Ibn Al-Atsir Penyempurna Karya Al-Thobari
Sejarah | 2024-06-27 18:05:39Penulisan sejarah setelah masa awal Islam mengalami perkembangan yang berbeda, yang dimulai oleh Ibn Jarir al-Thabari dengan Tarikh al-Rusul wa al-Muluk. Al-Thabari tidak hanya membatasi diri pada biografi ulama, tetapi juga menulis sejarah dalam format yang lebih inklusif. Sementara tradisi penulisan sejarah pada awalnya ketat mengikuti standar ilmu hadits dalam memilih riwayat, periode pasca al-Thabari melihat pendekatan yang lebih fleksibel dan tidak terikat.[1] Kontribusi al-Thabari membuka jalan bagi ulama berikutnya untuk menulis sejarah sosial secara lebih komprehensif. Beberapa ulama mengikuti jejak al-Thabari, seperti Izzuddin Ibn al-Atsir dengan karyanya yang terkenal, al-Kamil fi Al-Tarikh.
Izzuddin Abu al-Hasan ‘Ali ibn Muhammad ibn Abd al-Karim ibn ‘Abd al-Wahid, yang dikenal dengan nama Ibn Al-Atsir atau Abu al-Karam, juga dikenal dengan nama al-Syaibani, dan al-Jazari. Al-Jazari merujuk kepada asal usulnya dari daerah Jazirah, yang terletak di antara sungai Tigris dan Eufrat. Daerah tersebut terkenal dengan nama Jazirah Ibn ‘Umar.[2] Dia dilahirkan pada tanggal 4 Jumada al-Ula tahun 555 H (1160 M) di Jazirah Ibn Umar. Kemudian ia pindah dan menetap untuk mencari ilmu di Mosul. Dia pun beberapa kali pergi ke Baghdad, Syam, al-Quds, dan kemudian akhirnya kembali ke Mosul dan menetap di rumahnya untuk memfokuskan diri dalam menulis. Ibn al-Atsir wafat pada bulan Sya’ban tahun 630 H (1233 M). Imam al-Dzahabi memuji beliau dengan julukan imam, sejarawan dan ahli adaib.
Kitab ini ditulis dengan gaya yang mirip dengan al-Tarikh al-Thabari karya Imam Muhammad ibn Jarir al-Thabari. Para ahli sangat menghargai al-Kamil fi Al-Tarikh karena metodenya yang mengumpulkan peristiwa sejarah secara unik, menampilkan episode-episode sejarah dengan kerangka waktu yang jelas.
Metode penulisan Ibn al-Atsir didasarkan pada kronologi atau urutan peristiwa, mirip dengan pendekatan yang digunakan oleh Al-Thabari dalam al-Tarikh. Ibn al-Atsir mengorganisir dan mengumpulkan peristiwa-peristiwa kecil yang terjadi setiap tahun, dan mengakhiri dengan mencatat tanggal kematian tokoh-tokoh terkenal. Gaya bahasa Ibn al-Atsir mudah dimengerti dan sering kali disisipkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, hadis Rasulullah SAW, dan puisi Arab. Ibn al-Atsir tidak terlihat melakukan kritik terhadap informasi yang diambil dari Tarikh al-Thabari. Karya Ibn al-Atsir dapat dianggap sebagai penyempurnaan dari karya al-Thabari.
[1] Ajid Thahir, Sirah Nabawiyyah, (Bandung: Marja, 2014), hal. 42-51.
[2] Shidqy Munjin dan Satria Setiawan dalam Jurnal Analisis Penulisan Al-Kamil fi Al-Tarikh Karya Ibn Al-Atsir Jurnal Rihlah Vol.6 No. 2/2018 hal. 153
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.