Cucak Rowo, Umroh, Maling
Eduaksi | 2024-06-23 15:03:05Bismillahir Rahmanir Rahim
Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (QS. An-Nur; 41).
Sekitar tahun 2010 Saya (AW) berhobi merawat burung kicau, walaupun hampir semua jenis hewan Saya suka. Pilihan merawat burung kicau lebih serius, karena faktor Ayah (Almarhum Fauzi) yang juga hobi, jadi linier lah haa haa.
Cukup beragam burung kicau yang Saya rawat, yang akhirnya Saya memutuskan untuk fokus pada satu spesies, yaitu Cucak Rowo (dowo buntute) haa haa. Alasan Saya mengapa fokus pada Cucak Rowo, karena cuannya (bisnis).
Akhirnya Saya breeding Cucak Rowo dengan tagline AW FARM. Alhamdulillah, breeding Saya berhasil (produksi anakan Cucak Rowo). Perbedaan tajam AW FARM dengan pemain Cucak Rowo lainnya, yaitu breeding Saya berada di area terbuka dan Alhamdulillah sukses produksi. Karena selama ini sugestinya breeding Cucak Rowo kandangnya wajib tertutup dengan alasan mudah stres dan lainnya.
Alhamdulillah, di tahun 2014 Saya dan Istri oleh Allah Subhanallah Wa Ta'ala diberangkatkan UMROH dari hasil breeding Cucak Rowo (Mabruro, Aamiin). Alhamdulillah, hingga detik ini AW FARM masih eksis di dunia perburungan (Barokallahu Fiikum).
AW FARM di-per-Cucak Rowo-an makin dikenal, karena sistem breeding yang terbuka. Bahkan ada dari Trans 7 dan Trans TV menghubungi Saya untuk ditanyangkan di acara Dunia Binatang dan Laptop Si Unyil. Namun Saya tolak dengan alasan safety.
Betul dugaan Saya akan safety, jadi Saya juga pernah kemalingan spasang Cucak Rowo senilai 15 Jt. Kronologis singkatnya, Si Maling menyamar sebagai konsumen (Qodhorullah). Intinya, disaat dikenal dan terkenal tetaplah tawadhu dan tawakkal.
Pewarta AW
Agus Wahyudi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.