Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sucahyo adi swasono@PTS_team

Yang Terlupakan dan Terabaikan

Sastra | 2024-07-08 19:28:06
Ilustrasi: pixabay.com

Kandas dan membekas!
Mungkin kata-kata itulah yang mewakili kecamuknya pikiran dan perasaannya
Idealitas yang selama ini tertancap dan tertanam semenjak dini
Pada akhirnya harus dihadapkan pada pil pahit nan getir
Manakala
bertatapan dengan realitas yang sesungguhnya terjadi
Serba susah!

Betapa tidak?
Masih terngiang di benak yang teramat dalam
Tentang butir-butir arah dan tujuan negeri ideal yang dicitakan
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Adalah satu di antara yang tercantum dan tersebut

Lalu berlanjut pada narasi indah
Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
Bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya

Bukankah semua itu seharusnya dimaknai dan diterjemahkan sebagai tanggung jawab dari penjaga dan pemelihara negeri ini?

Namun, realitasnya?
Si Fulan yang dari keluarga buruh harian lepas
Enam tahun menjalani pendidikan di lembaga milik negara
Tak pernah bebas dari beban menggelontorkan rupiah
Begitu pula sesudahnya dan sesudahnya

Maka, dimanakah gerangan tentang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa itu berada?
Dan, dimanakah pula tanggung jawab para penjaga dan pemelihara negeri ini?

Si Fulan lainnya, dari keluarga juru mudi motor roda dua online pastinya
Pun harus bernasib sama ketika bermimpi untuk bisa menjadi sarjana
Lolos seleksi masuk sebuah perguruan tinggi milik negara ternama
Berbekal KIP-K, ya, lewat jalur KIP-K!

Semula Si Fulan yang ini merasa senang dan bangga
Begitu pula sang bapak dan sang ibunya, riang gembira tiada tara

Namun, tiba-tiba mendadak laksana disambar petir di siang bolong
Rasa senang, riang gembira dan bangga tiada tara itu menjadi sirna, menjadi tak berbekas!
Mengapa?

Sebab, di tahap selanjutnya, Si Fulan yang ini
Tak lolos sebagai penerima beasiswa, tak bebas biaya K, serta biaya hidup lainnya dari negara!

Begitulah realitasnya, itulah jawabnya mengapa semua menjadi sirna tak berbekas ...

Dalam kesendirianku, di tengah-tengah semesta alam yang tak lagi ramah
Akupun sedang bertanya untuk mendapatkan kepastian jawaban
Bersungguh-sungguhkah negara-bangsa ini berupaya mencerdaskan kehidupan bangsanya?
Bersungguh-sungguhkah negara-bangsa ini berupaya menyejahterakan bangsanya?
Bila memang bersungguh-sungguh, mengapa masih ada yang tersandung dan tercedera lantaran biaya?
Inikah yang bernama sebuah tanggung jawab dari para penjaga dan pemelihara negeri ini?

Sang mentari tak lagi pancarkan cahaya energinya sekuat seperti dulu lagi
Sementara, sang rembulan pun malah beraut cemberut dengan sinarnya yang terhalang oleh awan kelabu ....

*****

Kota Malang, Juli di hari kedelapan, Dua Ribu Dua Puluh Empat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image