ETIKA LINGKUNGAN DAN POLITIK LINGKUNGAN
Eduaksi | 2022-01-19 20:44:15Dari berbagai kasus di indonesia tentang masalah etika lingkungan dan politik lingkungan
Semua masalah itu sebagian besar bersumber dari manusia. Contoh nya seperti, kerusakan hutan, pencemaran udara, pencemaran laut, pencemaran air, limbah dsb. Jadi semua permasalahan tersebut berasal dari manusia itu sendiri karena prilaku manusianya yang tidak bertanggung jawab,mementingkan kepentingannya sendiri,dan tidak peduli dengan yang lain.di Al’quran juga sudah di jelaskan di surat ar rum(30):41 yang artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). sekarang kita berbicara tentang etika lingkungan, Etika lingkungan tidak hanya berbicara tentang perilaku manusia kepada alam, Namun disitu juga etika lingkungan hidup berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan.
Berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap alam.Ada beberapa teori mengenai etika lingkungan tersebut,yaitu:
Antroposentrisme
Biosentrisme
Ekosentrisme
Hak Asasi Alam
Ekofeminisme
Prinsip-prinsip Etika Lingkungan Hidup
Prinsip-prinsip Etika Lingkungan Hidup:
Sikap hormat terhadap alam (respect for nature)
Prinsip tanggung jawab (moral responsibility for nature)
Solidaritas kosmis (cosmic solidarity)
Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (caring for
nature)
Prinsip “no harm” Æ tidak merugikan alam secara tidak perlu
Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
Prinsip keadilan
Prinsip demokrasi
Prinsip integritas moral.
Antroposentrisme = teori lingkungan yang
memandang manusia sebagai pusat dari sistem
alam semesta
Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam
kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam,
baik secara langsung maupun tidak langsung
Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya;
nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia;
etika hanya berlaku bagi manusia.
Antroposentrisme
Antroposentrisme selain bersifat antroposentris,
juga sangat instrumentalistik Æ pola hubungan
manusia dan alam dilihat hanya dalam relasi
instrumental
Alam dinilai sebagai alat bagi kepentingan manusia,
sehingga apabila alam atau komponennya dinilai
tidak berguna bagi manusia maka alam akan
diabaikan dan bersifat egois
Karena bersifat instrumentalistik dan egois Æ teori
ini dianggap sebagai sebuah etika lingkungan yang
dangkal dan sempit (shallow environmental ethics)
Antroposentrisme
Teori ini dianggap sebagai salah satu
penyebab, bahkan penyebab utama, dari
krisis lingkungan yang terjadi.
Teori ini menyebabkan manusia mengeksploitasi
dan menguras alam semesta demi memenuhi
kepentingan dan kebutuhan hidupnya dan tidak
peduli terhadap alam
Biosentrisme
Biosentrisme = setiap kehidupan dan makhluk
hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya
sendiri
tidak hanya manusia yang mempunyai nilai; alam
juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari
kepentingan manusia
Biosentrisme menolak argumen antroposentrisme
Karena yang menjadi pusat perhatian dan yang
dibela oleh teori ini adalah kehidupan, secara moral
berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan di muka
bumi ini mempunyai nilai moral yang sama sehingga
harus dilindungi dan diselamatkan
Biosentrisme
Mendasarkan moralitas pada keluhuran kehidupan,
baik pada manusia maupun pada makhluk hidup
lainnya
Konsekuensinya: alam semesta adalah sebuah
komunitas moral,
Manusia maupun bukan manusia sama-sama memiliki nilai
moral
Kehidupan makhluk hidup apapun pantas dipertimbangkan
secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral,
bahkan lepas dari perhitungan untung-rugi bagi
kepentingan manusia
Ekosentrisme
Ekosentrisme = kelanjutan dari teori
biosentrisme
Ekosentrisme: etika diperluas untuk
mencakup komunitas ekologis seluruhnya;
baik yang hidup maupun yang tidak
Secara ekologis: makhluk hidup (biotis) dan
benda-benda abiotis lainnya saling terkait
satu sama lainnya
∼ kewajiban dan tanggung jawab moral tidak
hanya dibatasi pada makhluk hidup.
Ekosentrisme
Salah satu versi ekosentrisme adalah Deep ecology
Deep ecology (DE) diperkenalkan oleh Arne Naess
(filsuf Norwegia) tahun 1973 dalam artikelnya “The
shallow and the Deep, Long-range Ecological
Movement: A Summary”
menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat
pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup
seluruhnya dalam kaitannya dengan upaya
mengatasi persoalan lingkungan hidup
Ekosentrisme
tidak mengubah sama sekali hubungan
manusia dengan manusia
Yang baru adalah: Manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran
bagi segala sesuatu yang lain. Manusia bukan
lagi pusat dari dunia moral, namun memusatkan
perhatian kepada semua spesies atau biosphere
secara keseluruhan
Etika lingkungan yang dikembangkan
dirancang sebagai sebuah etika praktis, sebagai
sebuah gerakan.
Ekosentrisme
lebih tepat disebut sebagai sebuah gerakan di
antara orang-orang yang mempunyai sikap dan
keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya
hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama
memperjuangkan isu lingkungan dan politik
suatu gerakan yang menuntut dan didasarkan
pada perubahan paradigma secara mendasar dan
revolusioner, yaitu cara pandang, nilai, dan perilaku
atau gaya hidup
Hak Asasi Alam
Makhluk hidup di luar manusia tidak memiliki
hak pribadi, namun makhluk hidup
membutuhkan ekosistem atau habitat untuk
hidup dan berkembang Makhluk hidup selain manusia memiliki hak asasi
atas ekosistem dan habitatnya
Hak asasi alam tidak bersifat absolut
Ekofeminisme = bagian atau cabang dari feminisme
Menggugat cara pandang dominan dan umum
berlaku pada era modern: cara pandang maskulin,
patriakis dan hierarkis
Ekofeminisme dikategorikan sebagai ekologi sosial
Penganut ekofeminisme berkeyakinan bahwa
struktur dan institusi sosial dan politik harus diubah
secara radikal untuk menghapus atau paling tidak
mengurangi dominasi, penindasan, dan eksploitasi
laki-laki terhadap perempuan serta dominasi dan
eksploitasi terhadap alam
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.