Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Isoli Sefa Luhjingga

Harmonisasi Cinta dari Narasi Kelamnya Ingatan dan Lirik Kalibrasi Cinta

Edukasi | 2024-07-06 07:38:23
Foto pribadi: Kalibrasi Kelamnya Ingatan (edit by IbisPaintX)

Kreatif adalah kemampuan manusia untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah ada, dalam bentuk yang baru atau gabungan dari beberapa yang sudah ada. Biasanya, kreativitas seseorang datang dari sebuah imajinasi dan kemudian menciptakan sebuah karya baik berupa sastra, musik, ataupun hal lainnya. Dalam dunia kreatif, baik sastra maupun musik memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengeksplorasi tema terutama tema yang unik. Terdapat dua karya yang sedang menonjol saat ini, yang mungkin akan sangat tidak selaras jika dibandingan. Namun, harmonisasi cinta yang dimiliki oleh novel "Namaku Alam" karya Leila S. Chudori dan Lagu "Asmalibrasi" yang dibawakan oleh Soegi Bornean ini wajib diulik lebih lanjut.


Dikutip dari hot.detik.com, novel "Namaku Alam" karya Leila S. Chudori menceritakan tentang kehidupan seorang anak tapol (tahanan politik) bernama Sagara Alam yang memiliki kemampuan photographic memory, dimana ia harus menjalani kehidupannya selama ini dengan mengingat sesuatu yang kelam baginya. Pada usianya yang baru menginjak tiga tahun, Alam mengingat kejadian saat ia ditodong senapan oleh seorang pria dewasa yang menyebut bapaknya sebagai 'pengkhianat bangsa' karena bapaknya dituduh terlibat dalam peristiwa G30SPKI tahun 1965.


Berdasarkan dari sinopsis singkat tersebut, dapat dilihat dengan jelas bahwa novel "Namaku Alam" ini bergenre sejarah fiksi yang dituangkan dengan gaya penulisan yang intelektual dan puitis, khas sekali dengan gaya kepenulisan Leila S. Chudori selama ini. Lalu, bagaimana bisa novel se-fiksi sejarah ini ternyata berkaitan dengan hal yang berbau percintaan juga?
Dikutip dari hypeabis.id, harmonisasi cinta pada novel ini dapat tergambarkan pada perjalanan hidup tokoh utamanya. Dalam kemampuan photographic memory yang dimilikinya, Alam mengingat peristiwa apapun termasuk saat pertama kali ia jatuh cinta. Cinta pertama yang dirasakan oleh Alam memengaruhi identitas dan perjalan hidupnya. Cinta membawa Alam kepada kehidupan yang tidak pasti dan dipenuhi tantangan.


Setelah membahas singkat mengenai novel "Namaku Alam", sekarang mari beralih ke lagu "Asmalibrasi" yang saat ini tengah populer dikalangan para remaja. Melihat judul lagunya saja, sudah bisa ditebak bahwa lagu ini bercerita tentang percintaan yang dibalut dengan bahasa yang unik. Lagu yang dipopulerkan oleh Soegi Bornean ini, lebih seperti puisi yang disyairkan dengan nada dan melodi yang indah. Campuran antara Bahasa Indonesia baku, Bahasa Jawa, dan Bahasa Sansekerta membuat lagu ini terdengar lain daripada yang lain.


Dikutip dari tirto.id, lagu "Asmalibrasi" menceritakan tentang rasa cinta yang mendalam antara sepasang kekasih. Liriknya mencerminkan komitmen yang kuat untuk menjalin suatu hubungan ke jenjang yang lebih serius. Lagu ini berisi rayuan dan pujian kepada pasangan yang dituangkan dalam bentuk majas sehingga menjadikan makna yang tersampaikan dalam lagu ini dapat dipahami secara tersirat.


Novel "Namaku Alam" dan lagu "Asmalibrasi" ini mengeksprolasi identitas dengan cara yang berbeda. Novel dituangkan dalam bentuk narasi, sedangkan lagu dituangkan dalam bentuk lirik. Namun, keduanya memiliki harmonisasi cinta yang sama tentang suatu hubungan. Keduanya, sama-sama mengajak merenung tentang siapa diri kita sebenarnya dan bagaimana kita berhubungan dengan dunia di sekitar kita.


Keduanya, berbicara tentang keselarasan dan kedalaman emosi kita saat sedang jatuh cinta. Apakah cinta bisa diartikan sebagai harmonisasi identitas dua individu? Jawabannya bisa "ya" bisa juga "tidak", tergantung dari masing-masing pasangan ingin menyelaraskan atau tidak. Kalibrasi sangat diperlukan dalam hubungan untuk mencapai suatu kesepakatan tiap masing-masing individu.


Semua orang pasti berharap hubungan mereka seperti lagu "Asmalibrasi" yang sudah terkalibrasi menuju kejenjang yang lebih serius. Dimana setiap pasangan saling memuji dan memahami satu sama lain. Tidak seperti novel "Namaku Alam", dimana Alam harus berakhir dalam suatu ketidakpastian dalam cintanya. Hal yang lebih buruknya lagi adalah anda masih mengingat seluruh kejadian dan peristiwa yang seharusnya anda lupakan. Alam tentunya sangat tersiksa memiliki kemampuan ingatan yang tajam ini.


Dalam narasi kelamnya ingatan dan lirik kalibrasi cinta ini, dapat disimpulkan bahwa harmonisasi cinta itu sangat diperlukan. Hubungan setiap individu tidak akan berjalan dengan lancar apabila salah satunya tidak ada yang mau mengalah. Jadi, saling menghargai pasangan itu sangat penting agar tercipta suatu hubungan yang harmonis.


Narasi kata demi kata yang tertuang dalam novel "Namaku Alam" karya Leila S. Chudori ini dapat membawa anda merangkul kelamnya sejarah dan ketidakpastian cinta. Anda akan merasa dibawa ke masa lalu oleh novel ini. Penyajian dan tata bahasanya mudah dipahami walaupun ada beberapa yang menceritakan tentang sejarah Indonesia. Novel ini juga sedikit menyindir penguasa pada saat itu.


Berbeda dengan narasi tersebut, lirik lagu "Asmalibrasi" yang diciptakan oleh Dimec Tirta dan Erick ini menceritakan tentang cinta dan pengalaman pribadi. Majas yang digunakan dalam lagu ini menjadi keunikan tersendiri dari lagu ini. Meskipun, anda mungkin tidak memahami secara keseluruhan liriknya yang menjadikan seolah-olah penulis ingin menyampaikan suatu pesan dengan tersirat.


Jadi, intinya keduanya memiliki harmonisasi cinta masing-masing pada setiap kisahnya yang mungkin perlu anda tentukan sendiri perjalanan cintanya. Sesuatu yang mungkin kita anggap jauh dari kisah cinta, justru mengalami harmonisasi cinta walau perjalanan rumit. Seperti halnya kehidupan, perjalanan cinta tiap pasangan pasti ada yang mulus lancar jaya, ada juga yang berakhir pada ruang ketidakpastian.






Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image