Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Raka Yudi Setra

Ramah Lingkungan Sebagai Pembenaran Suatu Tatanan Kehidupan

Politik | Monday, 17 Jan 2022, 15:09 WIB
Sumber Photo : Pixabay

Oleh : Raka Yudi Setra

Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UMJ

Beberapa tahun belakangan ini, isu lingkungan terus berkembang dan menjadi topik utama/ topik yang sangat serius di berbagai khalayak umum dan aktivis lingkungan. Diskusi mengenai lingkungan kemudian semakin meluas di berbagai dimensi hubungan antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya. Mengikuti berbagai perkembangan isu lingkungan dengan dimensi yang sangat luas, sebagai makhluk sosial kita semua memiliki kesadaran bahwa masalah lingkungan tidak bisa hanya dilihat dan ratapi keberadaannya, dalam dimensi yang berorientasi, kita semua harus melihat dan memaknainya dalam dimensi sosial yang luas. Dimensi sosial itu mencangkup berbagai aspek, baik yang berhubungan langsung dengan lingkungan maupun tidak.

Ramah lingkungan semakin populer kita dengar dan temukan di berbagai areal dalam kehidupan kita. Istilah yang sering kita dengar seperti go green, back to nature dan masih banyak istilah lain. Penggunaan istilah ini tidak saja ditunjukan untuk menggugah kita untuk ikut melestarikan lingkungan dan melindungi bumi dari permasalahan lingkungan, terkadang hanya sekedar wacana yang ditampilkan dikehidupan sebagai bentuk legitimasi terhadap aktivitas yang dilakukan. Istilah ini tidak saja dilakukan oleh lembaga atau intitusi kepentingan seperti pemerintah, NGO dan pakar lingkungan.

Keberadaan wacana “Ramah Lingkungan di tengah masyarakat”. Seluruh masyararakt membuat aktivitas dalam mengatasi berbagai persoalan lingkungan tidak selalu memuat substansi yang sebenernya, karena citra/tampilan terkadang lebih mengemuka daripada substansi itu sendiri. Persoalan wacana tentang ramah lingkungan haruslah dimaknai secara arif, apakah memang bertujuan untuk mensosialisasikan masyarakat atau justru hanya mencari sanjungan di masyarakat sekitar.

Persoalan ini akan muncul, ketika sebuah wacana justru diterima begitu saja oleh masyarakat atau kelompok sosial tertentu sebagai sebuah kebenaran atau pembenaran belaka. Pembenaran terhadap wacana, bisa berakibat masyarakat atau kelompok sosial akan terjebak dalam lingkaran kepuran-puraan bahwa apa yang telah dilakukan seseorang atau sekelompok orang memang telah bertindak menyelamatkan atau melestarikan lingkungan. Bila ini terjadi, maka masyarakat atau kelompok sosial yang bersinggungan langsung dengan persoalan lingkungan tersbut, akan dizholimi oleh kelompok yang maraup keutnungan dari wacana tersbut. Wacan sebagai media pembenaran terhadap aktivitas, akan mengandung unsur ketidakadilan dan ketidak merataan sosial antara kelompok dalam masyarakat itu sendiri.

Persoalan ketidak adilan dan ketidak merataan sosial ini sebenernya yang mendasari munculnya berbagai persoalan lingkungan di banyak wilayah. Semua masyarakat harus melihat dan bergerak bahwa persoalan lingkingan bukan disebabkan oleh persoalan yang ada dalam lingkungan itu sendiri, tetapi justru disebabkan karena persoalan penguasaan kelompok kepentingan terhadap kelompok lain. Proses penguasaan wilayah membuat masyarakat yang besinggungan langsung dengan lingkungan sekitar, selain mengekploitasi lingkungan yang ada dalam kehidupannya. Kita semua melihat bahwa ketidakadilan dan ketidakmerataan ini menyebabkan munculnya berbagai persoalan-persoalan lain dalam kehidupan manusia, kerusakan lingkungan akibat dari tidak merarataan pemanfaatan dan penguasaan sumber daya akan menyebabkan tekanan terhadap lingkungan semakin tinggi, sehingga kerusakan lingkungan justru akan semakin parah.

Banyak kasus bermunculan diberbagai media seperti ada penyakit baru yang sebelumnya tidak terdeteksi oleh ahli kesehatan. Penyakit baru ini, disebebkan oleh rendahnya kemampuan lingkungan dalam menyerap berbagai energi negatif. Rendahnya daya tampung lingkungan ini, salah satunya disebabkan karena semakin tingginya sampah produk yang sulit diurai oleh lingkungan. Meningkatnya sampah produk yang sulit diurai, tidak berarti rendahnya kesadaran manusia untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan.

Sebuah wacana yang dianggap sebagai kebanaran, akhirnya melahirkan dampak negatif terhadap masyarakat. Wacana melahirkan dampak yang positif karena dengan menguatnya wacana tersbut, semakin membuka peluang bagi pencipta wacana untuk membentuk aktivitas dan kagiatan produk-produk selanjutnya. Dampak yang dihasilkan sebuah wacana ramah lingkungan justru melahirkan ketidak adilan dan ketidak merataan sosial antara antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.

Ramah lingkungan, sebagai wacana yang perlu disikapi secara kritis, upaya penyadaran kepada masyarakat akan dampak negatif dari penguatan wacana yang dikembangkan oleh kelompok tertentu. Salah satu yang bisa kita perbuat bisa melakukan dengan cara memberi kesadaran penuh untuk masyarakat bahwa lingkungan harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image