Takut Dianggap FOMO, Banyak Orang Berharap Lagu Favoritnya tidak Viral
Ulas Dulu | 2024-07-12 22:23:55Di zaman sekarang, banyak orang ketakutan untuk ketinggalan atau yang biasa di sebut Fomo. Fear of Missing Out atau yang biasa di sebut dengan Fomo adalah kondisi dimana seseorang merasa khawatir atau cemas akan ketinggalan sebuah pengalaman yang sedang ramai dibicarakan orang-orang. Seperti pada media sosial yang sering menampilkan banyak hal-hal yang sedang viral, salah satu dalam dunia musik.
Tak sedikit musisi dan artist yang memilih mempromosikan lagunya melalui aplikasi Tiktok, karena banyaknya penguna aktif di platform tersebut.
Viralnya sebuah lagu di platform ini bisa dibilang mudah. Ketika salah seorang pengguna mengunggah sebuah video menggunakan backsound suatu lagu, dan jika video tersebut viral maka lagu yang menjadi backsound video tersebut juga akan ikut viral.
Dengan begitu akan semakin banyak orang yang mengupload konten video yang sama dengan backsound lagu yang sama, dan akhirnya lagu tersebut akan semakin viral dan semakin banyak orang mengetahuinya.
Dari situlah artist atau musisi yang memiliki hak cipta lagu akan mendapatkan keuntungan, mulai dari menjadi lebih terkenal sampai mendapat royalti yang tak sedikit. Tetapi ternyata bagi para penggemar atau penikmat lagu tertentu, mereka memiliki beberapa pandangan yang berbeda jika lagu yang mereka suka viral.
Mungkin beberapa penggemar cenderung ikut bahagia dengan viralnya lagu yang mereka sukai. Mereka beranggapan dengan viralnya lagu tersebut, maka sang artist akan lebih dikenal dan akan mendapat penggemar yang lebih banyak. Penggemar pada golongan ini seperti tidak masalah dengan anggapan ‘selera musik Tiktok’.
Namun tak sedikit juga orang-orang yang berharap lagu yang mereka sukai agar tidak viral di media sosial, hal itu karena mereka takut dianggap Fomo. Banyak orang yang membagikan pengalamannya di media sosial mengenai anggapan fomo dari orang lain kepada mereka, yang sebenarnya hal tersebut tidak benar adanya.
Pada salah satu uanggahan video di platform Tiktok, ada salah seorang pengguna dengan nama pengguna Jessie berkomentar, “in the star udh fav dari lama, pas viral di tiktok jadi kaget, lebih kaget di bilang cmn karna fomo”.
Dari komentar tersebut dapat diketahui bahwa beberapa orang mengganggap seseorang yang menyukai suatu lagu dan kebetulan lagu tersebut viral di media sosial adalah orang yang Fomo. Ini tentunya dapat merugikan sebagian penggemar yang ternyata sudah menikmati lagu tersebut sedari lama.
Tak salah jika orang-orang yang dianggap Fomo merasa risih dan malu. Karena jika sudah dianggap Fomo maka akan muncul beberapa anggapan lain, seperti 'fans musiman', 'fans jalur viral', dan banyak lagi.
Mungkin karena hal itu pula ada beberapa penggemar memilih untuk mencari lagu dan artist lain untuk dinikmati karyanya. Faktor lain yang mendukung adalah saat lagu-lagu tersebut sudah viral di media sosial maka akan berkali-kali muncul di beranda, dan berakhir membuat jenuh saat mendengarkannya. Contoh lagu yang sedang viral di media sosial saat ini adalah lagu-lagu dari Taylor Swift, dan hampir di semua sosial media lagu dari Taylor Swift muncul berkali-kali.
Hilangnya penggemar lama dan datangnya penggemar baru atau 'penggemar Fomo', tidak selalu baik bagi sang artist tetapi juga bisa jadi suatu hal yang kurang baik. Di lihat dari beberapa kejadian, musisinya lagunya beberapa kali viral mendapatkan banyak penggemar baru. Tetapi saat lagu-lagunya sudah tidak viral lagi, para penggemar baru malah melupakan sang artis dan berakhir untuk tidak menjadi penggemarnya lagi.
Maka dari itu banyak pengguna media sosial berharap artist atau karya dari artist yang mereka sukai tidak viral di media sosial, terutama di platform Tiktok. Terlebih dengan anggapan Fomo dan ‘selera TikTok’, yang mungkin akan merugikan sebagian orang.
Pada intinya baik itu fomo atau tidak, kita tidak seharusnya men-judge orang dengan langsung menganggap orang tersebut fomo. Lebih baik jika kita bersimpati karena setiap orang punya kesenangannya tersendiri.
Ranaya Nadja, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Udinus.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.