5 Hal Harus Dilakukan Guru dalam Kepemimpinan Pembelajaran
Eduaksi | 2022-01-21 10:22:46Pemulihan pembelajaran akibat dampak pandemi butuh segera dilaksanakan. Guru adalah kunci dalam pemulihan pembelajaran tersebut. Dan peran penting dari kepemimpinan pembelajaran seorang guru menjadi hal yang harus dikuatkan agar menginspirasi perubahan positif pada siswa. Untuk itu perlu adanya pembaruan pemahaman guru terhadap tugas dan perannya agar pemulihan pembelajaran dapat berjalan sesuai harapan
Program guru penggerak adalah salah satu solusi mempercepat pemulihan pembelajaran. Karena guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang menerapkan merdeka belajar untuk mendorong tumbuh kembang siswa secara holistik, aktif dan proaktif untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru penggerak diharapkan dapat menggerakkan komunitas belajar bagi guru di sekolah dan di wilayahnya. Guru penggerak juga menjadi teladan dan berperan sebagai agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Sekolah Islam Terpadu (SIT) Tunas Bangsa menyambut antusias program guru penggerak yang digagas oleh Mas Menteri Nadiem Makarim. Dan alhamdulillah, Kepala sekolah dari masing-masing unit baik SMPIT dan SMAIT Tunas Bangsa telah lulus seleksi dan terdaftar sebagai sekolah penggerak. Selanjutnya diikuti guru-gurunya yang mulai mendaftar dan mengikuti seleksi sebagai guru penggerak.
Menurut Direktur SIT Tunas Bangsa Kota Depok, Suhartono, M.Pd, ada beberapa hal yang perlu difahami dan perubahan yang harus dilakukan terkait peran guru dalam kepemimpinan pembelajaran dan guru penggerak. Hal tersebut disampaikan dalam rapat gabungan guru SIT Tunas Bangsa (unit SMPIT dan SMAIT) tanggal 19 Januari 2022 untuk konsolidasi dan pemantapan pembelajaran pada semester genap.
Dalam arahannya beliau mengawali dengan mengatakan program guru penggerak sejalan dengan arah sekolah islam terpadu yang bergerak untuk kebaikan sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surah Al-Imran ayat 104: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS.Ali-Imran:104).
Selanjutnya beliau menjelaskan ada 5 hal yang harus dilakukan oleh guru dalam kepemimpinan pembelajaran dan guru penggerak
Pertama, pembelajaran tidak lagi dari how to know melainkan menjadi how to practice. How to know terkait materi dikembangkan melalui literasi membaca oleh siswa. Di era internet sekarang ini, siswa bisa dengan mudah mendapatkan konten materi pembelajaran. Nah guru-guru harus lebih mengedapankan how to practice dari materi-materi pelajaran yang didapatkan siswa
Kedua, pembelajaran jangan lagi di ranah kata kerja operasional C1-C2 (C1 mengingat, C2 memahami). Dalam pembelajaran dikenal istilah taksonomi yang awalnya dikembangkan oleh Benjamin S Bloom atau lebih dikenal dengan teori bloom. Istilah C1 sampai C6 dalam taksonomi merupakan kriteria yang digunakan guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajaran. Dalam setiap tingkatan atau aspek taksonomi terkandung kata kerja operasional yang menggambarkan bentuk perilaku yang ingin dicapai melalui suatu pembelajaran. Kata kerja operasional diperlukan oleh guru saat membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Baiklah kembali ke laptop, C1 dan C2 bisa didapatkan siswa sebagaimana dijelaskan dalam point pertama yaitu melalui literasi mandiri. Guru-guru harus membiasakan di ranah kata kerja operasional C3 sampai C6 (C3 menerapkan, C4 menganalisis, C5 menilai/mengevaluasi, C6 menciptakan) atau yang HOTS (Higher Order Thinking Skill). Berkaitan dengan ranah C3 sampai C6, maka jika guru akan memberi pertanyaan, sebaiknya gunakan prinsip PIT yang merupakan singkatan dari Produktif, Imanijatif, dan Terbuka.
Produktif, maksudnya pertanyaan yang jawabannya dari hasil mengamati. Misalnya pertanyaan bagaimana perilaku masyarakat di sekitar tempat tinggalmu pada saat pandemi? Untuk menjawab pertanyaan seperti itu maka siswa akan bereksplorasi dari hasil pengamatanya masing-masing.
Imajinatif, pertanyaan yang jawabannya mengembangkan imajinasi siswa. Misalnya pertanyaan untuk anak IPS, apakah IKN (ibu kota nasional) yang baru menjanjikan kemajuan anak bangsa? Contoh lain, jika kamu menjadi walikota Depok, bagaimana mengurai kemacetan yang terjadi pada jalan utama kota yiatu jalan margonda raya?Contoh pertanyaan anak IPA misalnya: mungkinkah akan berkembang virus corona baru deltacron hasil mutasi varian delta dan varian omicron?
Terbuka, berikan pertanyaan yang jawaban benarnya bisa lebih dari satu. Tentunya anda bisa mengembangkan pertanyaan dengan banyak jawaban yang benar. Nah mungkin ada yang bertanya kalau untuk pelajaran matematika seperti apa. Contoh saja, jika biasanya guru memberikan soal tiga ditambah tujuh sama dengan titik-titik maka kemungkinan jawaban benar hanya satu yaitu sepuluh. Namun jika diberi soal angka berapa ditambah berapa yang hasilnya sepuluh maka kemungkinan jawaban benar bisa lebih dari satu. Dan semakin siswa memahami angka atau bilangan, kemungkinan jawaban benar bisa semakin banyak. Sambil rehat sejenak menurut anda ada berapa jawaban benar? He he
Ketiga, belajar dari teori menjadi belajar dari aktivitas. Umumnya untuk pelajaran tertentu kita diberikan teori atau rumusnya. Nah mulai dicoba belajar dengan aktivitas, dan mulai mencoba menemukan teori, makna atau rumus dari aktivitas belajar tersebut. Caranya guru bisa menugaskan siswa untuk mengomentari aktivitas pembelajarannya. Guru juga bisa memberi pertanyaan yang bisa mengarah pada pencapaian teori dan makna pembelajaran. Misalnya berikan lima alasan mengapa kita harus hidup bersih, mencuci tangan.
Keempat, pembelajaran yang sebelumnya berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Untuk hal ini guru-guru harus mengetahui gaya belajar para siswanya. Berapa banyak siswa yang gaya belajarnya visual, auditori, kinestetis. Selanjutnya guru bisa mengembangkan pertanyaan untuk beragam gaya belajar tersebut. Misalnya untuk siswa dengan gaya belajar visual berikan pertanyaan apa yang kalian bisa lihat dari tampilan slide di depan. Untuk yang gaya belajar auditori misalnya bapak dengar diantara kalian ada yang memahami sebalik, silahkan. Untuk yang kinestetik misalnya apa yang bisa dilakukan untuk hal tersebut. Sederhananya guru memberikan perhatian dan kesempatan kepada semua siswa dengan beragam gaya belajar
Kelima, pembelajaran dari berbasis konten menjadi berbasis kompetensi. Nah ini praktek pada kurikulum prototipe yang juga dikembangkan pada sekolah penggerak. Jika pada kurikulum sebelumnya sudah tertulis kompetensi dan konten atau materinya. Maka pada kurikulum teranyar ini kita tentukan terlebih dahulu kompetensinya, kemudian kontennya yang pas bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan bahkan bisa lintas pelajaran untuk mencapai capaian pembelajaran (CP). Jadi sekolah atau guru merdeka menentukannya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.