Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image vivi nurwida

Gaya Hidup FOMO Jerat Gen Z, Buah Sistem Kapitalisme-liberalisme

Agama | 2024-10-18 07:56:15
Canva

Dewasa ini, dunia digital semakin mengalami perkembangan. Gen Z dan orang dewasa muda adalah kelompok yang paling terpengaruh akan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi ini. Bagaimana tidak, mereka tumbuh pada era media sosial, smartphone dan akses internet yang begitu mudah.


Salah satu fenomena yang semakin mendominasi kehidupan gen Z saat ini adalah fenomena FOMO atau Fear of Missing Out, yang dapat diterjemahkan sebagai “ketakutan ketinggalan.” FOMO mencerminkan dampak besar interaksi yang berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, seperti kecemasan dan ketidaknyamanan yang dirasakan seseorang ketika merasa bahwa mereka sedang melewatkan pengalaman, informasi, atau aktivitas yang sedang menjadi tren di sekitar mereka.


Akibat Tren FOMO

Gaya hidup FOMO, YOLO (you only live once) dan FOPO (fear of other people's opinion), rupanya menjadi salah satu penyebab permasalahan yang menjangkiti generasi muda. Akhirnya mereka menjadi orang yang konsumtif, hingga memaksakan diri meski dana yang dipunya tidak mencukupi, tak jarang rela berhutang demi tidak tertinggal tren yang sedang viral.


Fenomena FOMO juga bisa mengakibatkan seseorang mempunyai perilaku narsistik, di mana ia merasa dirinya lebih dari yang lain, sebab dia tidak tertinggal tren yang sedang ada, akibatnya muncul perasaan ingin dipuji secara berlebihan.


Lebih parahnya lagi, generasi muda yang tak jarang adalah seorang muslim rela mengikuti gaya hidup FOMO ini, karena takut ketinggalan tren dan ingin mencoba sesuatu yang baru, termasuk dalam urusan makanan, tanpa mempedulikan status kehalalannya.


Buah Sistem Kapitalisme-Liberalisme

Akar masalah munculnya gaya hidup FOMO ini adalah buah penerapan sistem kapitalisme-liberalisme. Sistem ini telah merubah pandangan masyarakat menjadi serba bebas, tanpa mempedulikan lagi aturan agama. Akibatnya gaya hidup gen Z pun menjadi serba bebas, konsumtif, narsistik dan hedonistik. Kesenangan dunia yang fana telah menjadi prioritas utama.


Dalam ideologi kapitalisme yang hari ini diterapkan, nilai yang mesti diraih dalam kehidupan adalah nilai materi. Materi dapat berupa materi fisik berupa harta yang berlimpah, atau non fisik seperti kesenangan atau popularitas. Akibatnya, mayoritas gen Z berpandangan hidup hanya untuk bersenang- senang. Sebagaimana, istilah yang juga sedang populer, yaitu YOLO (you only live once). Sistem ini telah membajak potensi pemuda yang mestinya menjadi agen perubahan, bergeser menjadi generasi yang lemah, yang hidupnya mudah terombang-ambing oleh arus media sosial .


Akidah sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan ini juga menjadikan mayoritas gen Z, tidak bersemangat untuk menuntut ilmu. Mereka tidak terbayang bagaimana besarnya pahala menuntut ilmu. Sebab tujuan menuntut ilmu, bukan untuk mendapatkan rida Allah, melainkan hanya untuk materi belaka.


Selain itu, generasi FOMO ini juga muncul akibat sistem pendidikan yang salah. Pendidikan tidak disandarkan dalam pembentukan kepribadian dengan dasar agama. Padahal, agama adalah petunjuk hidup yang memberikan standar benar salah dan baik buruk.


Solusi Islam

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Sudah semestinya Islam dijadikan acuan dalam mendidik generasi.
Islam memiliki sistem pendidikan yang khas yang disusun dari sekumpulan hukum syariat dan berbagai aturan administratif yang berkaitan dengan pendidikan formal. Kurikulum pendidikan nya berlandaskan akidah Islam. Output pendidikan Islam akan menjadikan peserta didik memiliki keimanan yang kokoh dan faham dalam agama (faqih fiddin), terdepan dalam sains dan teknologi, serta siap menjadi pemimpin di masa depan.


Dengan output yang sedemikian rupa, akan menjadikan generasi mampu menyikapi perkembangan dengan penyikapan yang benar. Yakni, memanfaatkannya untuk kejayaan dan kemuliaan Islam.


Sejarah juga sudah mencatat tinta emas kegemilangan ketika Islam ditetapkan dalam seluruh aspek kehidupan, pemuda memiliki potensi yang begitu strategis.
Para pemuda banyak mewarnai perjuangan dalam Islam. Bahkan, di masa awal dakwah Rasulullah banyak diisi oleh para pemuda yang tangguh, yang mengerahkan segenap potensinya untuk dakwah Islam. Hal ini terus berlanjut hingga generasi pada masa kejayaan Islam.


Di antara pemuda itu adalah:Arqam bin Abi al-Arqam (12 tahun), Saad bin Abi Waqash (17 tahun), Abdullah bin Mas'ud (14 tahun), Ja'far bin Abi Thalib (18 tahun), dan masih banyak lagi pemuda tangguh yang menjadi generasi awal yang masuk Islam, yang kontribusinya untuk dakwah Islam tidak main-main.


Selain itu ada Muhammad Al Fatih (21 tahun) yang berhasil menaklukan Konstantinopel, Muhammad al-Qasim (17 tahun) berhasil menaklukan India, dan pemuda hebat lainnya di masa kejayaan Islam.Sudah semestinya fenomena generasi yang jauh dari Islam hari ini, menjadi perhatian kita bersama. Sudah semestinya kita mencampakkan sistem kapitalisme-liberalisme yang telah membajak potensi generasi muslim hari ini.


Sudah saatnya, kita perjuangkan bersama agar sistem kapitalisme-liberalisme yang rusak dan merusak, dirubah menjadi sistem yang menerapkan Islam secara kafah di seluruh aspek kehidupan dalam naungan khilafah. Sistem terbaik ini akan melejitkan potensi gen Z yang luar biasa untuk mempersembahkan kontribusi terbaiknya untuk umat dan kejayaan Islam.

Wallahu a'lam bisshowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image