Mengenang dan memperingati kejadian kelam G-30 S-PKI
Sejarah | 2024-07-11 18:01:23Peristiwa Peristiwa G30S PKI adalah sebuah aksi kudeta yang terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965. Aksi pemberontakan selama dua hari satu malam itu diperingati setiap tahun tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Gerakan pemberontakan tersebut dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu menjabat ketua Partai Komunis Indonesia. Peristiwa ini juga menyebabkan gugurnya enam jenderal dan satu perwira menengah TNI-AD serta pergolakan sosial yang hebat.
Selain itu juga menyebabkan kematian lebih dari setengah juta orang dan terdiskriminasi. Peristiwa G30S PKI menjatuhkan Soekarno dan menandai mulai berkuasanya Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.
Latar belakang terjadinya G-30 S-PKI
Peristiwa G30S yang dilakukan oleh PKI bertujuan untuk menggulingkan Presiden Soekarno sekaligus mengubah ideologi negara. PKI ingin mengubah ideologi Pancasila menjadi negara komunis.
Pada awal tahun 1960-an, situasi politik di Indonesia sangat tegang dengan berbagai konflik antara kekuatan militer, Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Presiden Sukarno.
PKI, yang saat itu adalah partai komunis terbesar di luar Uni Soviet dan Tiongkok, memiliki pengaruh besar di kalangan petani dan buruh, serta dukungan dari Presiden Sukarno.
PKI saat itu merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia dengan menempati posisi keempat pada pemilu tahun 1955. Posisi PKI semakin kuat dengan gencar melakukan mobilisasi massa dan dukungan Soekarno.
Selain itu PKI juga terus-terusan menyasar TNI dan menuduh bahwa para jendral sedang mempersiapkan kudeta. PKI juga mendukung petani dan buruh dipersenjatai.
Situasi semakin memanas ketika Soekarno tiba-tiba jatuh sakit dan tim dokter dari PKI mengatakan hidupnya tidak akan lama lagi. Saat itulah PKI memulai pergerakannya untuk melakukan kudeta.
Kronologi Pemberontakan G-30 S-PKI
Peristiwa G30S PKI terjadi mulai malam hingga dini hari, tepatnya pada 30 September malam hingga memasuki tanggal 1 Oktober 1965 dini hari. Pergerakan dimulai dengan menculik para perwira tinggi TNI AD.
Letkol Untung yang bergerak menculik serta membunuh pimpinan TNI Angkatan Darat. Tiga dari 7 orang perwira langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan 4 lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya, Jakarta.
Berikut nama para jenderal yang menjadi korban G30S PKI:
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani
2. Mayor Jenderal Soeprapto
3. Mayor Jenderal S. Parman
4. Brigadir Jenderal DI Panjaitan
5. Mayor Jenderal MT. Haryono
6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
Jenderal A.H. Nasution juga menjadi target penculikan namun berhasil lolos. Sayangnya anak perempuannya menjadi korban tertembak. Selain itu ajudannya, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, ikut diculik dan dibunuh PKI di Lubang Buaya.
Selain di Jakarta, PKI juga melakukan pemberontakan di wilayah lain yang memakan korban TNI AD. Tokoh yang menjadi korban PKI di Yogyakarta adalah Letnan Kolonel Sugiono dan Kolonel Katamso.
Setelah berhasil membunuh para jenderal TNI AD, Letkol Untung mengumumkan pembentukan "Dewan Revolusi" melalui RRI di pagi harinya. Pengumuman itu pun menimbulkan kebingungan masyarakat dan ketegangan politik.
Kronologi Penumpasan G-30 S-PKI
Pengumuman pembentukan "Dewan Revolusi" itu disertai pendudukan markas TNI AD di Jakarta dan Yogyakarta oleh PKI.
Mayor Jenderal Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) berinisiatif mengambil alih pimpinan TNI AD untuk menindaklanjuti pemberontakan tersebut.
Langkah penumpasan dimulai pada tanggal 1 Oktober 1965 dengan menetralisir pasukan yang ada di Lapangan Merdeka. Dilanjutkan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo yang merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi.
Pada malam harinya, Soeharto mengumumkan bahwa telah terjadi perebutan kekuasaan oleh PKI. Sekaligus mengumumkan bahwa Presiden Soekarno dan Jenderal A.H. Nasution dalam keadaan selamat.
Operasi penumpasan dilanjutkan pada 2 Oktober ke wilayah Halim Perdanakusuma yang dijadikan basecamp oleh pasukan G30S. Pada tanggal yang sama di temukanlah lokasi jenazah para perwira di sebuah lubang sumur tua yang ditanami pohon pisang di atasnya.
Pengangkatan jenazah dilakukan pada 4 Oktober dan dimakamkan keesokan harinya di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Para perwira yang gugur ini diberi penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi, termasuk Pierre Tendean
Meskipun versi resmi pemerintah menyatakan bahwa PKI adalah dalang utama di balik peristiwa ini, banyak sejarawan dan peneliti yang meragukan dan mempertanyakan kebenaran dari versi ini.
Beberapa teori konspirasi menyebutkan adanya keterlibatan pihak militer sendiri atau bahkan pihak asing dalam peristiwa ini untuk menggulingkan Sukarno dan menghapus pengaruh komunis di Indonesia.
G-30 S/PKI telah meninggalkan dampak mendalam pada sejarah dan politik Indonesia. Peristiwa ini digunakan sebagai dasar untuk menindas gerakan komunis dan membatasi kebebasan politik selama Orde Baru.
Hingga kini, peristiwa ini masih menjadi topik sensitif dan kontroversial dalam diskusi sejarah Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.