Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cantika Ratu Aulia

Tantangan Literasi di Era Digital: Mengapa Masyarakat Semakin Mengandalkan Situs Ilegal?

Sastra | 2024-06-24 22:55:31

Tingkat literasi masyarakat indonesia sangatlah rendah, hal tersebut dikarenakan minat membaca masyarakat indonesia kian menurun setiap tahunnya. Melansir dari kominfo.go.id, UNESCO menyatakan minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, hanya satu dari 1.000 penduduk Indonesia yang gemar membaca. Namun indeks literasi digital Indonesia akan kembali naik pada tahun 2022. Pada tahun ini, Indonesia berhasil meningkat sebesar 0,05 poin dari 3,49 menjadi 3,54 poin.

Sumber : Amazon

Nah literasi memiliki banyak jenis, seperti literasi ilmiah maupun nonilmiah yang biasanya digemari anak anak muda. Literasi pada masyarakat makin berkembang di kalangan anak muda sekarang. Terutama pada genre fiksi, seperti romansa, drama, humor, horor, fantasi, dan aksi. Mengapa literasi jenis ini lebih digemari? Jawabannya sangat mudah, yakni karena mayoritas para pembaca membutuhkan relaksasi dan hiburan. Namun, para pembaca juga seringkali membaca buku tentang pengembangan diri, biografi, dll.

Dahulu membaca harus dilakukan dengan membawa buku yang berat, akan tetapi sekarang dapat diakses melalui gadget. Bahkan sudah ada aplikasi yang menyediakan layanan tersebut. Google Play Book yang merupakan aplikasi pembelian eBook, buku audio, komik, dan manga. Masyarakat sekarang juga sudah bisa mengakses komik secara online di Webtoon. Perusahan Amazon juga sudah meluncurkan perangkat baca buku elektronik berupa Kindle. Selain itu juga terdapat aplikasi yang mewadahkan masyarakat pada minat baca dan menulisnya seperti Wattpad dan Fizzo Novel. Dari aplikasi-aplikasi tersebut beberapa diantaranya para penulis dapat menghassilkan uang dari karya yang telah di publikasikan.

Platform media sosial juga sudah mulai menjadi tempat masyarakat meningkatkan minat bacanya. Twitter atau yang sekarang kita kenal sebagai X menjadi salah satu media sosial yang sangat berpengaruh. Saat covid merajalela di Indonesia dan Pemerintah memutuskan untuk berlakukan lockdown mulai pada tahun 2020 banyak perubahan yang terjadi terutama pada pengaruh teknologi.

Sejak saat itu pula twitter menjadi sarana para anak muda mengembangkan minat baca dan menulisnya. AU atau Alternative Universe merupakan cerita fiksi yang dibuat oleh seorang penggemar kpop maupun nonkpop. Biasanya tokoh utamanya divisualisasikan oleh idola mereka dan genre yang dibuat sangatlah beragam. Tidak jarang juga cerita fiksi tersebut menjadi trend dan diterbitkan bahkan diangkat ke layar lebar. Berikut cerita fiksi dari Alternative Universe yang diadaptasi menjadi film atau web series. Dikta dan hukum, Ini Aheng Bukan Dilan, Nuraga, Haga Ganteng dan Printer, dan Azzamine yang akan segera tayang di layar lebar.

Sayangnya masyarakat Indonesia juga masih menormalisasikan hal-hal yang berbau ilegal. Hal tersebut dapat kita lihat melalui jumlah pembelian buku-buku bajakan di e-commerce yang biasa kita jumpai. Selain itu, masyarakat juga memiliki kebiasaan menonton film atau series, membaca novel atau komik secara ilegal. Kebiasaan tersebut sangatlah tidak baik, karena tindakan tersebut dapat merugikan banyak pihak (penulis, aktris, pemerintah, perusahaan produksi, dan pekerja di bidang tersebut) bahkan juga merugikan masyarakat. Pengguna yang mengakses situs ilegal berisiko terkena malware, virus, dan serangan siber lainnya yang dapat mencuri data pribadi atau merusak perangkat mereka. Pengguna juga berisiko terkena sanksi hukum jika terlibat dalam aktivitas ilegal seperti mengunduh atau mendistribusikan konten bajakan.

Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi kegemaran dan kebiasan masyarakat Indonesia dalam membaca dan menonton di situs-situs ilegal.

1. Ekonomi

Faktor ini menjadi penyebab utama yang dialami masyarakat. Situs ilegal yang sering kali menawarkan konten secara gratis atau dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan layanan resmi. Harga langganan aplikasi aplikasi legal seperti netflix dianggap mahal, terutama di negara kita yang angka pendapatan rata-rata lebih rendah.

Situs legal yang kita kenal juga mulai menawarkan konten berbayar seperti tiket harian yang ada pada aplikasi webtoon. Sistem ini memungkinkan pengguna membaca satu episode webtoon secara gratis setiap harinya. Setelah Tiket Harian digunakan, episode selanjutnya dapat dibaca dengan menggunakan Koin. Koin dapat dibeli dengan berbagai cara, seperti pulsa, GoPay, Dana, dan lain-lain. Tiket Harian ini bertujuan untuk memberikan dukungan lebih kepada para kreator webtoon dan meningkatkan layanan. Akan tetapi para pembaca tidak mugkin hanya membaca satu episode per hari. Sedangkan harga yang ditawarkan webtoon setiap satu episodenya sangatlah tinggi.

2. Kemudahan dan Kenyamanan

Situs ilegal biasanya mudah digunakan tanpa adanya persyaratan. Banyak situs ilegal memungkinkan pengguna mengakses konten tanpa perlu mendaftar atau membuat akun. Situs ilegal juga seringkali di nilai memiliki kecepatan update yang lebih baik dibanding dengan situs legal. Salah satu contohnya terdapat pada penayangan film Exhuma yang sudah ditayangkan lebih dulu di situs ilegal.

3. Kurangnya Kesadaran dan Penegakan Hukum

Banyak orang mungkin tidak menyadari dampak negatif dari pembajakan terhadap industri konten dan kreator. Dan para pengguna internet sering merasa anonim saat mengakses situs ilegal, yang membuat mereka merasa lebih aman dari penegakan hukum.

Solusi untuk mengurangi penggunaan situs ilegal meliputi beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Menawarkan Layanan Legal yang Terjangkau dan Fleksibel: Penyedia layanan resmi dapat menarik lebih banyak pengguna dengan menawarkan paket harga yang terjangkau dan fleksibel.

2. Meningkatkan Kesadaran Publik: Edukasi mengenai dampak negatif pembajakan dan pentingnya mendukung konten legal dapat membantu mengubah perilaku konsumen.

3. Meningkatkan Kualitas dan Ketersediaan Konten Legal: Penyedia layanan resmi perlu memastikan mereka menawarkan konten yang beragam, berkualitas tinggi, dan mudah diakses.

4. Pengawasan: Pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap situs ilegal streaming dengan cara menutup situs ilegal yang ditemukan dan menghukum pelaku pembajakan.

Melansir dari mediaindonesia.com, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Syafruddin, Direktur Hak Cipta dan Desain Industri, mengungkapkan bahwa beragam situs nonton film ilegal yang ditutup pemerintah. Selain pelaku industri film, masyarakat umum juga memiliki kemampuan untuk melaporkan situs ilegal. Namun, masyarakat lebih baik menghubungi si pembuat film, organisasi, atau lembaga terlebih dahulu sebelum melakukan hal itu. Itu untuk menghindari motivasi bisnis untuk bersaing.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, diharapkan penggunaan situs ilegal streaming dapat berkurang dan masyarakat dapat menggunakan layanan streaming resmi yang lebih aman dan berkualitas.

Daftar Pustaka

Devega, E. (n.d.). TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Www.Kominfo.Go.Id. Retrieved June 2, 2024, from https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media

Nurcahyadi, G. (2021, October 2). Nonton Film Secara Ilegal di Internet Berikan Dampak Buruk ke Masyarakat dan Industri Perfilman . Mediaindonesia.Com. https://mediaindonesia.com/humaniora/437050/nonton-film-secara-ilegal-di-internet-berikan-dampak-buruk-ke-masyarakat-dan-industri-perfilman

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya