Batasan Retorika
Pendidikan dan Literasi | 2024-06-12 13:51:48Oleh: Syamsul Yakin dan Hikmatul Aulia
(Dosen Retorika dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Ruang lingkup adalah batasan atau cakupan. Ruang lingkup retorika merujuk pada batasan topik yang tercakup dalam studi retorika, termasuk definisi, materi, unsur, tujuan, komponen, dan keterkaitannya dengan disiplin ilmu lain. Selain itu, ruang lingkup retorika juga melibatkan elemen-elemen seperti pembicara, pesan, dan pendengar dalam proses komunikasi.
Ruang lingkup retorika mencakup segala bentuk komunikasi antara pembicara dan pendengar, baik dalam interaksi langsung maupun melalui media, termasuk komunikasi verbal melalui kata-kata lisan dan tertulis, serta komunikasi nonverbal melalui bahasa tubuh dan gerakan fisik
Retorika dapat didefinisikan secara sempit dan luas. Retorika hanya berarti seni berbicara atau kecakapan berbicara. Secara luas retorika seni, keterampilan, pengetahuan, dan ilmu berkomunikasi secara lisan dan tulisan serta bahasa dan gerakan tubuh.
Secara khusus, retorika terhubung dengan tata bahasa, logika, dan dialektika dalam proses komunikasi dari pembicara ke pendengar. Namun, dalam pengertian yang lebih luas, retorika tidak hanya terbatas pada pidato atau ceramah, tetapi juga mencakup semua aspek komunikasi yang terus berkembang. Dalam konteks ini, retorika dianggap sebagai bagian dari warisan budaya.
Sifat ilmiah retorika itu adalah empirik, sistematik, analitik, objektif, verifikatif, kritis dan logis. Tujuan utama retorika yang mencakup memengaruhi sikap, opini, dan perbuatan pendengar secara efektif dan efisien dapat ditempuh dengan menggunakan sifat ilmiah retorika tersebut.
Secara filosofis, retorika mencakup pertanyaan, pertama, ontologis, yakni apa itu hakikat retorika. Kedua, mencakup pertanyaan epistemologis, yakni bagaimana cara seseorang memperoleh pengetahuan terkait retorika. Ketiga, aksiologis, apa manfaat retorika.
Pada mulanya, komponen-komponen utama retorika terdiri dari pembicara, pendengar, dan pesan yang dapat berupa informasi, persuasi, atau hiburan yang menjadi materi dalam pidato. Namun, seiring waktu, media telah menjadi elemen krusial dalam retorika, termasuk media tradisional, konvensional, maupun media sosial.
Salah satu komponen utama dalam retorika adalah pathos, yang merujuk pada kemampuan persuasif untuk mempengaruhi perasaan dan pikiran audiens. Seorang pembicara perlu memiliki pathos untuk dapat membangkitkan emosi pendengar, sehingga mereka terbawa dalam rasa sedih, simpati, atau belas kasihan.
Kedua, logos. Logos maknanya adalah sesuai dengan akal. Sebaiknya buah pikiran yang diungkapkan dalam berpidato mempertimbangkan nalar. Nalar adalah pikiran, kemampuan intelektualitas atau pemahaman yang mendalam.
Ketiga, ethos. Secara harfiah ethos artinya sikap, kepribadian, watak, karakter. Dalam konteks keberhasilan beretorika seorang pembicara harus memiliki sikap, kepribadian, watak, dan karakter agar pesan yang disampaikan dapat dipercaya pendengar.
Retorika memiliki hubungan yang erat dengan ilmu komunikasi karena keduanya mempertimbangkan interaksi komunikatif manusia, termasuk proses pengiriman pesan dari pembicara, penerimaan pesan oleh pendengar, dan pengolahan pesan melalui berbagai media komunikasi.
Retorika juga memiliki keterkaitan dengan bidang psikologi, terutama dalam konteks psikologi pembicara dan pendengar. Kedua bidang ini memiliki kesamaan dalam fokusnya pada manusia, baik dalam perilaku maupun aspek mental. Secara epistemologis, keduanya mencakup aspek ilmu pengetahuan dan aplikasinya. Ketika seseorang memberikan pidato, tidak hanya terlibat dalam proses retorika, tetapi juga melibatkan proses psikologis yang turut berperan.
Dalam praktiknya, retorika dapat dilihat dari beberapa perspektif. Pertama, retorika dalam pidato atau yang dikenal sebagai retorika penceramah, yang cenderung bersifat informatif dan edukatif. Kedua, retorika dalam konteks politik yang lebih bersifat persuasif. Ketiga, retorika dalam ranah pemerintahan kombinasi antara informatif dan persuasif.
Ini adalah cakupan retorika yang meliputi definisi, karakteristik ilmiah, kerangka filosofis, praktik, elemen, komponen, dan hubungannya dengan disiplin ilmu lain.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.