Menghadapi Tantangan Kehidupan Pendidikan pada Strata Sosial Rendah
Sekolah | 2024-07-17 01:23:16Penulis 1 : Muhammad Jindar Tiyafy
Penulis 2 : Dr. Aida Azizah, S.Pd., M.Pd.
Pendidikan adalah hak asasi manusia yang seharusnya dapat dinikmati oleh semua orang tanpa terkecuali. Namun kenyataannya, pendidikan seringkali dihadapi dengan berbagai tantangan, terutama bagi individu yang berasal dari strata sosial yang kurang mampu. Tantangan ini dapat memengaruhi aksesibilitas, kualitas, dan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Di banyak negara terutama di negara berkembang, akses ke pendidikan berkualitas masih menjadi masalah serius bagi masyarakat yang kurang mampu ekonominya. Sekolah-sekolah di daerah kumuh atau pedalaman sering kali tidak memiliki fasilitas yang memadai atau kurikulum yang relevan. Hal ini menciptakan kesenjangan awal yang sulit diatasi bagi anak-anak dari latar belakang ekonomi rendah. Berikut adalah ulasan tantangan beserta upaya untuk mengatasinya.
1. Aksesibilitas
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh individu dari strata sosial rendah adalah aksesibilitas terhadap pendidikan. Banyak keluarga yang tidak mampu menghadapi kendala finansial dalam menyekolahkan anak-anaknya, baik dalam konteks biaya sekolah, seragam, buku, atau biaya transportasi. Kendala selain itu yaitu sekolah-sekolah yang berkualitas mungkin terletak jauh dari tempat tinggal mereka, menyulitkan akses pendidikan bagi anak-anak dari strata sosial rendah.
2. Kualitas Pendidikan
Sekolah-sekolah di daerah dengan tingkat ekonomi yang rendah seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya, kurangnya fasilitas, dan kurikulum yang belum memadai. Hal ini dapat menyebabkan dampak negatif pada kualitas pendidikan yang diterima oleh anak-anak pada strata sosial rendah.
3. Kurangnya Dukungan Keluarga
Anak-anak dari strata sosial rendah seringkali menghadapi kurangnya dukungan atau motivasi dari keluarga mereka dalam mengejar pendidikan. Kondisi ekonomi yang sulit dapat membuat orang tua mementingkan pekerjaan atau pendapatan langsung dibandingkan dengan memprioritaskan pendidikan anak-anak mereka. Hal ini dapat mengakibatkan absennya dukungan serta pengawasan yang konsisten terhadap pendidikan anak.
4. Tantangan Teknologi
Perkembangan teknologi juga menjadi tantangan dalam pendidikan pada strata sosial rendah. Akses terhadap teknologi dan internet mungkin terbatas bagi keluarga-keluarga dengan kondisi ekonomi yang sulit, sehingga anak-anak mereka tidak mendapatkan kesempatan yang sama dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran.
Demikian meskipun tantangan-tantangan tersebut nyata adanya, mengatasi tantangan pendidikan pada strata sosial rendah adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan di masa depan. Maka diperlukannya komitmen bersama dari pemerintah, lembaga Pendidikan serta masyarakat Bersama untuk menjembatani kesenjangan sosial dalam dunia pendidikan. Dengan adanya langkah-langkah yang strategis serta investasi yang tepat, kita dapat memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan berkualitas serta membangun masa depan yang lebih baik lagi bagi diri mereka sendiri dan juga masyarakat secara keseluruhan. Program-program beasiswa, bantuan pendidikan, dan inisiatif komunitas telah memberikan harapan baru bagi anak-anak dari strata sosial rendah untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Selain itu, dibutuhkannya pendekatan yang holistik serta berkelanjutan melalui edukasi, dukungan, dan akses yang ditingkatkan. Kesadaran kita dapat membantu mengubah naratif menjadi satu di mana setiap anak memiliki kesempatan yang adil untuk mencapai potensi penuh mereka, tidak peduli latar belakang atau kondisi ekonomi mereka.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.