Fenomena Subkultur Suporter Timnas Indonesia
Humaniora | 2024-06-05 20:47:32Pergelaran Piala Asia U-23 AFC 2024 memang sudah berakhir. Namun, semangat garuda muda masih bisa dirasakan menguar di udara, apalagi disusul dengan diadakannya Kualifikasi Piala Dunia 2006 pada bulan Juni nanti. Suporter timnas U-23 siap untuk kembali memberikan dukungan penuh mereka kepada Tim Garuda, baik dengan hadir langsung di stadion, maupun menonton jalannya pertandingan melalui layanan streaming. Tidak hanya suporter timnas, orang-orang awam pun mulai tertarik untuk menonton pertandingan. Hal tersebut menunjukkan betapa besarnya kecintaan terhadap sepak bola di Indonesia. Ada fenomena yang menarik untuk dibahas dari sini, yaitu ekspresi budaya fandom yang ditunjukkan oleh subkultur pendukung, di mana suporter timnas U-23 Indonesia menampilkan berbagai ekspresi yang mencerminkan identitas dan solidaritas mereka sebagai bagian dari komunitas yang kuat.
Para suporter menunjukkan dukungan mereka terlebih dalam hal visual. Hal yang paling menonjol adalah atribut yang digunakan, seperti pakaian, aksesori, serta spanduk. Menurut teori interaksi sosial, identifikasi adalah kecenderungan seseorang untuk menjadi identik dengan orang lain. Salah satu contohnya adalah dengan penggunaan jersey pemain sepak bola oleh seorang suporter supaya dapat terlihat mirip dengan pemain sepak bola andalannya. Sesuai dengan teori tersebut, kebanyakan suporter menonton pertandingan AFC U-23 dengan menggunakan jersey berjenis sama dengan yang digunakan para pemain. Selain pakaian, aksesori juga berperan besar dalam menonjolkan identitas sebagai suporter timnas U-23 Indonesia. Aksesori yang biasa dikenakan seperti syal, topi, bendera, dan atribut lainnya. Tidak ketinggalan spanduk yang dihias dengan pesan-pesan dukungan atau kata-kata motivasi sebagai penyampaian pesan-pesan positif kepada Tim Merah Putih.
Ajang pertandingan sepak bola, seperti Piala Asia U-23 AFC 2024 atau Kualifikasi Piala Dunia 2006, menjadi wadah untuk menyatukan segala kalangan dalam menjadi satu kesatuan sebagai suporter timnas Indonesia. Para suporter yang tidak bisa hadir secara langsung di stadion berbondong-bondong menonton jalannya pertandingan secara bersama-sama di berbagai tempat, mulai dari warung kopi, kafe, hingga tempat-tempat publik seperti lapangan atau halaman rumah. Selain nobar-nobar yang diadakan di kafe-kafe, pemerintah daerah juga mengadakan nobar, seperti yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya yang mengadakan nobar semifinal Piala Asia U-23 AFC 2024 di Balai Kota Surabaya.
Dengan begitu, penggemar sepak bola di Indonesia sudah dapat dikategorikan sebagai suatu subkultur. Hal ini karena mereka membentuk sebuah komunitas yang memiliki identitas, simbol, bahasa, dan praktik-praktik budaya yang unik. Contoh simbol yang dimaksud di sini adalah seperti spanduk dengan logo klub dan aksesori khusus seperti syal atau topi. Bahasa khas ditunjukkan dengan chants atau yel-yel yang dinyanyikan bersama di tribun stadion dan ungkapan-ungkapan yang hanya dimengerti oleh komunitas penggemar, seperti slogan dukungan atau ejekan kepada tim lawan. Sementara praktik budaya yang dilakukan berupa kegiatan nobar di tempat-tempat umum dan penggalangan dana untuk keperluan tim oleh komunitas penggemar. Partisipasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut menjadi wujud solidaritas dan identitas yang mereka bangun bersama sebagai bagian dari subkultur penggemar sepak bola.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.