Mahasiswa UB Ciptakan Inovasi Alat Monitoring untuk Pasien Trakeostomi
Teknologi | 2024-07-10 22:02:11Era industri 5.0 menghadirkan transformasi besar pada dunia kedokteran. Teknologi yang semakin canggih menjadi pendorong utama perubahan dalam praktek medis, terutama dalam pengobatan perawatan pasien dengan kategori kritis seperti penanganan pasien trakeostomi yang sering kali dihadapkan pada tingginya tingkat mortalitas. World Health Organization (WHO) menyatakan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sebagai penyebab utama kematian ke-3 di dunia. Banyak kasus morbiditas dalam prosedur trakeostomi yang terjadi pada periode awal pascaoperasi dan sebagian besar dari komplikasi serius muncul dalam minggu pertama pascaoperasi. Salah satu masalah utama adalah obstruksi (penyumbatan) saluran pernapasan yang berpotensi terhadap kegagalan suplai oksigen dalam tubuh pasien. Penyumbatan pipa dengan kanula tunggal atau ganda merupakan kasus yang sering terjadi karena disebabkan oleh sumbatan mukosa. Dengan meningkatnya kebutuhan akan pemantauan sumbatan mukosa pada pasien trakeostomi, Lima mahasiswa UB yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) merancang sebuah inovasi alat yang diberi nama "Smart Tracheostomy Tube (STT)" sebagai salah satu upaya mengatasi tantangan dalam perawatan pasien trakeostomi. Kelima mahasiswa yang tergabung dalam Tim PKM-KC UB tersebut adalah Muhammad Eksya Prapanca (Teknik Elektro, 2020), Agda Naufal Awaluddin Hibatullah (Teknik Elektro, 2021), Mesywari Dedes Ganggani (Kedokteran Gigi, 2023), Andika Dwi Setya Nugraha (Sistem Informasi, 2023), Nabila Aisyah Az Zahra (Kedokteran Gigi, 2023) dengan Dosen Pembimbing Ir. Zainul Abidin, S.T. M.T. M.Eng.
Muhammad Eksya Prapanca selaku ketua Tim PKM-KC UB mengatakan tingkat mortalitas pada pasien trakeostomi tergolong tinggi. Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan) yang dipublikasikan oleh World health Organization (WHO), Indonesia tercatat 396.914 kasus kanker pada tahun 2020 dengan angka kematian mencapai 234.511 kasus. Kanker Nasofaring menempati peringkat kelima dengan jumlah 19.943 kasus (5% dari total kasus).
Oleh karena itu, Tim PKM-KC Universitas Brawijaya berinisiatif membuat inovasi alat berupa Smart Tracheostomy Tube (STT) yang dirancang untuk memonitor dan mengelola penyumbatan saluran pernapasan pada pasien trakeostomi secara lebih efektif. Mekanisme kerja alat ini bersifat otomatis, alat ini dilengkapi dengan sensor kelembapan (RH) untuk mendeteksi lendir sebagai parameter utama serta sensor suara sebagai parameter pendukung untuk mendeteksi gurgling sound lendir dalam kanula trekeostomi. Ketika telah terdeteksi adanya peningkatan lendir yang berpotensi menyumbat saluran pernapasan, alat akan memberikan peringatan secara otomatis ke buzzer dan platform blynk sebagai panggilan bagi tenaga medis untuk segera melakukan suctioning kepada pasien trakeostomi yang terdeteksi adanya penyumbatan lendir.
Smart Tracheostomy Tube (STT) ini juga dilengkapi dengan teknologi berbasis Internet of Things (IoT) dan memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan data ke buzzer serta platform blynk sehingga memberikan informasi mengenai kondisi RH lendir pasien secara real-time yang dapat diakses oleh tim medis melalui perangkat seluler. Solusi ini memungkinkan pemantauan yang lebih efektif dan respons yang lebih cepat, terutama dalam situasi emergency.
Kolaborasi antar disiplin ilmu menjadi kunci dalam terciptanya sebuah inovasi dan solusi efektif dari terciptanya alat ini, Kelima inovator berharap bahwa STT dapat menjadi terobosan penting dalam dunia medis, membantu mempercepat respon tim medis terhadap kebutuhan pasien dengan menjaga saluran nafas terbuka, mengurangi risiko sumbatan, dan meminimalkan komplikasi akibat peningkatan produksi lendir.
“Ini merupakan salah satu solusi inovatif yang bisa menjadi parameter pendukung utama dalam perawatan pasien trakeostomi agar tidak khawatir dengan penyumbatan jalan nafas yang berisiko tinggi terhadap kegagalan suplai oksigen, semoga alat ini bisa terwujud dan memberikan banyak pengaruh positif lebih untuk dunia medis” Tutur Dosen Pembimbing Tim (31/05/2024).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.