Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image virgafirdaus sanjaya

Belajar Tulus di Era yang Rakus

Agama | Wednesday, 07 Aug 2024, 17:09 WIB

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, sikap ikhlas dapat membawa dampak positif yang besar. Ketika seseorang bertindak dengan ikhlas, mereka cenderung lebih mampu menjaga hubungan yang baik dengan orang lain, karena tidak ada rasa curiga atau ketidakpercayaan yang timbul akibat motif tersembunyi. Ini membangun fondasi kepercayaan dan kedekatan emosional yang kuat dalam interaksi sosial.

Selain itu, ikhlas juga membawa kepuasan internal yang mendalam. Melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan atau penghargaan dapat memberikan rasa puas dan damai dalam diri sendiri. Hal ini karena tindakan tersebut bukanlah upaya untuk memenuhi ego atau mencari pengakuan dari orang lain, tetapi merupakan bentuk pengabdian yang murni.

Namun, mencapai tingkat ikhlas yang sejati bukanlah hal yang mudah. Ikhlas memerlukan pemahaman yang dalam tentang nilai-nilai yang benar dan tujuan hidup yang jelas. Proses ini sering melibatkan refleksi diri yang mendalam, mengidentifikasi dan mengatasi motif tersembunyi atau dorongan egois yang mungkin mengganggu.

Dalam kitab Haqaiq an Tasawuf Syekh Abu Ali ad-Daqaq [1]berkata, “Ikhlas adalah keterpeliharaan diri dari keikutcampuran semua makhluk. Atau bisa diartikan dengan melakukan pekerjaan bagi seorang hamba dengan niat karna Allah SWT[2]. Tetapi apakah kita bisa menerapkan rasa tulus di era sekarang?

Di era modern yang pesat dengan teknologi menjadi fenomena yang semakin mendalam dalam masyarakat modern saat ini. Berbagai perangkat digital seperti smartphone, tablet, dan komputer telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Meskipun teknologi memberikan kemudahan dan kenyamanan, kecanduan terhadap penggunaannya dapat memiliki dampak yang signifikan.

Pertama-tama, dari sudut pandang positif, teknologi memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang lain secara global, mengakses informasi dengan cepat, dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, masalah timbul ketika penggunaan teknologi melebihi batas yang sehat dan mulai mengganggu keseimbangan hidup.

Secara sosial, kecanduan teknologi dapat mengisolasi individu dari interaksi langsung dengan orang lain. Ketergantungan pada media sosial juga dapat mempengaruhi kesehatan mental, dengan memicu perasaan tidak adekuat atau kecemasan sosial. Di tempat kerja, terlalu sering menggunakan teknologi dapat mengganggu produktivitas dan konsentrasi.

Secara fisik, penggunaan yang berlebihan dari perangkat digital bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan tidur, masalah postur tubuh, dan masalah penglihatan. Terlebih lagi, adiksi terhadap permainan video dan media online dapat mengganggu perkembangan anak-anak dan remaja.

Secara keseluruhan, sikap ikhlas adalah salah satu sifat yang dapat membentuk kepribadian dan moral seseorang secara positif. Ini mendorong untuk bertindak dengan integritas dan kemurahan hati, serta menjalin hubungan yang lebih bermakna dengan sesama manusia. Oleh karena itu, mengembangkan dan memelihara sikap ikhlas dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi landasan yang kuat untuk kebahagiaan dan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Top of Form

Bottom of Form

[1] Risalah al-Qusayriyah Hal 236

[2] Syarh Taarruf Fi Ilmi Tasawuf, DKI, Hal 89

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image