Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sirilus Aristo Mbombo_Pengamat Realitas

Pelajaran Matematika dan Kebijaksanaan di Indonesia

Edukasi | 2024-06-09 13:40:15
Sumber: Pexels

Pendidikan kita sering menyoroti pentingnya pendidikan moral. Pertanyaan mendasar dari tema ini adalah, bagaimana cara mendidik anak agar memiliki moral yang baik? Moral yang baik berarti jujur, rajin, dan mampu menghargai perbedaan. Jika mayoritas warga negara Indonesia memiliki moral yang baik, kita dapat bekerja sama untuk mencapai keadilan dan kemakmuran bagi semua.

Ada juga wacana tentang pendidikan karakter. Di balik ini, ada anggapan bahwa pendidikan tidak cukup hanya mengasah kemampuan intelektual, tetapi juga mengembangkan karakter yang baik. Kemampuan berhitung memang penting, tetapi kemampuan bekerja sama dengan orang lain yang berbeda pandangan dan latar belakang juga sangat penting. Tidak ada gunanya seseorang ahli fisika jika ia suka merendahkan orang lain dan bahkan mencuri (korupsi).

Korupsi menjadi masalah utama bangsa ini. Di Indonesia, banyak individu cerdas yang memegang posisi penting, baik di pemerintahan maupun sektor swasta. Namun, kecerdasan akademik tidak selalu sejalan dengan karakter dan moral yang baik. Individu yang cerdas tidak selalu memiliki moral dan karakter yang baik. Bahkan, sering kali individu yang cerdas justru menjadi koruptor besar yang merugikan banyak orang.

Dalam situasi ini, pendidikan moral dan pendidikan karakter harus dilakukan di berbagai jenjang, mulai dari keluarga hingga perguruan tinggi. Tentunya, kita menginginkan Indonesia menjadi negara yang maju, dengan moral yang baik (jujur, rajin, menghargai perbedaan), serta berteknologi tinggi. Bangsa yang mampu memberikan keadilan dan kemakmuran untuk semua warganya. Untuk mencapainya, pendidikan memainkan peran yang sangat krusial.

Bangsa yang bermoral baik adalah bangsa yang sistemnya bersih dari korupsi dan kebohongan. Ia memperhatikan rakyatnya yang membutuhkan, dan berusaha membantu serta mengembangkan kehidupan warganya agar lebih baik. Negara yang berkembang juga merupakan negara dengan teknologi canggih. Teknologi digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup rakyatnya, membuat mereka lebih makmur dan sejahtera, baik secara fisik maupun mental. Teknologi juga digunakan untuk memperbaiki lingkungan yang rusak akibat ulah manusia.

Namun, kebijakan yang ada saat ini masih kacau. Kebijakan pengembangan pendidikan pun belum mampu mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia.

Contoh paling jelas adalah pendidikan moral dan pendidikan karakter. Saat membicarakan pendidikan karakter dan moral, pemerintah sering mengarahkan perhatian ke pendidikan agama. Anggapannya, jika pendidikan agama diperbanyak, maka moral dan karakter akan meningkat. Anggapan ini salah. Contoh paling nyata adalah Indonesia sendiri; negara dengan banyak tempat ibadah, namun tingkat korupsi dan konflik antarwarga sangat tinggi.

Dengan kata lain, pendidikan agama tidak selalu meningkatkan moral dan karakter yang baik. Salah satu pandangan keliru lainnya adalah bahwa pelajaran seperti fisika, biologi, dan kimia tidak memiliki kontribusi terhadap pengembangan moral. Mata pelajaran tersebut dianggap sebagai ilmu-ilmu teknis yang tidak memiliki keterkaitan dengan moralitas atau karakter. Anggapan ini harus diubah.

Pemerintah dan masyarakat kita juga masih terjebak dalam pembedaan antara ilmu pasti dan ilmu alam. Perbedaan ini keliru dan menyesatkan pola pikir kita. Ilmu yang merasa dirinya pasti bukanlah ilmu pengetahuan. Suatu argumen disebut ilmiah jika memiliki kemungkinan benar dan salah. Ilmu yang merasa dirinya benar adalah dogma, yang sama sekali bukan ilmu pengetahuan.

Dari situasi ini, kita bisa menyimpulkan bahwa dunia pendidikan Indonesia mengalami banyak kesalahan berpikir. Padahal, untuk membuat kebijakan yang tepat guna mengembangkan kualitas pendidikan moral dan karakter, kita perlu cara berpikir yang tepat. Moral dan karakter tidak harus dididik lewat agama, meskipun agama bisa membantu pengembangannya. Mata pelajaran lain, seperti matematika, juga bisa berperan besar dalam pendidikan karakter dan moral.

Matematika tidak hanya untuk insinyur atau akuntan, tetapi juga berperan besar dalam pendidikan moral dan karakter. Di balik angka-angka yang tampak kering dan abstrak, terdapat pelajaran tentang kebijaksanaan hidup. Di balik setiap masalah aljabar, terdapat kebijaksanaan hidup yang siap untuk diambil. Di balik setiap persoalan geometri, ada buah kebijaksanaan yang bisa diserap. Kita hanya perlu merenung lebih dalam dan tidak terperangkap pada angka-angka yang tampak kering.

Oleh karena itu, penerapan matematika dengan benar dapat menjadi panduan bagi Indonesia dalam meningkatkan moralitas dan teknologi yang tinggi. Untuk mendirikan bangunan yang tinggi dan kokoh, diperlukan perhitungan matematika yang akurat. Demikian pula, untuk menghitung keuntungan dan kerugian ekonomi sehari-hari, diperlukan perhitungan matematis yang tepat. Tetapi, matematika, dengan pendekatannya yang teratur dan rasional, juga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis sehari-hari, seperti mengukur kedalaman sungai, dan mengajarkan kepada kita prinsip-prinsip kehidupan yang esensial. Ingat, ada kebijaksanaan di balik angka. Yang perlu kita lakukan hanyalah melihat sedikit lebih dalam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image