Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahyi Hidhayatolloh Kahfi

Kenali Gejala Penyakit Yang Sering Terjadi Di Gunung Dan Cara Mengatasinya

Eduaksi | 2024-06-06 18:56:48

Mendaki gunung adalah aktivitas yang populer dan menantang, tetapi tidak jarang juga menimbulkan berbagai risiko kesehatan yang perlu diwaspadai. Selain karena medan yang berat, dan faktor cuaca, tekanan udara di ketinggian juga ikut andil membuat beberapa pendaki gunung merasakan yang namanya penyakit gunung, mulai dari penyakit yang ringan hingga penyakit yang mematikan seperti hipotermia menjadi hambatan yang banyak merenggut nyawa para pendaki. Oleh karena itu persiapan fisik harus dilakukan sebelum mendaki gunung agar terhindar dari beberapa penyakit yang sering menyerang pendaki diatas gunung. Berikut ini membahas beberapa penyakit yang umum terjadi ketika naik gunung, serta cara-cara untuk mencegah dan mengatasi mereka.

Ilustrasi pendakian. Sumber: okezone travel

HIPOTERMIA

Hipotermia adalah suatu kondisi medis yang terjadi ketika suhu tubuh seseorang menjadi lebih rendah dari normal, biasanya di bawah 35 °C (95 °F). Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti paparan cuaca atau air dingin yang terlalu lama tanpa pakaian yang lengkap untuk menahan panas, ditambah lagi dengan faktor kelelahan dan medan ketinggian yang begitu menguras tenaga dan juga pasokan oksigen yang menipis. Membuat tubuh kita rawan terkena serangan Hipotermia saat mendaki gunung. Apalagi ketika kondisi cuaca ekstrim seperti terjadinya badai atau hujan lebat di gunung. Maka resiko terkena hipotermia bakalan meningkat.Biasanya gejala awal terkena Hipotermia yaitu kulit terasa dingin jika disentuh, mati rasa dan di tandai dengan wajah terlihat pucat, badan menggigil hebat dan kulit kering dan jika sudah parah maka bisa hilang kesadaran dan nafasnya terlihat lebih pelan dan pendek seperti orang sekarat. Berikut adalah cara penanganan Hipotermia

 

  1. Pindahkan korban ke tempat yang lebih kering dan hangat: segera bawa masuk kedalam tenda. Jika sedang berada di jalur maka cari tempat lapang lalu dirikan tenda terlebih dahulu, dan perlu diperrhatikan kalau gerakan yang berlebihan dapat memicu denyut jantung yang lebih cepat dan memburukkan kondisi korban.
  2. Ganti pakaian basah: Jika pakaian korban basah, gantilah dengan pakaian yang hangat dan kering. Pakaian basah dapat menyebabkan tubuh kedinginan, sehingga gantiannya sangat penting.
  3. Beri sesuatu yang bisa menghangatkan : Setelah pakaian diganti, berikan korban sesuatu yang bisa menghangatkan seperti mengoleskan minyak penghangat dan memberi minum air hangat. Hal tersebut dapat membantu menghangatkan tubuh dan mengatasi kedinginan.
  4. Pakaikan sleeping bag atau selimut hangat: Pakaikan korban dengan sleeping bag atau selimut hangat untuk menghangatkan tubuh lebih lanjut. Sleeping bag atau selimut hangat dapat membantu mengurangi kehilangan panas tubuh dan mengatasi kedinginan.
  5. Kompres tubuh: Kompres tubuh korban dengan air hangat menggunakan kain kering. Kompresi dapat membantu menghangatkan tubuh dan mengatasi kedinginan.
  6. Tawarkan makanan: Jika korban masih sadar, berikan makanan yang dapat membantu menghangatkan tubuh. Makanan yang hangat dan bergizi dapat membantu meningkatkan metabolisme tubuh dan mengatasi kedinginan

KRAM

Seperti nama kerennya Hiking, maka dalam sebuah pendakian gunung kita akan dituntut untuk menyusuri jalan setapak sambil berjalan dengan membawa beban keril yang berisi logistik dan perlengkapan pendakian dalam kurun waktu tak hanya satu jam saja, tapi lebih dari satu jam bahkan berjam-jam. Selain itu, kita akan menemui trek atau jalur pendakian yang bermacam-macam mulai dari coran di kebun warga, trek tanah, trek batu, trek akar, dan sebagainya.Tentu saja dengan tantangan seperti ini, tak jarang pendaki mengalami kram otot hal ini terjadi di sebabkan karena salah ambil jalur untuk berpijak dan kurangnya pemanasan dan latihan fisik sebelum melakukan pendakian, ditambah udaran dingin di gunung juga berpengaruh terhadap reaksi otot.Jika hal tersebut terjadi maka untuk menanganinya adalah dengan beristirahat sejenak dan melepas beban keril yang dibawa lalu jangan lupa untuk makan ataupun minum agar stamina tubuh tetap terjaga

FROSBITE

Penyakit frostbite atau radang dingin biasanya menyerang para pendaki yang mendaki di ketinggian lebih dari 4.000 MDPL atau di pegunungan bersalju. Frostbite adalah kondisi medis yang terjadi ketika kulit dan jaringan di bawahnya rusak atau mati akibat paparan suhu yang sangat dingin. Kondisi ini dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, tetapi umumnya lebih sering muncul di area tangan, kaki, telinga, hidung, dan dagu. Suhu yang terlalu dingin, baik dari cuaca, udara dapat menyebabkan frostbiteGejala awal frostbite biasanya termasuk kesemutan, kulit kemerahan, dan nyeri seperti ditusuk. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat memburuk dan menimbulkan gejala yang lebih parah, seperti kulit membengkak, kebiruan, serta luka lepuh yang melebar.Untuk menangani hal tersebut adalah dengan cara menjauhi sumber dingin dan menghangatkan area yang terkena dengan air hangat atau menggunakan perapian. Pada tahap yang lebih parah, perlu dilakukan pertolongan medis dengan cepat. Dalam beberapa kasus, amputasi mungkin diperlukan untuk menghindari kerusakan permanen pada jaringan tubuh

BAROTRAUMA

Barotrauma dapat terjadi karena perubahan tekanan udara yang cepat dan mendadak. Seperti saat mendaki gunung. Tekanan udara di dalam tubuh tidak dapat segera menyesuaikan diri dengan tekanan udara yang lebih rendah di ketinggian, sehingga dapat menyebabkan perbedaan tekanan yang signifikan di dalam telinga dan hidung. Hal ini dapat menyebabkan sakit, tidak nyaman di telinga, serta gangguan pendengaran.Ada beberapa langkah untuk menangani barotrauma, seperti menguap secara teratur, menelan sesuatu dan menggunakan penyumbat telinga. Hal tersebut secara efektiv dapat menyeimbangkan tekanan udara di dalam telinga dan hidung

MOUNTAIN SICKNES (AMS)

Acute Mountain Sicknes (AMS) adalah suatu kondisi yang menyerang individu yang mendaki ke dataran tinggi tanpa adanya adaptasi yang tepat atau bahasa kerenya aklimatisasi. Hal ini ditandai dengan berbagai gejala, termasuk sakit kepala, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan. AMS adalah kondisi umum yang dapat terjadi pada ketinggian di atas 2500 meter, meskipun dapat juga menyerang individu di ketinggian yang lebih rendah jika tidak melakukan aklimatisasi.Untuk penanganan penyakit ini, Pendaki harus memahami risiko yang terkait dengan AMS dan mengambil langkah untuk mengurangi risiko tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan persiapan yang matang sebelum pendakian, seperti melakukan aklimatisasi dan memastikan bahwa mereka memiliki kondisi fisik yang baik. Caranya yakni datang lebih awal dan menginap 1 - 2 hari di basecamp pendakian.Hal ini bisa membuat tubuh kita lebih bugar dan lebih siap serta mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan kondisi cuaca di ketinggian. Dan hal ini wajib banget dilakukan terutama untuk para pendaki yang memiliki aklimatisasi lambat atau baru pertama kali mendaki gunung. Lalu bagaimana jika gejala ini terjadi saat pendakian? Maka hal yang perlu dilakukan adalah beristirahat sejenak untuk membuat tubuh beradaptasi dengan lingkungan. Jika dirasa sudah membaik maka boleh di lanjutkan pendakiannya. Tapi jika sudah beristirahat malah semakin parah maka jalan satu-satunya bawalah turun ke basecamp biarkan untuk istirahat di sana. Jadi jangan dipaksakan terus mendaki di kondisi seperti itu.

Kesimpulan

Mendaki gunung adalah sebuah olahraga berat yang memerlukan kesiapan fisik dan pengetahuan tentang alam Namun tak sedikit juga anak muda yang menjadikannya sebagai hobi. Tapi perlu di sadari bahwa mendaki gunung juga memiliki banyak resiko seperti tersesat, terkena gejala penyakit seperti kram, hipotermia, AMS dan masih banyak lagi. Maka dari itu perlu kesiapan fisik maupun mental serta wawasan survival yang mumpuni dan jangan lupa untuk berdoa sebelum melakukan pendakian agar kita dapat meminimalisir terkena gejala penyakit saat melakukan pendakian.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image