Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Rofiqi

Membentuk Karakter Milenial Sejati Versi Islam

Agama | Friday, 19 Jul 2024, 01:08 WIB
Sumber: id.pinterest

Menjadi seorang pemuda yang taat agama diera resesi dan tekhnologi bukanlah hal mudah. Terutama dalam menghadapi dunia yang dipenuhi dengan godaan syahwat seperti sekarang. Belum lagi ketika menghadapi pergaulan yang begitu ekstrem yang mengarah kepada penyimpangan moral. Adapun yang seringkali menjadi objek sasaran adalah kalangan pemuda yang relatif memiliki emosi yang tidak stabil. Diusia tersebut sangat rentan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Bila tidak dibentengi dengan keimanan dan ketakwaan, khawatir akan terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan dan kesesatan.

Tulisan ini berusaha menghadirkan beberapa cara untuk menanamkan karakter milenial sejati dengan pendekatan islam. Dikutib dalam kitab Asbab Istiqamah Al-Syabab karya Dr. Shalih bin Fauzan bahwa setidaknya terdapat beberapa poin dalam membentuk karakter milenial sejati, diantaranya;

1. Memberikan tauladan yang baik

Dalam hal ini orang tua memiliki peran penting dalam membentuk karakter seorang anak. Sebagaimana disabdakan oleh Baginda Nabi,

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَانِهِ اَوْيُمَجِّسَانِهِ

Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), kedua orangtuanya bisa menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (HR. Bukhari Muslim)

Maksud dari hadis di atas bahwa sosok orangtua menjadi penentu utama karakter seorang anak. Bilamana orangtua mencerminkan hal positif, maka kemungkinan besar si anak berusaha menirunya. Demikian pula sebaliknya. Sebagaimana kisah Lukman dalam mendidik anaknya yang diabadikan dalam Al-Quran.

2. Memberikan pendidikan yang imajinatif bebas penyimpangan

Perbuatan penyimpangan tidak akan terjadi apabila sedari awal akses masuknya telah ditutup. Dengan adanya tekhnologi yang sudah menjadi kebutuhan, maka terpaksa para orangtua harus merubah cara mendidik mereka. Di masa sekarang kebanyakan anak lebih tertarik pada permainan di dunia virtual daripada di dunia aslinya. Maka, tugas orangtua hanyalah memilihkan game yang menarik dan bisa menumbuhkan kreatifitas anak. Misalnya game puzzle, tembak-tembakan atau roblok.

3. Menanamkan simpati (ketertarikan) kepada keilmuan

Setiap orangtua pasti memiliki cara masing-masing untuk mendidik anaknya. Dunia pendidikan untuk menambah wawasan keilmuan umumnya adalah sekolah atau pesantren. Bakat seorang anak akan berkembang jika dunia pendidikannya dipilih sesuai kemampuan dan ketertarikannya. Oleh sebab itu, orangtua tidak boleh memaksakan keinginan sendiri tanpa memperdulikan minat si anak. Dan bukan berarti melepaskannya begitu saja.

4. Membentuk pola pikir (minset) yang benar

Minset sangat mempengaruhi cara pandang dan gagasan seseorang. Dalam islam, minset yang dibangun pertama kali ialah hal-hal yang berkaitan dengan agama, bahasa dan sejarah. Tujuannya untuk memurnikan akal sekaligus untuk menjernihkan hati. Di samping itu, orang yang senantiasa menggunakan akalnya akan terbebas dari jeratan syahwat. Dengan dibekali minset berpikir, ia tidak akan mudah terpengaruh oleh informasi yang bertentangan dengan cara pandangnya. Termasuk berita hoax yang sering ditemukan dimedia sosial. Sebagaimana dikatakan dalam quotes, “Tinggikan IQ-mu, maka hoax akan turun dengan sendirinya. Rendahkan IQ-mu, maka hoax akan maraja lela.

5. Hubungan harmonis dengan masyarakat

Setiap lapisan masyarakat juga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seorang pemuda milenial. Sebab salah satu kewajiban masyarakat adalah menciptakan masyarakat yang bersih sehingga ketaatan kepada Allah dapat terealisasikan. Hal ini berdasarkan ayat al-Quran yang berbunyi,

وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ اْلاَقْرَبِيْنَ

Artinya: “Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.” (QS. Asy-Syuara’[62]: 214)

Islam sangat menekankan kepada umatnya agar selalu mengingatkan keluarga, saudara dan tetangga. Lingkungan masyarakat diperlukan untuk membangun karakter pemuda agar senantiasa peduli satu sama lain.

6. Menjadikan sholat sebagai refleksi diri

Poin ini sangat penting untuk mengingatkan kalangan pemuda agar selalu terkoneksi dengan Tuhannya melalui shalat berjamaah atau shalat jum’at. Bahkan membiasakan diri dengan yang sunah, seperti shalat rawatib, witir hingga tahajjud. Komitmen seperti ini memiliki pengaruh besar dalam kebahagiaan hidup mereka dunia maupun akhirat.

7. Mengarahkan mereka untuk konsisten memanfaatkan waktu luang

Banyak sekali peluang untuk memperoleh banyak hal diusia muda. Seperti melakukan kajian keilmuan dan beramal shaleh. Tidak terkecuali kalangan milenial yang bisa menggunakan medsos sebagai media shering pengetahuan dan menyebarkan kebaikan. Sehingga setiap detik waktunya tidak terbuang sia-sia serta selalu merenungkan sabda Nabi,

لَا تَزُوْلَ قَدَمُ ابْنِ اَدَمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلُ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَ اَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَ اَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ اَيْنَ اِكْتِسَابَهُ وَفِيْمَ اَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَ عَلِمَ

Artinya: “Kelak pada hari kiamat kaki manusia tidak akan bergerak di hadapan Tuhannya hingga ditanya lima perkara, tentang umurnya kemana dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, tentang ilmunya diamalkan atau tidak”. (HR. Imam Thabrani)

Poin intinya adalah kesuksesan sesuatu dapat tercapai dengan adanya peran dari berbagai pihak. Demikianlah penjelasan tentang membentuk karakter milenial yang sesuai dengan ajaran islam. Semoga tulisan ini bermanfaat. Waallu a’lam.

Referensi:

- Shalih bin Fauzan, Asbab Istiqamah Al-Syabab (12-14)

- Nuruddin al-Haitsami, Kasyf al-Astar An Zawaid al-Bazzar, (3, 30)

- M.Quraish Shihab, Islam yang Saya Pahami [Trilogi] (164)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image