Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image virgafirdaus sanjaya

Kita Lupa Bahwa Kita Siapa

Agama | 2024-07-31 11:11:34

Do’a di panjatkan, saat diri mengalami kekecewaan. Do’a di lantunkan saat kita berharap kesenangan. Serta do’a di lafalkan saat jiwa tak lagi mampu membendung berat yang di tahan. Semuanya tiba saat kita merasa lemah, resah, akan hal yang menurut kita tak mudah. Hanya bisa bersandar tak ada sadar, meminta tak bisa membalasnya, dan datang jika lumpuh, tak pulang ketika teguh. Kita lupa bahwa kita siapa, tanpanya mungkin kita hanya makhluk yang buruk rupa, namun indah di mata manusia.

Bersyukur cara terindah agar hidup di jalani dengan indah, meratapi nikmat yang selama ini kita minggat, berterima kasih dengan kata mengunggah ialah alhamdulillah. Syukur adalah menggebunya hati, akan nikmat yang allah berikan, bergeraknya jiwa sebagai tanda kita adalah makhluk yang hina. Pernah sesekali kita berfikir, hidup kita takkan lah fakir, saat garis syukur dalam hati kita terukir. Merasa hebat, seakan kita lupa kalau sesungguhnya manusia adalah makhluk laknat. Belajar syukur agar hati tak bersifat kufur, bertafakkur supaya tak hanya tiba saat tersungkur. Semua ada proses, maka janganlah protes. Lakukanlah sepenuh hati, bukan sepeluh hari. Karna jiwa ini hancur, jika tak ada yang menegur. Maka, bersyukurlah tanpa memilah. Sebab, allah tak pernah lelah memberimu nikmat yang kau cercah. Imam at - Thabrani menyampaikan hadits dari rasulullah : 4 orang yang akan aku berikan kebaikan di dunia dan akhirat ia adalah badan yang selalu tabah, lisan yang selalu berdzikir, hati yang selalu bersyukur, dan wanita yang beriman dan bersabar.

Hal yang terkadang kita lakukan, biasanya kita lupa atas dasar apa mengerjakan. Sifat yang selalu tumbuh dari tambah, biasa jadi binasa, akan membuat kita lupa kepadanya. Sehingga sifat tercela dan khianat, bersarang dalam hati yang kuat. Dan itu pun bermula dari kurangnya bersyukur dan merasa cukup atas hal yang kau cakup. Segalanya yang kita dapat, perjuangkan, dan pertahankan adalah kenikmatan yang selalu kau lupakan, saat diri sedang dalam fase bersenang tanpa ada rasa memperdulikan. Bila sakit tiba, kau memohon sehat kepada sang kuasa. Padahal kau hanyalah tuba. Tetapi, apakah allah membiarkanmu begitu saja ?, tidak bukan, allah sayang kita, tapi kita hanya berkata tanpa ada rasa cinta dalam dada. Mengerti tak butuh basa - basi, yang di perlukan adalah aksi. Syukur pun begitu, ada tahapan dan juga cara gimana kita sembahkan. Ada Syukur bil Lisan : yaitu saat kita mendapat kenikmatan, lisan melantunkan dengan khidmat segala pujian kepada tuhan. Syukur bil Arkan : Ketika kita mendapatkan nikmat, jiwa kita bergerak melakukan sembah mengagungkan tuhan, dengan bersujud, atau melakukan ibadah dalam bentuk berterima kasih kepada allah.

Seperti nikmat yang beraneka ragam, makanan bermacam - macam, serta wisata yang banyak membuat mata kita tak terpejam. Syukur ada pembagian yang harus kita tahu, rasakan dan lakukan.

Semisal rasa sehat yang ada dalam jiwa, rezeki yang selalu di damba dan istri shalihah yang selalu menemani sepanjang masa. Dan ini di kategorikan Syukur Duniawi. Ada pula Syukur Diniyah, setiap pekerjaan yang dilakukan, ilmu yang di dapatkan, rasa taqwa atau bisa mengenal Allah. Dan yang terakhir ada Syukur Ukhrowi, yang mengartikan tentang rasa syukur kita melakukan ibadah, tentang pahala yang kita tak mengharapkannya meskipun sedikit.

Referensi

al-Haqaiq an-Tasawuf

Dzurrathun Nasyiin

Risalah al-Qusayriyah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image