Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rike Ayu Senta

Urgensi dan Implikasi Campur Kode pada Podcast Daniel Mananta dengan Enzy Storia

Sastra | Sunday, 30 Jun 2024, 10:31 WIB
Cuplikan podcast Daniel Tetangga Kamu di kanal Youtube Daniel Mananta

Dalam era globalisasi ini, kita sering mendengar percakapan yang mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Fenomena yang dikenal sebagai campur kode atau code-mixing ini semakin marak, terutama di kalangan anak muda dan professional. Salah satu contoh menarik adalah percakapan antara Daniel Mananta dan Enzy Storia dalam podcast Daniel Tetangga Kamu, yang dibawakan oleh Daniel Mananta. Campur kode, atau code-mixing, bisa dibagi menjadi dua jenis berdasarkan arah pencampuran bahasa, campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode ke luar (outer code-mixing).

1.Campur kode ke dalam (Inner Code-Mixing), terjadi ketika elemen dari bahasa daerah atau varian bahasa digunakan dalam bahasa utama, yang dalam konteks ini adalah bahasa Indonesia. Misalnya, pencampuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, atau Minangkabau.

2. Campur kode ke luar (Outer Code-Mixing) , terjadi ketika elemen dari bahasa asing, biasanya bahasa Inggris, dicampur ke dalam bahasa utama. Fenomena ini lebih umum di era globalisasi dan sering terlihat di kalangan anak muda, profesional, dan media.

Dalam podcast antara Daniel Mananta dan Enzy Storia, kita lebih sering melihat contoh campur kode ke luar (outer code-mixing). Berikut adalah penjelasan dari contoh-contoh yang disebutkan:

1. Enzy berkata, “Sampe sekarang tu ini masih ke capture gitu di otak aku,” pada menit 4.08

Kata "capture" merupakan kata bahasa Inggris yang dimasukkan ke dalam kalimat berbahasa Indonesia. Ini adalah contoh campur kode ke luar.

2. Daniel mengatakan, “Good bye father atau good bye dad ngga ada dia bener-bener cuma cium kening nya aja gitu,” pada menit 5.07

Kalimat ini mencampur frasa bahasa Inggris "Good bye father" dan "good bye dad" ke dalam percakapan berbahasa Indonesia. Ini juga termasuk campur kode ke luar.

3. Enzy mengatakan, “Mama juga gabisa kasih suport sistem yang kuat buat aku,” pada menit 13.44

Penggunaan frasa "support system" dalam bahasa Inggris menunjukkan campur kode ke luar.

4. Daniel menyebutkan, “Mungkin malah ngedistract juga kali dari problem yang mungkin di rumah juga,” pada menit 15.34

Kata "distract" adalah bahasa Inggris yang digunakan dalam kalimat berbahasa Indonesia, yang merupakan contoh campur kode ke luar.

5. Enzy menambahkan, “That why aku tu orangnya cengeng banget,” pada menit 16.36

Frasa "That why" dari bahasa Inggris digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia, menunjukkan campur kode ke luar.

Dengan demikian, semua contoh yang disebutkan dari podcast antara Daniel Mananta dan Enzy Storia menunjukkan fenomena campur kode ke luar, yaitu pencampuran elemen bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Fenomena ini menunjukkan pengaruh globalisasi dan dominasi bahasa Inggris dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya di kalangan anak muda dan profesional di Indonesia.

Apa dampak negatif dari fenomena campur kode atau code mixing ?

1. Pemudaran budaya karena penggunaan bahasa Inggris yang berlebihan bisa menyebabkan bahasa Indonesia kehilangan identitas dan keasliannya, hal ini bisa berdampak pada kebudayaan dan warisan bahasa yang kaya.

2. Pengikisan kosakata lokal karena jika terlalu sering menggunakan bahasa asing bisa mengurangi penggunaan kosakata dan ungkapan asli bahasa Indonesia, menyebabkan kosakata tersebut perlahan –lahan dilupakan.

3. Kesalahpahaman dan tidak merataan akses bahasa, karena tidak semua orang memiliki tingkat pemahaman bahasa inggris yang sama. Penggunaan campur kode bisa menyebabkan kesalahpahaman atau membuat sebagian pendengar atau khalayak tidak mengerti.

Bagaimana cara menghadapi fenomena campur kode?

Untuk menghadapi fenomena ini, pendidikan bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Generasi muda harus diajarkan untuk mencintai dan menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Penggunaan bahasa Inggris sebaiknya dibatasi pada konteks yang memerlukan, seperti istilah teknis yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kesadaran akan pentingnya menjaga keaslian bahasa juga perlu ditingkatkan melalui kampanye dan sosialisasi.

Dalam percakapan sehari-hari, kita bisa melihat bahwa campur kode adalah bagian dari dinamika bahasa yang terus berkembang. Namun, menjaga keseimbangan antara penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sangat penting agar kita tetap relevan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan identitas budaya kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image