Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Radityo Satrio

Membaca Jalan Perjuangan Umat di Tengah Krisis Demokrasi dan Kapitalisme

Politik | 2025-07-24 20:00:07

Krisis demokrasi dan kapitalisme global bukan sekadar isyarat perubahan zaman. Ia adalah lonceng peringatan bagi umat untuk membaca ulang jalan perjuangannya. Ketika demokrasi kehilangan ruh kerakyatannya dan kapitalisme menjelma menjadi sistem eksploitatif, umat terperangkap dalam pusaran ketimpangan, kemiskinan struktural, dan alienasi sosial yang makin akut.

Hari ini, demokrasi tak lagi menjamin keadilan. Ia dijalankan dalam prosedur, namun miskin makna. Rakyat hanya dijadikan objek elektoral lima tahunan, sementara keputusan politik ditentukan oleh kekuatan modal dan elit kekuasaan. Dalam sistem yang semacam ini, suara rakyat tereduksi menjadi angka statistik. Kritik dibungkam, ruang sipil dipersempit, dan hukum kerap diperalat untuk melindungi status quo.

Di sisi lain, kapitalisme telah mencengkeram hampir seluruh sendi kehidupan. Pendidikan dikomersialisasi, kesehatan diprivatisasi, dan sumber daya alam dijual murah demi pertumbuhan ekonomi semu. Mereka yang miskin semakin terpinggirkan, sementara yang kaya terus menumpuk kuasa dan kekayaan. Bukan hanya kesenjangan ekonomi yang memburuk, tapi juga tatanan sosial yang terdistorsi.

Dalam situasi seperti ini, umat baik sebagai entitas sosial maupun komunitas keagamaan harus menyadari bahwa netralitas bukan pilihan. Perjuangan tidak bisa berhenti pada ceramah spiritual atau diskursus akademik belaka. Umat harus hadir dalam denyut persoalan bangsa, menjadi kekuatan moral yang menyuarakan keadilan, merawat solidaritas, dan melawan sistem yang menindas.

Umat tak bisa berjalan sendiri. Di sinilah pentingnya sinergi dengan gerakan sosial progresif, khususnya gerakan mahasiswa. Mahasiswa adalah bagian dari umat yang memiliki modal intelektual dan keberanian moral untuk menantang ketidakadilan. Maka, membaca jalan perjuangan umat di tengah krisis demokrasi dan kapitalisme berarti juga menghidupkan kembali ruh gerakan mahasiswa: melawan penindasan, membela rakyat, dan memperjuangkan tatanan yang lebih adil dan beradab.

Kita tidak hanya dituntut untuk berpikir, tapi juga untuk bertindak. Umat perlu membangun narasi tanding terhadap dominasi kapitalisme. Umat juga harus mengkritisi demokrasi prosedural yang gagal menghadirkan keadilan. Jalan perjuangan umat adalah jalan panjang yang menuntut kesadaran kolektif, keberanian bersuara, dan komitmen untuk tidak tunduk pada sistem yang menyengsarakan.

Karena itu, momentum hari ini harus dibaca bukan sebagai kemunduran, tapi sebagai panggilan sejarah. Ketika demokrasi menjadi alat kepentingan, dan kapitalisme menjadi biang kerusakan, umat harus berani memilih: diam dan tunduk, atau bangkit dan melawan.

Oleh : Radityo Satrio, Ketua BEM Universitas Saintek Muhammadiyah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image