Manusia dan Berbagai Misterinya
Agama | 2024-07-16 21:30:06Judul Buku : Psikologi Kepribadian (Menyelami Misteri Kepribadian Manusia) Psikologi Sufi dan Barat
Judul Asli : Criticism of Islam Psychology
Penulis : Lynn Wilcox
Penerjemah : Kumalahadi P
Penerbit : IRCiSoD
Tebal : 412 Halaman
Manusia adalah mahkluk yang memiliki banyak misteri dalam dirinya. Tidak akan lekang oleh waktu untuk membicarakan sosok manusia. Bagi kaum agamawan, manusia adalah mahkluk yang diciptakan oleh Tuhan, memiliki kewajiban untuk menjadi penerjemah dan pelaksana dari tugas yang diberikan sang pencipta. Dalam menjalankan tugas Tuhan di dunia, manusia yang memiliki karakter berbeda-beda berdampak kepada output dari pelaksanaan perintah dari sang pencipta. Bisa saja outputnya menusia melaksanakan dengan sungguh-sungguh, ataupun justru sebaliknya.
Karakter yang berbeda-beda itulah menjadikan manusia sangat unik dan banyak memiliki misteri di dalam dirinya. Dalam pendahuluan, Lynn Wilcox menjelaskan kepribadian atau karakter manusia sangatlah unik, ilmu barat khsusnya Psikologi barat tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan eksistensi manusia. Justru sebaliknya psikologi barat hanya mampu mendeskripsikan tingkah laku dari manusia itu sendiri. Olehnya itu, psikologi barat membutuhkan psikologi sufisme untuk memadukan keduanya agar menghasilkan pemahaman yang utuh terhadap manusia.
Lynn Wilcox mengemukakan bahwa dari berbagai banyaknya psikolog, pekerja sosial, psikiater dan sebagainya untuk membantu manusia menemukan hakikat dirinya, psikologi barat belum mampu mencurahkan segala kekuatannya untuk memberikan pengajaran kepada manusia tentang pengembangan dirinya kedalam bentuk positif secara mendalam dan abadi. Buku yang di tulis oleh seorang ilmuwan barat ini sangat menyadari bahwa ilmu yang selama ini diberikan belum menyentuh aspek terdalam manusia yaitu ruhani (hati).
Apa perbedaan mendasar antara psikologi barat dan psikologi sufisme.? Lynn Wilcox membedakan keduanya dari beberapa pertanyaan mendasar. Misalnya, psikologi barat tidak mampu menjawab pertanyaan yang menanyakan siapa saya? Apakah tujuan hidup? Apakah kebenaran? Adakah kehidupan setelah mati? Bagaimana saya menemukan kedamaian? Pertanyaan tersebut bukanlah bagian dari pembahasan psikolog barat. Sementara itu, Hazrat Pir mengemukakan bahwa eksistensi dari laku manusia ialah bagaimana manusia sempurna dikembangkan? Dan bagaimana masyarakat sempurna dikembangkan?
Judul buku ini memang amat berbeda dengan judul dalam ilmu psikologi pada umumnya. Dimana psikologi yang di tuliskan oleh Lynn Wilcox secara holistic dan komprehensif membahas manusia dari berbagai aspek. Bukan hanya pada aspek barat, juga pada aspek agama dengan pendekatan sufistik. Menurut Thomas H Elmore bahwa Lynn Wilcox menuliskan buku psikologi dengan menjadikan psikologi sufi sebagai pandangan komprehensif mengenai manusia, karena sufisme sudah 1400 tahun membahas esensi manusia dari berbagai aspek jauh sebelum psikologi hadir.
Menghilangkan Dikotomi
Perkembangan ilmu pengetahuan barat telah membuka ruang interupsi baru, khususnya para cendekiawan muslim. Salah satunya datang dari cendekiawan muslim Ismail Raji Al Faruqi yang memperkenalkan teori islamisasi ilmu pengetahuan. Menurutnya perkembangan ilmu pengetahuan sudah melenceng dari ajaran-ajaran Islam yang hanif, sehingga berdampak kepada cara berpikir sekuler. Selain itu, Naquib al Atas juga mengatakan bahwa peradaban barat telah membawa ilmu pengetahuan menjadi anomali dan skeptis.
Konsep islamisasi ilmu pengetahuan dianggap mampu memberikan nilai pada pengetahuan yang bebas nilai yang bersumber dari barat. Walaupun konsep ini, juga banyak mendapatkan kritikkan dari berbagai kalangan. Kritik yang datang dari Fazlur Rahman seorang cendekiawan muslim kontemporer yang mengatakan bahwa konsep islamisasi ilmu pengetahuan yang dijelaskan oleh Ismail Raji Al Faruqi bersifat mekanistik dan tidak memiliki landasan epistemologi yang kuat. Rahman beranggapan mereka tidak memahami tradisi intelektual Islam masa lampau yang banyak menggali ilmu pengetahuan dari peradaban Yunani.
Buku ini, memperlihatkan dari sisi kebalikannya. Jika dulu Ismail Al Faruqi ingin memngislamkan sains barat, maka Lynn Wilcox justru menjadikan kebenaran Islam (sufisme) sebagai penyempurna dari ilmu barat (psikologi barat). Kritik Wilcox pada psikologi tradisional, yang tidak mampu mengupas sisi manusia secara konprehensif menunjukkan kelemahan barat yang selama ini diagung-agungkan.
Sangatlah relevan apa yang dikatakan oleh Amin Abdullah bahwa ilmu pengetahuan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa ada hubungan dengan aspek lain. Sehingga ia menekankan aspek integrasi-interkoneksi dari ilmu pengetahuan baik dari barat maupun dari Islam itu sendiri. Sehingga adanya dikotomi ilmu pengetahuan sangatlah tidak relevan jika hari ini masih dipertentangkan.
Menuju Rekonsiliasi
Lynn Wilcox mengandaikan psikologi barat dalam membahas manusia, seperti menyiapkan bahan-bahan lampu. Kabel sebagai pengalir listrik, bohlam lampu, sekring lampu dan sebagainya. menurutnya psikologi barat hanya mampu mempersiapkan alat untuk menyalakan lampu, namun barat tidak tahu bagaimana menyambungkan lampu agar ia menyala. Olehnya itu, untuk menyalakan lampu tersebut dibutuhkan psikologi sufistik, yang tersambung langsung dengan aliran listrik (Tuhan).
Buku ini memberikan paradigma baru bahwa membicarakan manusia tidaklah cukup hanya terbatas pada tubuh, ego, dan budaya manusia. Namun kita akan selalu Kembali kepada pertanyaan yang mendasar tentang apa artinya menjadi manusia. Lynn Wilcox mampu memadukan keduanya, tanpa harus saling menegasikan. Keduanya saling melengkapi satu sama lain, untuk emndapatkan rumusan penting tentang manusia.
Mempertentangkan ilmu barat dan Islam adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh manusia. Masing-masing memiliki epsitemologi yang dijadikan dasar menemukan ilmu pengetahuan. Kuntowijoyo sudah mengariskan bahwa, Islam punya epsitemologi sendiri yaitu Islam sebagai Ilmu yang bersumber dari nash-nash yang qathi (Al-Quran dan sunnah). Begitupun dengan barat, melalui cara berpikir positivistic dapat menemukan suatu kebenaran.
Buku ini, membawa kita semua kepada pemahaman bahwa ilmu pengetahuan harus membawa kita kepada keberadaan diri dalam damai dan juga dekat kepada dengan damai itu sendiri. Wilcox menunjukkan apa yang ia alami ketika dekat dengan sang pemilik jiwa. Ia menemukan pengetahuan yang sangat holistic mampu melihat dari berbagai aspek pengetahuan.
Membaca buku ini, diharapkan mampu memberikan wawasan baru terhadap dunia psikologi. Membaca manusia tidak hanya pada luar saja, melainkan mampu merasuk ke dalam diri manusia. Para cendekiawan saat ini, dibutuhkan pemahaman yang holistic dalam memahami ilmu pengetahuan. Selama kita masih berpikir tertutup, maka selama itu juga pengetahun dalam Islam akan tertutup dan jumud. Tugas kita ialah, bagaimana peradaban barat yang saat ini maju, mampu memotivasi kita semua untuk Kembali kepada masa kejayaan Islam, dengan mengintegrasikan seluruh pengetahuan. Sebagaimana yang terjadi pada zaman Yunani dan keemasan Islam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.