Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Eva Maria Jacobus

Review Film Miracle in Cell no 7 (2022) Remake Versi Indonesia

Drama | 2024-06-06 17:03:52

Film ini merupakan film remake Indonesia dari film Korea Selatan pada tahun 2013 yang berjudul sama. Film ini didasarkan pada kisah nyata dari Korea Selatan. Film ini diproduksi oleh Falcon Pictures dengan disutradarai Hanung Bramantyo. Chemistry yang dibawakan oleh Vino G Bastian (Dodo Rozak) dan Graciella Abigail (Kartika) membuat film ini semakin menyayat hati. Meskipun merupakan film remake, hasil kerja keras sutradara Hanung Bramantyo dan timnya membuahkan hasil yang manis. Sutradara asli film ini, Lee Hwan Kyung, dan produser Lim Min Sub memberikan apresiasi dan pujian tinggi kepada hasil karya Hanung Bramantyo beserta timnya.

sumber: wikipedia.id

Sinopsis

Dalam Miracle in Cell No. 7 diceritakan kisah Dodo Rozak, seorang pria dengan disabilitas intelektual yang membuatnya bertingkah dan berperilaku seperti anak kecil. Dengan keterbatasannya, ia tetap menjalankan perannya sebagai seorang ayah dan bekerja sebagai penjual balon keliling. Ia berusaha menjadi sosok ayah sekaligus ibu yang baik bagi Kartika, putrinya. Sampai suatu hari, Dodo dituduh membunuh dan memperkosa seorang gadis kecil bernama Melati. Akhirnya, Dodo dibawa ke lapas beberapa hari setelah kasus ditangani kembali.

Dodo ditempatkan di sel nomor 7, yang telah dihuni oleh para napi. Mulai dari Japra “Foreman” (Indro Warkop), Zaki (Tora Sudiro), Bewok (Rigen Rakelna), Atmo (Indra Jegel), dan Asrul atau yang biasa dikenal dengan “Bule” (Bryan Domani). Setelah berbagai peristiwa yang dialami oleh Dodo, ia akhirnya berteman dengan kelima napi itu dan mendapat bantuan untuk menyelundupkan Kartika ke dalam sel. Kelima napi itu mencari cara agar Dodo menjelaskan peristiwa yang sebenarnya. Mereka juga dibantu oleh kepala sipir yakni Hendro untuk mengumpulkan bukti bukti bahwa Dodo tidak bersalah. Namun, semua itu berakhir gagal, Dodo tidak dapat mengatakan yang sebenarnya. Pengadilan pun memutuskan bahwa Dodo dihukum mati.

Dalam persidangan peninjauan kembali Dodo, Kartika mengajak Japra dan teman-temannya yang telah bebas untuk menjadi saksi. Ia menceritakan fakta-fakta kejadian saat itu dan didukung oleh kesaksian Hendro. Kartika pun menangis sambil mempertahankan bukti tambahan, terutama hasil autopsi Melati yang tidak menunjukkan adanya kekerasan fisik atau seksual. Pada akhirnya, Dodo dinyatakan tidak bersalah. Kartika melihat bayang-bayang ayahnya terbang keluar lapas dengan balon udara, sesuai mimpinya untuk "terbang" bertemu istrinya.

Jika dibandingkan dengan versi Korea, film ini tidak sepenuhnya sama, meskipun cerita utamanya sama. Konflik utama dalam film sedikit diubah oleh Hanung Bramantyo. Pada film aslinya, sosok yang menyebabkan sang ayah difitnah adalah anak seorang perwira kepolisian. Hal ini, dianggap terlalu berisiko jika melibatkan institusi yang bersangkutan. Akhirnya, Hanung Bramantyo sedikit mengubah konflik antara sang ayah dengan sosok berpengaruh dalam suatu partai. Kemudian, ada beberapa tambahan yang membuat cerita menjadi sedikit fantasi dan lebih dramatis. Ada adegan di mana Dodo mendapatkan balon udara bersama Kartika, yang berpura-pura bisa melarikan diri dengan balon udara tersebut, padahal kenyataannya tidak.

Secara keseluruhan, Miracle in Cell No. 7 adalah film remake Indonesia yang luar biasa. Totalitas akting dari para aktor dan aktrisnya membuat film ini semakin emosional. Pendalaman karakter Dodo Rozak oleh Vino G Bastian memberikan performa yang memukau sebagai pria dengan keterbatasan mental. Ia pun sempat melakukan konsultasi ke psikolog untuk mendalami perannya itu. Perjuangan Kartika untuk Ayahnya agar mendapatkan keadilan pun sangat menyentuh hati. Menurut penulis, film ini sangat layak untuk ditonton semua umur. Dengan sedikit lelucon dan juga penambahan budaya Indonesia membuat film ini semakin hidup dan tidak membosankan sama sekali. Penonton dijamin akan memiliki perasaan yang campur aduk saat menonton film ini, ada yang terisak dan ada juga yang tertawa terbahak-bahak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image