Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mutmainah

Perspektif Masyarakat terhadap Peran Ganda Wanita: Meniti Karir dan Mengelola Rumah Tangga

Edukasi | 2024-06-12 09:54:53

Dari segi wacana, topik ini berkembang sangat pesat dan progresif bahkan cenderung liberal. Perbedaan gender tidak terlalu menjadi masalah kecuali hal itu menyebabkan ketidakadilan antara perempuan dan laki-laki. Kenyataannya, perbedaan gender telah menimbulkan ketidakadilan, terutama terhadap perempuan. Artikel ini akan membantu kita untuk memahami peran ganda wanita sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir.

Sejauh apa kamu memandang wanita yang bekerja padahal sudah menikah?

Secara umum, peran wanita dalam rumah tangga adalah mengurus rumah tangga. Wanita dituntut harus mampu mengurus anak, suami, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Oleh karena itu, beberapa masyarakat berpikir bahwa bekerja di luar rumah merupakan hal yang tabu dan dianggap tidak wajar. Banyak yang beranggapan bahwa wanita tidak perlu mengenyam pendidikan formal yang tinggi, karena pada akhirnya merekalah yang mengurus dapur. Pandangan dan pemikiran seperti ini menjadikan wanita terbelakang dan tertinggal dalam peradaban.

Semakin modern kehidupan saat ini, kesetaraan gender semakin dijunjung. Banyak wanita yang menjadi wanita karir setelah menikah. Dulu seringkali terdapat pro dan kontra dalam cara pandang dan pemikiran masyarakat terhadap wanita yang bekerja, namun seiring berkembangnya zaman, peluang karir semakin meningkat, dan pandangan serta cara berpikir masyarakat terhadap wanita karir pun berubah. Tidak ada lagi pro dan kontra mengenai wanita karir. Seorang wanita yang benar-benar membantu keluarganya secara finansial dan tidak pernah melupakan urusan rumah tangganya. Wanita karir diharuskan untuk multitasking dalam melaksanakan tanggung jawabnya.

Hermayanti (dalam Mayangsari & Amalia, 2018) menyebutkan bahwa wanita karir memiliki peran ganda, dimana peran wanita menjadi istri dan ibu untuk suami dan anaknya, serta berperan dalam pekerjaan yang ia tekuni. Tidak hanya memperoleh peran ganda, wanita karir juga memiliki beban ganda. Peran sebagai pengurus rumah tangga dan peran sebagai pekerja menuntut untuk dikerjakan secara seimbang. Masing-masing posisi tersebut menuntut performa yang baik dan maksimal serta tidak mau dirugikan salah satu pihak.

Menjalani dua peran sekaligus bukanlah hal yang mudah. Wanita yang memutuskan berkarir setelah menikah dituntut memiliki dua kepribadian, yaitu harus seimbang dan profesional. Kegagalan dalam menghadapi situasi ini dapat menimbulkan stres dan tekanan. Jika ibu rumah tangga bekerja pada waktu yang sama, dan sulit untuk menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan keluarga, dimana salah satu pihak akhirnya diabaikan karena harus menanggapi tuntutan pihak lain. Ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah dapat berdampak pada efektivitas interaksi antara suami-istri, dan anak dalam lingkungan keluarga sehingga mengalami perpecahan bahkan rentan perceraian.

Jika keseimbangan antara kehidupan rumah tangga dan pekerjaan dapat dicapai, seorang wanita karir akan terhindar dari permasalahan psikologis seperti stres, depresi, kecemasan serta mendapat kepuasan atas kinerjanya dalam berbagi peran dan kemampuan beradaptasi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Keberhasilan wanita dalam menjalankan peran ganda tentu didukung oleh peran suaminya pula. Ketika seorang pria mendukung penuh peran ganda istrinya tanpa rasa iri atau persaingan, maka akan timbul kerjasama yang baik dan saling melengkapi. Tak hanya itu, dukungan suami juga memberikan rasa nyaman bagi wanita yang mempunyai peran ganda dalam memikul berbagai beban dan tanggung jawab, baik sebagai istri di rumah maupun sebagai pekerja di luar rumah. Pernikahan dual-career dapat dikatakan berhasil jika kedua belah pihak memperlakukan pasangannya sebagai pasangan yang setara. Tidak hanya dengan berbagi penghasilan, namun juga dengan berbagi peran dalam pekerjaan rumah tangga.

Menurut (Handayani, 2020) mengatakan bahwa dukungan dari suami saja tidak cukup dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab wanita berperan ganda. Kemampuan manajemen waktu, penyelesaian masalah, dan keseimbangan peran sangat diuji. Di satu sisi tugas pekerjaan menuntut untuk segera diselesaikan, dan di sisi lain peran ibu dan istri dibutuhkan oleh keluarganya. Oleh karenanya juga dibutuhkan kemampuan adaptasi yang cepat dan kemampuan multitasking.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada saat ini semakin sedikit masyarakat yang memandang peran ganda wanita termasuk hal tabu atau tidak wajar. Peran ganda menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir akan menjadi boomerang jika tidak memiliki kemampuan multitasking, manajemen waktu yang baik, dan dukungan dari pihak-pihak yang dapat menghambat kinerja wanita karir, seperti suami, mertua, dan lainnya. Tidak sedikit wanita yang tidak dapat menyeimbangkan tuntutan tugas rumah tangga dan pekerjaan di luar rumah. Namun, cukup banyak pula wanita yang sukses menjadi wanita karir dan ibu rumah tangga. Ketika berhasil memainkan peran ganda, maka kesuksesan sebagai perempuan bukan lagi dipandang dari salah satu sudut pandang saja, melainkan dari keduanya yaitu dalam dan di luar rumah tangga. Banyak juga masyarakat yang menganggap wanita karir yang sukses sebagai teladan dan sangat menghormatinya.

REFERENSI

Husniyati, S. (2021). Sistematic Literature Review Tentang Dilematika Dan Problematika Wanita Karir: Apakah Mendahulukan Karir Atau Rumah Tangga Terlebih Dahulu?[Systematic Literature Review On Career Women's Dilematics And Problems: Does Career Or Household First?]. Journal of Contemporary Islamic Counselling, 1(2), 115-126.

Sunuwati, S., & Rahmawati, R. (2017). Transformasi wanita karir perspektif gender dalam Hukum islam (tuntutan dan tantangan pada era modern). An Nisa'a, 12(2), 107-120.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image