengan penasihat-penasihat kerajaan, karena raja Namrud sangat khawatir dan sangat takut kehilangan kekuasaannya. Atas usul para penasihat kerajaan, raja Namrud membuat suatu peraturan yang sangat keji dan sangat zalim, peraturan itu yakni membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir dan yang akan lahir. Pada saat peraturan raja Namrud itu berlaku pada saat itu pula nabi Ibrahim AlaihiwaSalam lahir.
Azar, ayah nabi Ibrahim AlaihiwaSalam yang merupakan 'orang dalam ' raja Namrud tentunya merasa bingung dan cemas, bagaimana ia harus menyerahkan anak bayi laki-lakinya untuk disembelih atau dibunuh raja Namrud hanya untuk mentaati peraturan raja Namrud yang (maaf) gila ini. Peraturan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) ini.
Setelah bermusyawarah dengan istrinya, orang tua nabi Ibrahim sepakat untuk merahasiakan kelahiran Nabi Ibrahim AlaihiwaSalam kepada publik, orang tua nabi Ibrahim sepakat untuk menempatkan atau mengasingkan nabi Ibrahim AlaihiwaSalam yang masih bayi baru lahir itu di sebuah tempat yang terpencil dan terisolasi dari dunia luar. Setelah meninggalkan nabi Ibrahim AlaihiwaSalam yang masih bayi baru lahir itu di tempat itu, orang tua nabi Ibrahim pasrah dengan keberlangsungan hidup Nabi Ibrahim.
Di tempat pengasingan itu nabi Ibrahim diasuh oleh Rabbnya dan diasih oleh alam. Ada riwayat, nabi Ibrahim yang masih bayi, yang sendirian di tempat terpencil itu menghisap jari jemarinya sendiri untuk makan minum serta bertahan hidup, konon dari jemarinya sendiri lah nabi Ibrahim yang masih bayi itu mendapatkan asupan dan bertahan hidup serta tumbuh berkembang menjadi anak-anak hingga cukup akil baliq, cukup dewasa. Masih di tempat pengasingannya itu nabi Ibrahim tumbuh dan berfikir tentang hakikat dirinya, berfikir tentang hakikat kebenaran.
Pada fase inilah Nabi Ibrahim mencari Tuhan nya. Pada awalnya nabi Ibrahim melihat bulan dan berhipotesis bahwa mungkin bulan ini adalah tuhan, karena bulan bercahaya dan terlihat indah, namun menjelang pagi bulan itu tenggelam dan digantikan dengan matahari yang bersinar terang dan terik, Nabi Ibrahim terhenyak dan sadar bahwa Tuhan tidak mungkin tenggelam seperti bulan. Nabi Ibrahim berfikir mungkin matahari ini adalah tuhan, karena matahari lebih bersinar terang, lebih terik dan lebih agung, namun menjelang malam, matahari itupun tenggelam, maka sekali lagi nabi Ibrahim terhenyak dan tersadarkan, Tuhan yang sebenarnya tidak mungkin tenggelam.
Hingga dengan tuntutan Rabbnya Nabi Ibrahim menemukan Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang menciptakan bulan, matahari serta alam semesta ini. menemukan hakikat dirinya dan menemukan hakikat kebenaran yang sejati. Atas perintah Rabbnya, nabi Ibrahim "turun gunung", menyudahi pengasingannya dan kembali ke masyarakatt, mendakwahkan agama tauhid. Nabi Ibrahim mendakwahkan agama tauhid ini kepada ayahnya, Azar, namun nabi Ibrahim AlaihiwaSalam mendapatkan penolakan yang keras dari bapaknya sendiri.
Ayahnya menghardik " Berhentilah kau wahai Ibrahim ! mencelah patung berhala tuhan-tuhan kami, berhentilah mencelah agama nenek moyang kami. Jika kau tidak berhenti maka aku akan menghukum mu". Mendapatkan penolakan keras dari bapak kandungnya sendiri, nabi Ibrahim tetap berbakti kepada orang tuanya. "Aku akan tetap memohonkan ampunan kepada Rabb untukmu, wahai ayahku".
Ketika suasana agak lengang, nabi Ibrahim masuk ke tempat pusat peribadatan raja Namrud dan menghancurkan seluruh patung-patung berhala-berhala yang disembah Raja Namrud dan kaumnya dengan kapak, kecuali satu patung berhala yang terbesar. Nabi Ibrahim AlaihiwaSalam meletakkan kapak itu di tangan patung berhala yang tertinggal kemudian nabi Ibrahim AlaihiwaSalam pergi dari tempat peribadatan Raja Namrud dan kaumnya yang telah berantakan itu. Raja Namrud terkejut sekaligus marah dan bertanya siapa yang telah berbuat semua ini.
Dari informasi yang ia dapatkan, raja Namrud memanggil Nabi Ibrahim AlaihiwaSalam dan menghadapkannya ke pengadilan kerajaan dengan tuduhan subversif, mengacaukan keamanan negara. Para hakim raja Namrud bertanya "hai Ibrahim, apakah, dan mengapa kau menghancurkan tuhan-tuhan itu". Nabi Ibrahim menjawab " Yang menghancurkan patung-patung, itu, adalah itu !" sambil satu jari menunjuk patung besar yang tertinggal dan satu jari tangan yang sama mengarah ke dadanya sendiri. Nabi Ibrahim menambahkan " Bukankah patung paling besar itu satu-satunya patung yang tidak hancur dan di tangan patung paling besar itu ada kapak, mungkinkah dia yang telah menghancurkan patung-patung lainnya, tanyakan saja padanya".
Para hakim berkata "Apakah kau menyuruh kami bertanya ke patung paling besar itu wahai Ibrahim ?, kau sudah tidak waras, Ibrahim. Patung itu tidak bisa menjawab, bahkan berkata sepenggal katapun patung itu tidak bisa. Patung itu bahkan tidak bisa bergerak sedikitpun". Nabi Ibrahim tersenyum dan berkata yang perkataan nabi Ibrahim AlaihiwaSalam ini sangat argumentatif serta fenomenal hingga termaktub di kitab suci Al-Quran "Anda sekalian tahu bahwa patung itu sama sekali tidak bisa menjawab, bahkan tidak dapat berkata walau hanya sepenggal katapun.
Patung itu bahkan tidak dapat bergerak sama sekali, lalu mengapa anda menyembah benda mati yang seperti itu, yang kalian buat dengan tangan sendiri. Patung itu kalian buat, kenapa kalian tidak sekalian menyembah si pembuat patung. Yang tidak waras itu saya atau kalian ?" Dari aspek kebenaran logika dan argumentasi, nabi Ibrahim AlaihiwaSalam menang telak di persidangan ini, namun raja Namrud adalah raja yang lalim. Nabi Ibrahim tetap dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman yang sangat berat yaitu dibakar hidup-hidup di dalam api yang sangat besar. Ketika nabi Ibrahim AlaihiwaSalam hendak dilemparkan ke dalam api besar yang menyala itu nabi Ibrahim AlaihiwaSalam berucap "Hasbiallah wa nikmal wakil, nikmal Maula wa nikma Nashir. Lahaula Wala Huatailah Billah hilaliil Adzim" "Tidak ada yang dapat menolongku kecuali pertolongan Allah, dan cukuplah Allah sebagai penolong ku.
Tidak ada daya upaya, kecuali kekuatan Allah Yang Maha Agung". Menyaksikan hambaNya, nabiNya, RosulNya atau kekasihNya Ibrahim akan segera dilemparkan ke dalam api besar yang menyala, maka dengan serta merta Allah memerintahkan api itu untuk menjadi dingin serta menyelamatkan Ibrahim, maka seketika api itu menjadi dingin dan setelah kobarannya padam nabi Ibrahim AlaihiwaSalam keluar dengan selamat. Ini adalah salah satu mukjizat nabi Ibrahim AlaihiwaSalam, walau sebagian umat nabi Ibrahim menganggap ini hanyalah sihir. Nabi Ibrahim AlaihiwaSalam adalah RosulNya yang digelari "Halilullah" artinya kekasih Allah atau kekasih Tuhan. Dalam agama atau ajaran lain mungkin ia dikenal dengan nama Abraham. Nabi Ibrahim AlaihiwaSalam juga disebut sebagai bapak agama tauhid, agama Abrahamik. Nabi Ibrahim AlaihiwaSalam mendakwahkan agama tauhid, agama yang berTuhan Esa, Satu atau Maha Tunggal..
Tentang Penulis
Edho Surya Dinata, lahir di Palembang 6 Juli 1983. Pada awalnya Edho menulis genre sastra cerpen dan puisi. Beberapa tulisan nya pernah dimuat di beberapa media. Kini Edho masih tetap menulis dan bermastautin di Desa Saranglang Pemulutan barat Ogan Ilir Sumatera Selatan Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.