Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Bermimpi, Bermain, dan Pikiran Mengembara

Humaniora | 2024-07-30 18:50:58
Sumber gambar: BrainTalks

Penelitian menyoroti kreativitas, penyembuhan, dan filsafat.

Wawasan Utama

· Sains saraf saat ini menunjukkan bahwa mimpi adalah bentuk pikiran yang mengembara saat tidur.

· Mimpi dan pikiran yang mengembara dihubungkan oleh kualitas yang sama, yaitu keceriaan mendasar.

· Penelitian tentang pikiran yang mengembara memiliki implikasi untuk praktik psikoterapi dan filsafat estetika.

Sains saraf tentang mimpi telah bergeser dalam beberapa tahun terakhir ke arah gagasan bahwa mimpi dapat dipahami sebagai semacam pikiran yang mengembara saat tidur. Menurut bukti saat ini, pikiran yang mengembara (juga dikenal sebagai lamunan, atau pikiran yang melayang) adalah produk dari "jaringan mode default", sistem wilayah saraf yang tetap aktif tanpa adanya rangsangan eksternal atau pikiran yang terfokus. Selama tidur, sistem wilayah saraf yang sama ini menjadi aktif, membantu menghasilkan pengalaman bermimpi.

Dua buku karya peneliti ternama mengemukakan argumen tentang hubungan antara mimpi dan pikiran yang mengembara: When Brains Dream: Exploring the Science and Mystery of Sleep, karya Antonio Zadra dan Robert Stickgold, dan The Emergence of Dreaming: Mind-Wandering, Embodied Simulation, and the Default Network, karya G. William Domhoff. Ketika ilmuwan sekelas Domhoff, Stickgold, dan Zadra mencapai kesimpulan yang sama, gagasan tersebut layak untuk ditanggapi dengan sangat serius.

Pikiran yang Mengembara dan Bermain

Namun, implikasi berharga dari gagasan ini masih belum jelas jika diungkapkan dalam terminologi penelitian. Saya rasa konsep bermain menyediakan kerangka kerja yang lebih bermanfaat. Pikiran yang mengembara, dalam pandangan ini, adalah pikiran yang sedang bermain. Dan mimpi adalah permainan pikiran saat tidur. Terbebas dari tuntutan eksternal dan dibiarkan berjalan sendiri, baik saat terjaga maupun tidur, pikiran menjadi aktif dalam mode yang lebih spontan, imajinatif, berubah secara emosional, dan bebas berasosiasi. Jika ini tidak identik dengan pikiran yang mengembara, setidaknya ia memiliki banyak kesamaan inti dengan bermain sehingga kita harus mempertimbangkan manfaat yang diperoleh dari mempelajari hubungan ini lebih lanjut.

Permainan Hewan

Terdapat banyak literatur ilmiah tentang perilaku bermain pada banyak spesies hewan, yang semuanya dapat memberikan bukti berharga, wawasan mengejutkan, dan landasan yang lebih kuat dalam evolusi spesies kita sendiri kepada para peneliti mimpi. Menurut ahli zoologi komparatif, bermain pada hewan terutama terlibat dalam mempelajari dan mempraktikkan keterampilan yang berhubungan dengan bertahan hidup, terutama pada tahap kehidupan yang lebih muda dan terutama untuk spesies yang hidup dalam kelompok sosial yang kompleks. Fitur-fitur bermain ini berkorelasi sangat erat dengan fitur-fitur utama mimpi, tidak termasuk kejadian mimpi menakutkan yang meluas tentang rasa takut dan kerentanan, yang pada pandangan pertama tampaknya sama sekali tidak menyenangkan. Namun, bentuk permainan yang paling umum di kerajaan hewan adalah permainan berkelahi, yang membantu menjelaskan prevalensi, dan bahkan nilai, mimpi buruk dalam perkembangan manusia yang sehat. Mimpi kita yang pada dasarnya menyenangkan mencakup banyak jenis permainan berkelahi. Meskipun menyedihkan dalam jangka pendek, mimpi seperti itu memiliki efek jangka panjang yang bermanfaat untuk mempersiapkan kesadaran kita saat terjaga agar waspada terhadap ancaman serupa di dunia nyata.

Sains Kreativitas

Bagaimana pikiran menghasilkan ide-ide baru dalam seni, sains, teknologi, dan kehidupan sehari-hari? Penelitian tentang pikiran yang mengembara jelas relevan dengan pertanyaan penting ini, sejauh proses kreatif tampaknya bergantung pada momen keterbukaan yang tidak dipaksakan terhadap kebetulan, terhadap aliran gambar, perasaan, dan ide spontan yang muncul dari pikiran bawah sadar. Momen-momen keterbukaan terhadap alam bawah sadar ini secara teratur terjadi dalam mimpi saat tidur, itulah sebabnya mimpi selalu dianggap sebagai sumber inspirasi kreatif. Momen-momen ini juga terjadi dalam aktivitas bermain saat kita terjaga, sendiri atau bersama orang lain, ketika perhatian kita yang terfokus terhenti sementara dan eksplorasi rasa ingin tahu dari pikiran yang mengembara dapat menghasilkan wawasan dan penemuan yang tak terduga.

Dialog Psikoterapi

Hubungan antara bermain, bermimpi, dan pikiran mengembara memiliki relevansi praktis bagi dokter dan pengasuh yang bekerja dalam terapi bermain, terapi seni, atau pendekatan terapi apa pun yang melibatkan dialog terbuka sebagai bagian dari proses penyembuhan. Sigmund Freud adalah salah satu orang pertama yang menyadari nilai terapeutik dari "asosiasi bebas" sebagai teknik untuk mendorong klien mengatakan apa pun yang muncul secara spontan dalam pikiran mereka, sebagai cara untuk menghindari penilaian kritis dari kesadaran dan mengekspresikan perasaan bawah sadar mereka dengan jujur. Psikoterapi dalam pengertian ini memiliki kualitas pikiran mengembara bersama. Psikoterapi menciptakan ruang yang aman dan menyenangkan di mana klien dapat, dengan terapis mereka sebagai pendamping, secara bebas mengeksplorasi pertanyaan dan konflik yang berkaitan dengan masalah penting dalam hidup mereka.

Filsafat

Ini mungkin terdengar agak berlebihan, tetapi penelitian tentang pikiran yang mengembara, jika sedikit dikonseptualisasikan ulang, juga dapat membantu menggeser filosofi mimpi ke arah apresiasi yang lebih dalam terhadap apa yang kita alami selama mimpi. Konsep bermain merupakan inti dari On the Aesthetic Education of Man (1795) karya Friedrich Schiller, sebuah teks utama bagi kaum Romantis Jerman awal yang menyatakan bahwa bermain memungkinkan kita untuk mencapai penyatuan yang lebih tinggi dari kebutuhan yang saling bertentangan dari pikiran dan tubuh kita, intelek dan hasrat, akal dan sensasi. "Manusia bermain hanya ketika ia menjadi manusia dalam arti kata yang sebenarnya," kata Schiller, "dan ia hanya menjadi manusia seutuhnya ketika ia bermain." Jika mimpi memang merupakan bentuk permainan yang sah, kita dapat memanfaatkan refleksi Schiller dan rekan-rekannya untuk menegaskan signifikansi filosofis dari mimpi di malam hari dan pikiran yang mengembara di siang hari sebagai jalan menuju rasa diri yang lebih terintegrasi dan teraktualisasi.

***

Solo, Selasa, 30 Juli 2024. 6:36 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image