Gaya Hidup Tak Sehat di Kalangan Dokter, Ironi yang Perlu Disadari
Gaya Hidup | 2024-06-13 18:41:33https://www.freepik.com/free-photo/full-shot-doctors-sitting-together_24747914.htm#fromView=search&page=1&position=0&uuid=62e10d30-4697-4eda-8fa8-c21835d68eca
Sebagai seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, saya sering mendengar dan membaca tentang betapa pentingnya menjaga kesehatan, baik melalui gaya hidup sehat, manajemen stres, maupun menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ironisnya, banyak dokter yang justru menunjukkan perilaku yang bertolak belakang dengan apa yang mereka anjurkan kepada pasiennya. Fenomena ini memicu kontroversi yang perlu diperhatikan, terutama bagi kita yang tengah menempuh pendidikan kedokteran.
Dokter yang Merokok: Sebuah Kontradiksi
Salah satu aspek paling mencolok dari gaya hidup tidak sehat di kalangan dokter adalah kebiasaan merokok. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun prevalensi merokok di kalangan dokter lebih rendah dibandingkan populasi umum, jumlahnya masih signifikan. Studi yang diterbitkan dalam *International Journal of Environmental Research and Public Health* menyebutkan bahwa prevalensi merokok di kalangan dokter di beberapa negara mencapai 21% . Hal ini menjadi ironis mengingat dokter adalah orang yang paling paham mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan.
Beberapa dokter masih terjerumus dalam kebiasaan merokok akibat pengaruh sosial dan pergaulan yang tidak terjaga. Kebiasaan merokok sering kali dimulai dari interaksi sosial, seperti merokok bersama teman sejawat saat istirahat atau dalam acara sosial yang tidak formal. Lingkungan sosial di tempat kerja, di mana merokok mungkin dianggap sebagai cara untuk bersosialisasi atau membangun hubungan, turut menyumbang pada berlanjutnya kebiasaan ini. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Public Health menunjukkan bahwa meskipun dokter menyadari bahaya merokok, pengaruh dari rekan kerja dan norma sosial di lingkungan mereka dapat menghambat upaya untuk berhenti. Hal ini menyoroti perlunya program pencegahan dan dukungan yang lebih kuat untuk membantu dokter mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat, sejalan dengan nasihat kesehatan yang mereka berikan kepada pasien.
Tingkat Stres yang Tinggi: Masalah yang Kronis
Stres pada masa pendidikan kedokteran adalah fenomena yang umum dan sering kali dianggap sebagai bagian dari perjalanan menjadi dokter. Mahasiswa kedokteran menghadapi tekanan akademis yang luar biasa, termasuk tuntutan untuk memahami materi yang kompleks, menjalani ujian yang menegangkan, dan memenuhi harapan tinggi dari dosen serta keluarga. Selain itu, mereka harus menjalani praktik klinis yang intensif, sering kali berjam-jam di rumah sakit, yang menambah beban fisik dan emosional. Tekanan ini diperburuk oleh kompetisi ketat di antara rekan-rekan, serta kekhawatiran tentang masa depan karier. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Medical Education and Curricular Development menunjukkan bahwa tingkat stres pada mahasiswa kedokteran jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dari disiplin lain, yang dapat menyebabkan burnout, kecemasan, dan bahkan depresi jika tidak diatasi dengan baik. Dukungan mental yang memadai dan strategi manajemen stres yang efektif sangat penting untuk membantu mahasiswa kedokteran mengatasi tantangan ini dan menjaga kesejahteraan mereka selama masa pendidikan.
Stres yang tinggi juga mempengaruhi kesehatan mental para dokter. Dalam artikel yang diterbitkan oleh Journal of the American Medical Association (JAMA), ditemukan bahwa sekitar 28% dari dokter mengalami gejala depresi dan kecemasan yang signifikan . Penyebab utama dari stres ini adalah beban kerja yang berlebihan, tanggung jawab besar dalam pengambilan keputusan medis, dan jam kerja yang tidak menentu.
Jam Kerja Tidak Masuk Akal: Mengorbankan Kesehatan Demi Pasien
Jam kerja yang tidak masuk akal ini sering kali mengakibatkan kurang tidur dan kelelahan kronis. Kurang tidur dapat mempengaruhi kinerja kognitif dan kemampuan pengambilan keputusan dokter, yang berisiko terhadap keselamatan pasien. Sebuah penelitian dalam Sleep Medicine Reviews menunjukkan bahwa kelelahan dan kurang tidur pada dokter residen terkait dengan peningkatan risiko kesalahan medis.
Jam kerja yang panjang dan tidak teratur menjadi salah satu penyebab utama stres di kalangan dokter. Menurut sebuah studi dalam BMJ Open, dokter dapat bekerja hingga 60-80 jam per minggu, dengan on-call shifts yang membuat mereka harus siap sedia selama 24 jam penuh . Hal ini tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental dokter, tetapi juga berpotensi menurunkan kualitas perawatan yang mereka berikan kepada pasien.
Sebagai mahasiswa kedokteran, menyadari realitas ini sangat penting. Kita perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi tekanan tersebut dan mencari strategi yang efektif untuk menjaga kesehatan kita sendiri. Pendidikan kedokteran harus mulai memperhatikan kesejahteraan mahasiswanya, dengan menyediakan dukungan mental yang memadai dan mendorong praktik-praktik manajemen stres yang sehat.
Menuju Perubahan: Membangun Budaya Sehat di Kalangan Dokter
Menciptakan perubahan dalam gaya hidup dokter membutuhkan usaha bersama dari institusi pendidikan, rumah sakit, dan komunitas medis secara keseluruhan. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain mengurangi jam kerja yang berlebihan, menyediakan program dukungan mental yang komprehensif, dan mendorong kebiasaan hidup sehat sejak masa pendidikan kedokteran.
Menghadapi kenyataan bahwa banyak dokter yang hidup dengan gaya hidup tidak sehat memberikan kita, sebagai calon dokter, pelajaran berharga. Kita harus mulai dari diri sendiri untuk mempraktikkan gaya hidup sehat yang kita anjurkan kepada pasien kita. Hanya dengan begitu, kita dapat menjadi panutan yang baik dan memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada masyarakat.
---
Referensi:
1. Tobacco Use and Cessation among Medical Students and Practicing Physicians: Results of an International Survey. International Journal of Environmental Research and Public Health.
2. Academic Stress among Medical, Dental, and Pharmacy Students in India: A Systematic Review. Academic Psychiatry.
3. Prevalence of Depression and Anxiety in Medical Students: A Systematic Review and Meta-Analysis. Journal of the American Medical Association (JAMA).
4. Work hours and caseload of on-call surgical interns: A nationwide survey in the BMJ Open.
5. Effects of Sleep Deprivation on Cognitive Performance and Mood in Medical Residents. Sleep Medicine Reviews.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.