Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Apakah Anda Membutuhkan Rasa Belas Kasihan yang Kuat?

Eduaksi | 2024-06-25 13:31:54
Sumber gambar: Shutterstock

Bersikaplah lebih baik kepada diri sendiri: Tetapkan batasan yang sehat dan pertahankan diri Anda sendiri.

Wawasan Utama

· Penelitian menunjukkan bahwa wanita umumnya merasa lebih sulit mempraktikkan self-compassion dibandingkan pria, karena adanya sosialisasi.

· Rasa sayang pada diri sendiri dimulai dengan bertanya: “Apa yang saya perlukan saat ini agar merasa aman, tenang, atau didukung?”

· Para peneliti telah menemukan bahwa belas kasihan pada diri sendiri memiliki dua bentuk: kelembutan dan tindakan.

· Rasa welas asih yang kuat telah terbukti membantu kita melindungi, menafkahi, dan memotivasi diri kita sendiri saat dibutuhkan.

Apakah Anda merasa sulit untuk mengatakan “tidak”? Apakah Anda takut menetapkan batasan? Bisakah Anda membela diri sendiri dengan percaya diri dan tenang? Jika menguasai keterampilan ini terasa seperti akan membuat Anda keluar dari zona nyaman, ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian.

“Orang-orang yang dibesarkan sebagai anak perempuan dan perempuan umumnya disosialisasikan untuk mencintai dan peduli terhadap orang lain, namun jika menyangkut diri mereka sendiri, mereka sering kali diajari bahwa mereka harus rela berkorban,” jelas Dr. Kristin Neff, salah satu tokoh dunia. peneliti terkemuka tentang belas kasihan diri, dalam podcast terbaru ini. “Hal ini dapat membuat melatih rasa welas asih menjadi tantangan karena mereka tidak tahu bagaimana menunjukkan diri mereka sendiri.”

Pada tingkat paling dasar, Kristin mengartikan self-compassion sebagai sahabat yang baik bagi diri sendiri. Dia merekomendasikan bahwa ketika kita sedang berjuang, kita bertanya pada diri sendiri: “Apa yang saya perlukan saat ini agar merasa aman, tenang, atau didukung?”

Berdasarkan tanggapan kita, Kristin menyarankan ada dua jenis rasa kasihan pada diri sendiri yang mungkin ingin kita raih pada saat-saat ini:

· Kelembutan membantu kita menerima bahwa kita tidak sempurna (sama seperti semua orang di planet ini) dan bahwa pembelajaran bisa jadi sulit, namun kita tetap layak menerima kebaikan dan dukungan.

· Tindakan membantu kita memenuhi kebutuhan kita dengan mengubah perilaku atau situasi yang tidak sehat.

“Jika kita terlalu mementingkan penerimaan, kita berisiko menjadi berpuas diri, dan hal itu tidak membantu kita dalam jangka panjang,” jelas Kristin. “Sebaliknya, belas kasihan yang kuat pada diri sendiri memberi kita energi yang kita butuhkan untuk melindungi, menyediakan, dan memotivasi diri kita sendiri.”

Misalnya, sikap menyayangi diri sendiri yang kuat dapat membantu kita:

· Lindungi diri kita dengan menetapkan batasan yang sehat ketika ada sesuatu yang tidak baik bagi kita atau menyalurkan kemarahan kita secara konstruktif untuk mencegah penderitaan.

· Menafkahi diri kita sendiri dengan memprioritaskan perawatan diri untuk memastikan kita tidak kehabisan tenaga.

· Memotivasi diri kita sendiri dengan membangun rasa percaya diri untuk terus belajar dan berkembang.

Kristin menyarankan agar kita bisa menyayangi diri sendiri ketika kita sedang berjuang dengan:

· Berhati-hatilah: Ingatkan diri Anda bahwa apa yang Anda alami itu sulit. Daripada tenggelam dalam kesulitan atau mengabaikannya dan diam saja, luangkan waktu sejenak untuk mengatakan, “Hei, ini sulit. Sulit untuk merasa seperti ini.”

· Tetap terhubung: Ingat, Anda tidak sendirian dalam kesulitan, tantangan, kesalahan, atau kegagalan ini. Ini adalah bagian dari kehidupan. Biarkan hal itu membantu Anda merasa terhubung dengan orang lain daripada merasa malu dan terpisah.

· Tawarkan kebaikan: Kabar baiknya adalah Anda sudah tahu apa yang harus dikatakan kepada diri sendiri pada saat-saat seperti ini karena Anda terampil dalam memberikan kasih sayang kepada orang lain. Jadi, apa yang akan Anda katakan kepada teman baik Anda yang sedang mengalami hal yang sama seperti yang Anda alami saat ini? Tunjukkan pada diri Anda kebaikan yang sama.

***

Solo, Selasa, 25 Juni 2024. 1:21 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image