Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Moh. Khamidan Akhdan

Tuhan dalam Puisi Tiga Lembar Kartu Pos Karya Sapardi Djoko Damono

Sastra | 2024-07-26 16:29:07
Sumber: Dokumen Pribadi

Keindahan bahasa merupakan unsur yang sangat penting dan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis suatu karya sastra khususnya puisi. Bahasa yang digunakan dalam setiap karya sastra tentunya memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing.

Salah satu cara menganalisa sebuah karya sastra ialah dengan memakai pendekatan stilistika, yang mana objek kajiannya adalah estetika dan gaya yang terkandung dari sebuah karya sastra. Secara garis besar, stilistika adalah pendekatan analisis karya sastra yang mengedepankan estetika bahasa atau gaya bahasa yang terdapat dalam sebuah karya sastra (Winda dwi hudhana, 2019). Menurut Ratna, pembahasan stilistika mencakup tentang gaya pengarang yang mana terdiri dari kekuatan bahasa, sikap bahasa, dan cara melakukan. Ratna juga menyatakan bahwa analisis yang baik adalah kajian yang memperhatikan keseimbangan antara prinsip linguistik dan sastra kebudayaan atau yang mendasar pada pencapaian aspek estetis.

Kajian stilistika memiliki tujuan diantaranya sebagai penjelasan dari fungsi keindahan  penggunaan bentuk kebahasaan tertentu mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa figuratif, sarana retorika, sampai grafologi (Nurgiyantoro, 2018). Pada intinya, tujuan kajian stilistika adalah menemukan ketepatan dan kejelasan dari penggunaan bentuk-bentuk bahasa baik secara estetis maupun efektivitasnya sebagai sarana komunikasi.

Objek utama kajian stilistika adalah jenis karya sastra puisi karena seperti yang kita ketahui bahwa puisi memiliki ciri khas bahasa yang hanya terdiri dari beberapa baris namun harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan juga novel yang terdiri atas banyak jumlah halaman.

Berdasarkan penjelasan terkait objek kajian stilistika di atas, metode yang digunakan adalah analisisis isi dan stilistika dari sebuah karya sastra yang berfokus pada isi puisi Sapardi Djoko Damono.

Puisi Tiga Lembar Kartu Pos

(Lembar 1)

soalnya kau tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu,

tak pernah tegas mengakui bahwa harus menyelesaikan

perkaramu dengan-Ku

suratmu dulu itu entah dimana, tidak di antara

bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap

malaikat

Masih Kuingat benar: alamat-Ku kau tulis dengan sangat

tergesa, Kubayangkan tanganmu gemetar tanda bahwa ada

yang ingin lekas-lekas kau sampaikan pada-Ku

(Lembar 2)

kau dimana kini? Sebenarnya saja: pernahkah kau tulis

surat itu? Pernahkah sekujur tubuhmu mendadak dingin

ketika kau lihat bayang-bayang-Ku yang tertinggal di

kamarmu?

Mungkin Aku keliru, mungkin selama ini kau tak pernah

merasa memelihara hubungan dengan-Ku, tak pernah ingat

akan percakapan Kita yang panjang perihal topeng

yang tergantung di dinding itu

Bagaimanapun Aku ingin tahu dimana kau kini

(Lembar 3)

anakmu yang tinggal itu menulis surat, katanya antara

lain, “...alamat-Mu kudapati di tong sampah, di antara

surat-surat yang dibuang Ayah; hanya sekali ia pernah

menyebut-nyebut nama-Mu, yakni ketika aku meraung

karena dihalanginya mengenakan topeng yang ...”

rupanya ia ingin mengajak-Ku bercakap tentang mengapa

Aku sengaja memberimu hadiah topeng di hari ulang

tahunmu dulu itu

siasatnya pasti siasatmu juga; menatap tajam sambil

menuduh bahwa kunfayakun-Ku sia-sia belaka

1975

Terdapat dua pembagian struktur yang terkandung dalam puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” karya Sapardi Djoko Damono.

Struktur Fisik Puisi

1. Diksi

Selayaknya puisi pada umumnya yang kebanyakan RAKYATSLOT menggunakan kata konotatif, pada puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” ini penyair juga mencantumkan kata konotatif sebagai pengungkapan akan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif digunakan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif pada puisi tersebut dapat ditemukan pada suratmu dulu itu entah dimana, tidak di antara bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat . Hal ini membutuhkan penafsiran untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya. Selain itu makna konotasi juga dapat ditemukan pada akan percakapan Kita yang panjang perihal topeng yang tergantung di dinding itu, lalu pada “...alamat-Mu kudapati di tong sampah, di antara surat-surat yang dibuang Ayah, lalu Aku sengaja memberimu hadiah topeng dan pernahkah kau tulis surat itu? . Selain menggunakan kata konotatif yang memerlukan penafsiran terlebih dahulu, terdapat pula penggunaan kata denotatif yang secara umum mudah untuk langsung dipahami seperti yang terdapat pada Kubayangkan tanganmu gemetar tanda bahwa ada yang ingin lekas-lekas kau sampaikan pada-Ku. Pemilihan diksi dalam puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” juga mencerminkan efek keraguan yang timbul dari hubungan antara Tuhan dengan hambanya. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata: suratmu dulu itu entah dimana, kau tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu, kau tak pernah merasa memelihara hubungan dengan-Ku. “Ku” dalam puisi ini dimaknai sebagai sosok Tuhan dikarenakan menggunakan huruf kapital sebagai kata gantinya. Penggunaan diksi dalam puisi tersebut bertujuan untuk mencapai efek estetis yang menjadi ciri khas sebuah puisi.

2. Citraan

Unsur yang sangat penting dari sebuah puisi dan menjadi jiwa dari puisi itu sendiri adalah unsur citraan. Terdapat beberapa unsur citraan yang dapat ditemukan pada puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” tersebut di antaranya: Citraan visual yang dapat ditemukan pada tidak di antara bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat, bayang-bayang-Ku yang tertinggal di kamarmu?, topeng yang tergantung di dinding itu, dan “...alamat-Mu kudapati di tong sampah, di antara surat-surat yang dibuang Ayah. Citraan perabaan yang terdapat pada tanganmu gemetar, dan sekujur tubuhmu mendadak dingin. Citraan gerak pada dengan sangat tergesa, dan tanganmu gemetar. Citraan pendengaran yang terdapat pada ketika aku meraung karena dihalanginya mengenakan topeng.

Struktur Batin Puisi

1. Tema (sense)

Setiap karya sastra pastilah memiliki tema yang diangkat dan pada puisi tersebut penyair mengangkat tema tentang spiritual. Secara spesifik puisi tersebut membahas tentang hubungan vertikal antara Tuhan dengan hamba-Nya yang diungkapkan penyair melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Tuhan kepada hamba-Nya. Penyair juga menekankan tentang bagaimana Tuhan dan hamba-Nya berkomunikasi. Hal tersebut diungkapkan dengan metafora surat-surat yang dikirim kepada Tuhan.

2. Perasaan (feeling)

Perasaan yang ditekankan pada puisi tersebut adalah rasa keraguan dan ketidakpastian dalam sebuah hubungan vertikal antara Tuhan dengan hambanya. Sosok “kau” atau hamba di sini digambarkan sebagai seorang yang pernah memiliki kedekatan dengan Tuhannya namun kedekatan itu sudah berubah menjadi kerenggangan. Perasaan keraguan di sini bisa ditemukan pada lembar pertama yang berisi pertanyaan Tuhan kepada hambanya. Sosok “Aku” atau Tuhan seringkali mempertanyakan kesungguhan hambanya dalam meminta kepada-Nya. Hal tersebut menunjukkan rasa ketidakpastian yang bisa dilihat di lembar kartu pos ke dua puisi tersebut.

3. Nada (tone)

Nada yang digunakan dalam puisi tersebut dapat digambarkan dalam beberapa macam nada di antaranya: Nostalgis yang terdapat pada masih kuingat benar: alamat-Ku kau tulis dengan sangat tergesa. Hal tersebut merefleksikan tentang suatu hubungan yang pernah ada dan menunjukkan kenangan pada masa lalu. Lalu terdapat nada konfrontatif yaitu terlihat dalam bagian yang berbicara tentang tuduhan dan konfrontasi, seperti menuduh bahwa kunfayakun-Ku sia-sia belaka. Selanjutnya terdapat nada kontemplatif yang tercermin dalam pemikiran mendalam dan introspeksi tentang hubungan dan kejadian masa lalu, seperti mungkin selama ini kau tak pernah merasa memelihara hubungan dengan-Ku. Gabungan dari nada-nada tersebut menciptakan kesan yang kompleks dan emosional, mencerminkan perasaan penulis terhadap subjek puisi tersebut

4. Amanat (intention)

Fungsi dari sebuah karya sastra adalah sebagai penyampai pesan. Hal tersebut juga menjadi tujuan dari terciptanya sebuah karya sastra termasuk puisi. Pada puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” tersebut, Sapardi ingin menyampaikan pesan ekspresionisme berupa pengungkapan rasa takutnya akan tuntutan dan “pertanyaan-pertanyaan” yang diajukan Tuhan kepadanya. Hal tersebut dapat kita cerna sebagai upaya Sapardi memberikan amanat kepada para pembaca untuk senantiasa menjaga hubungan vertikal dengan Tuhannya.

Daftar Pustaka

Nurgiyantoro, B. (2018). Stilistika. Yogyakarta: Gadjah mada university press.

Winda dwi hudhana, m. (2019). metode penelitian sastra teori dan aplikasi. Temanggung: Desa pustaka indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image