Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ulfa Hasanah

Imam Al-Qurthubi: Rahasia Kematian, Alam Akhirat dan Kiamat

Agama | 2024-07-11 20:36:13

Buku IMAM AL-QURTHUBI : RAHASIA KEMATIAN, ALAM AKHIRAT DAN KIAMAT mengupas tentang Hakikat Kehidupan dan Kematian, Pengurusan Jenazah dan Adab di Tanah Kuburan, Azab dan Kenikmatan di Alam Kubur (Barzakh), Padang Mahsyar,Al-Mizan dan As-Sirat, dan Mengupas Tentang Sifat-Sifat Surga dan Neraka.

Kali ini penulis ingin membahas bagaimana hakikat kehidupan dan kematian menurut Imam Al- Qurthubi dan larangan berdoa mengharap kematian karena ditimpa cobaan ekonomi maupun kesehatan.

Penulis mendefinisikan hakikat kehidupan memiliki makna yang mendalam dan khusus. Dalam islam, hidup adalah ibadah. Keberadaan makhluk hidup di dunia ini tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah. Dalam Al-Quran disebutkan: "dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56). Oleh karena itu, wajib bagi setiap Muslim menjalankan ibadah sesuai perintah-Nya. Ibadah tersebut tidak hanya sholat, puasa, zakat, atau haji, tetapi juga ibadah lain yang berkaitan dengan segala aspek kehidupan.

kematian juga memiliki makna yang mendalam dan khusus. Dalam Al-Quran menyebutkan kematian sebagai ajal, tawaffa, atau istifa’. Istilah-istilah ini muncul dalam empat belas tempat dalam Al-Quran dan mengandung makna yang sama, yaitu kematian. Kematian adalah putusnya keterikatan ruh dengan badan dalam bentuk yang kita kenal. Ini adalah perubahan, perpisahan dan perpindahan dari satu alam ke alam lain.

Hakikat kehidupan dan kematian menurut Imam Al-Qurthubi mengandung wawasan yang mendalam tentang perspektif islam terhadap dua fase penting dalam perjalanan manusia. (Pasal 1), Menafsiri firman Allah dalam surat al-Mulk ayat 2, “ yang menjadi mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya”, Abdurrahman as-Suda mengatakan, “ Yang dimaksudkan ialah orang yang paling banyak mengingat kematian, yang memiliki persiapan paling baik untuk menghadapinya, dan yang paling takut kepadanya.

Menurut para ulama kita, sabda Nabi SAW. "Sering- seringlah mengingat sesuatu yang dapat melenyapkan kenikmatan-kenikmatan", adalah sebuah kalimat yang singkat, tetapi sarat dengan pesan dan pelajaran. Orang yang benar-benar ingat kematian, dengan sendirinya ia akan sadar tentang hakekat nikmat yang tengah dirasakannya didunia. Sehingga, ia tidak akan banyak berharap nikmat itu akan abadi di masa datang, dan ia akan bersikap zuhud terhadap apa yang diharapkan daripadanya.

Semua sepakat bahwa kematian itu tidak terikat oleh umur tertentu, waktu tertentu, dan penyakit tertentu. Hal itu dimaksudkan agar manusia selalu dalam posisi siap siaga menghadapinya kapan dan dimana saja.

(Pasal 2), Yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW., "orang yang pintar ialah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri ", ialah bahwa orang yang pintar ialah orang yang bisa intropeksi diri. Ada yang berpendapat bahwa itu adalah orang yang sanggup mengendalikan nafsunya. Menurut Abu Ubaud, orang yang sanggup menaklukan nafsu, ia pasti akan bisa memperbudaknya untuk diajak beribadah kepada Allah dan beramal buat kepentingan akhirat. Demikian pula ia akan intropeksi diri atas kelalaiannya, memanfaatkan usia dengan baik, membekali diri untuk menyongsong akhir urusannya dengan amal-amal yang saleh, mengingat dan taat kepada Allah kapan saja. Itulah bekal utama untuk menghadapi hari dimana seluruh makhluk akan menuju ke tempat kembali mereka yang abadi.

Sedangkan, kebalikan orang pintar ialah orang yang lemah, yaitu orang yang melakukan kelalaian. Orang yang lalai dari taat kepada Allah karena selalu mengikuti hawa nafsunya, tetapi ia masih mengharapkan Allah berkenan mengampuninya, maka inilah yang disebut orang tertipu.

Larangan Berdoa Mengharap Kematian Karena Ditimpa Cobaan Ekonomi Maupun Kesehatan.

Dalam islam, terdapat larangan untuk berdoa mengharap kemtian karena ditimpa cobaan ekonomi maupun kesehatan. Larangan ini didasarkan pada beberapa hadits yang mengajarkan kita untuk bersabar dalam menghadapi musibah dan tidak mengharapkan mati sebagai jalan keluar dari kesulitan yang kita alami.

Diriwayatkan oleh Muslim (dan Bukhari) bahwa Anas r.a. berkata, "Rasulullah bersabda,ʻjanganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena cobaan yang tengah menimpa. Jika ia memang harus mengharapkan kematian, hendaklah ia berdoa , ʽYa Allah, periharalah hidupku jika itu yang terbaik bagiku, dan matikan aku jika itu yang terbaik bagiku.ʼ berikut penjelasan dari hadist tersebut:

1. Tidak Mengharapkan Mati karena Musibah

- Rasulullah SAW melarang kita untuk mengharapkan mati sebagai jalan keluar dari musibah yang menimpa kita.

- Kita tidak boleh berdoa agar Allah mematikan kita karena kesulitan yang kita alami.

2. Berkata dengan Sikap Tawakkal:

- Jika kita ingin berangan-angan, kita sebaiknya mengatakan, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik bagiku.”

- Dan jika kematian lebih baik bagi kita, kita memohon, “Matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.”

3. Sikap Tawakkal dan Kesabaran:

- Hadits ini mengajarkan kita untuk bersikap tawakkal (percaya sepenuhnya kepada Allah) dan bersabar dalam menghadapi cobaan.

- Kita tidak boleh berputus asa atau mengharapkan kematian sebagai pelarian dari masalah kita.

Diriwayatkan oleh al-Bazzari dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah bersabda, "janganlah kamu mengharap-harap kematian, karena huru-hara kematian itu sangat dasyat. Sungguh termasuk kebahagiaan jika seorang hamba panjang usianya sehingga Allah menambahkannya kesadaran.

Sahil bin Abdullah at-Tastari berkata, “salah seorang kalian tidak ada yang mengharap-harap kematian kecuali tiga orang. Yakni, orang yang tidak mengerti apa yang akan terjadi setelah peristiwa kematian, orang yang sengaja lari dari takdir Allah Ta’ala, dan orang yang sudah sangat rindu bertemu dengan Allah Azza wa Jalla.”

Perkataan Sahil bin Abdullah at-Tastari mengandung pesan yang mendalam tentang sikap kita terhadap kematian. Berikut penjelasannya:

1. Orang yang Tidak Mengerti Akhirat:

- Orang yang tidak mengerti apa yang akan terjadi setelah kematian cenderung mengharapkan mati sebagai pelarian dari masalah dunia.

- Islam mengajarkan kita untuk memahami bahwa kematian adalah pintu gerbang menuju kehidupan yang lebih abadi, dan kita harus bersiap menghadapinya dengan baik.

2. Orang yang Sengaja Lari dari Takdir Allah:

- Ada orang yang berusaha menghindari takdir Allah dengan mengharapkan mati.

- Kita harus memahami bahwa takdir Allah adalah bagian dari rencana-Nya, dan kita harus menerima dengan ikhlas.

3. Orang yang Rindu Bertemu dengan Allah:

- Ada juga orang yang sangat rindu bertemu dengan Allah.

- Keyakinan kita sebagai umat Muslim adalah bahwa setelah kematian, kita akan menghadap Allah untuk pertanggungjawaban amal kita.

Dengan demikian, kita diajarkan untuk tetap bersabar, memahami akhirat, dan memohon kepada Allah agar memberikan yang terbaik bagi kita, baik dalam hidup maupun dalam kematian.

Data Buku:

Judul Buku: Rahasia Kematian, Alam Akhirat dan Kiamat

Penulis: Imam Al-Qurthubi

Penerbit: Akbar Mediaa Eka Sarana

Tahun Terbit: 2010

Tebal: xiv + 646 Halaman, 19.5 x 26.5 cm

ISBN:979-9533-29-5

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image